Suapan Datuak Kayo berhenti. Ia menghadap ke arah Marhan dan Niko yang menunjukkan wajah yang sama.
"dimana?.." tanya Datuak.
"di lorong keranda pak. Saya dan Niko udah liat.." ujar Marhan.
"Tapi kalian tidak apa apa kan?" cemas Datuak.
"kami tidak apa apa pak. Alhamdulillah. Tapi sepertinya karena sudah kosong terlalu lama, ada jin jin disini, dan kami berencana untuk meruqiyah sudut sudutnya" jelas Marhan.
Datuak Kayo mengangguk paham.
"Boleh boleh saja kalian lakukan. Tapi kalau ditanya ke bapak, bapak lebih yakin ini karena ada manusia baru yang datang ke tempat yang sudah lama kosong. Jadi kedatangan kalian ini seakan menggeser mereka, awal awal mereka akan muncul karena merasa digusur, tapi ya nantinya akan pergi" jelas Datuak.
"jadi apa tidak perlu kami ruqiyah pak?" tanya Marhan memastikan.
"Saya khawatir warga melihatnya nanti akan berpikiran aneh. Sementara pakai cara yang dibilang Niko tentang menarik anak anak saja, Bapak rasa ini kuncinya. Surau kalau sudah ramai dan diisi dengan hal hal seperti itu nantinya juga akan kembali bersih. Tapi kalau kalian ingin mencobanya, silakan. Kalau bisa lakukan pagi, khawatir kalau malam efeknya malah berbahaya bagi kalian" jelas Datuak.
Marhan dan Niko paham, keduanya lalu menyelesaikan makan mereka.
Kali ini Datuak Kayo berada di surau sampai dzuhur dan bergabung shalat jamaah bersama. Meskipun ia lebih tua, ia mempersilakan Marhan tetap menjadi imam.
"Keilmuan dan bacaanmu lebih dari bapak" ucap Datuak Kayo sambil mendorong lembut Marhan maju menjadi imam.
Setelah salam, Datuak Kayo langsung bersujud cukup lama dan dalam. Mulutnya merapal bacaan bacaan doa dengan begitu khusyuk.
Seusai bersujud, Datuak melihat ke arah Marhan dan Niko dengan mata sembab seperti habis menangis
"Bapak bersyukur ada kalian disini sekarang. Dan semoga tujuan kalian akan tercapai" ujarnya.
Mendengar ucapan tersebut, Marhan dan Niko cukup terharu, sepertinya Datuak benar benar bersyukur bisa sholat berjamaah lagi di Surau ini lagi setelah sekian lama sholat sendiri. Terutama Marhan, ia merasa jalannya semakin dekat. Memang tidak akan mudah, namun ia merasa Datuak sebagai calon mertuanya sudah memiliki ketertarikan bagai ayah dan anak padanya.
Setelah pak Datuak pulang, Niko mengumumkan lagi kegiatan mengaji yang akan dilaksanakan sore nanti dan terbuka bagi siapa saja secara gratis. Sementara itu, Marhan duduk di teras, menunggu anak yang sama yang ia lihat kemarin bersama Pak Darwis.
Benar saja, sekitar jam setengah 2 siang, Pak Darwis dan anak itu lewat lagi di jalan setapak menuju sawah. Kali ini Marhan tidak mengejar Pak Darwis. Ia hanya melemparkan senyum kepada anak yang Pak Darwis gandeng dan meyakinkan bahwa ia adalah orang yang ramah. Senyuman Marhan dibalas senyuman balik anak itu.
Sesuai pengumuman Niko, kelas mengaji dasar akan dimulai sekitar jam 5 sore hingga Maghrib. Marhan dan Niko juga sudah menyiapkan beberapa makanan guna menarik perhatian anak anak yang mereka letakkan di teras Surau.
Beberapa anak yang siang itu sedang bermain di sekitaran rumah warga coba Marhan coba curi perhatiannya dengan membagi bagikan snack sambil mengajak untuk datang sore nanti ke Surau. Anak anak itu tidak menjawab ajakannya. Mereka hanya menerima makanan pemberian Marhan lalu berlari menjauh.
Beberapa warga yang menyaksikan anak anaknya sedang didekati Marhan juga tiba tiba memanggil anaknya pulang dan membawa mereka masuk ke dalam. Marhan tentunya cukup kesal mendapati perlakuan seperti ini, namun beruntung Niko selalu hadir untuk mengingatkannya tentang perjuangan dakwah dan arti cobaan keikhlasan.
Sayang, sore setelah ashar hari itu awan mendung kembali menutupi langit Desa Limau Bareh. Angin kencang dan hujan lebat akan datang tidak lama lagi. Pohon pohon kelapa bergoyang kuat dan Mustahil rasanya jika ada yang datang untuk mengaji dalam keadaan seperti ini.
Di tempat berbeda, Darwis tengah sibuk menggarap sawah miliknya saat ia sadar langit sudah cukup gelap dan angin bertiup cukup kencang. Keadan sawah yang tanpa penghalang membuat angin itu terasa lebih kuat lagi dari yang dirasakan orang orang di desa.
Di sebuah gubuk kayu kecil tidak jauh dari tempat Darwis bekerja, seorang anak kecil duduk sambil memainkan beberapa batu yang ia tumpuk tumpuk.
Darwis meneriaki anak kecil itu dari kejauhan.
"Rezaaa" panggilnya.
Anak kecil itu menoleh saat namanya dipanggil.
"Pulang lah duluu, hari ka hujan, apak salasaian ko saketek lai tu pak pulang beko" (Pulang duluan sana, hari sudah mau hujan, bapak selesaikan dulu sedikit lagi baru pulang) ujar Darwis.
Reza kemudian mengangguk paham dan turun dari gubuk itu. Setelah melambaikan tangan pada Reza, Darwis meneruskan pekerjaannya.
Namun tidak berapa lama kemudian, hujan lebih dahulu turun mengguyur desa. Reza saat itu berada tepat di dekat Surau saat hujan tersebut perlahan turun dan semakin deras.
Marhan yang kebetulan saat itu sedang duduk di teras melihat anak kecil yang berlari menghindari hujan. Anak yang kemarin dan tadi siang ia sapa.
"Deeek. Sini neduh duluu" panggilnya.
Anak itu berhenti sejenak untuk melihat arah suara yang memanggilnya diantara riuhnya hujan.
Marhan melambaikan tangan sambil memberikan gestur menyuruh anak itu untuk berteduh dibawah atap Surau.
Hujan yang semakin deras membuat anak itu berlari kecil ke arah Marhan dengan baju yang sudah cukup basah. Mendengar Marhan berteriak di luar, Niko yang sedang berbaring di dalam ruang sholat lantas keluar untuk melihat.
"Adek siapa namanya?" tanya Marhan dengan suara dilembutkan.
Anak itu terlihat bingung dan melihat lama ke arah Marhan dan Niko secara bergantian.
"Namo, namo adiak sia?" (Nama, nama adek siapa?) tambah Niko yang sadar sepertinya anak ini tidak fasih berbahasa Indonesia.
"Reza bang, Reza" jawabnya.
"Ooo dari ma Reza tadi?" (ooo dari mana Reza tadi?) tanya Niko lagi.
Reza menunjuk ke arah sawah.
"Sawah. Tadi pai jo apak, tapi dek hujan Reza pulang dulu" (Sawah. Tadi pergi sama bapak, tapi karena hujan, Reza pulang duluan) jelasnya.
bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAU
HorrorKisah dari sebuah Surau yang menjadi lokasi seseorang mengakhiri hidupnya sendiri di Sumatera Barat. Marhan dan Niko, ditugaskan meramaikan kembali Surau ini setelah kosong dan dicap terkutuk oleh warga setempat selama bertahun tahun..