Setelah pengarahan singkat, ketiganya kembali ke rumah Pak Datuak Kayo. Ketika ketiganya sampai di rumah, Salma sudah ada di dalam dan sedang menyiapkan makanan. Marhan dan Niko dipersilakan makan bersama.
Ketika Salma menghidangkan makanan, pandangannya bertemu dengan Marhan. Mereka berdua segera memalingkan mata masing masing dengan canggung. Namun setelahnya ada senyuman tipis terlihat dari keduanya.
"Nanti untuk makan siang dan malam, bapak atau Salma akan antar ke surau. Tapi makannya seadanya ya, tergantung Salma lagi mau masak apa haha" canda Datuak Kayo memecah kesaltingan Marhan.
"Ini udah cukup banget kok pak.." jawab Marhan canggung.
"Marhan kok baagiah nasi jo garam asal nan maagiah garamnyo Salma, tamakan jo inyo mah pak, aman" (Marhan kalau dikasih nasi sama garam sekalipun, asal yang naburin garamnya Salma, tetap bakal dia makan pak. Aman) ledek Niko yang membuat Datuak Kayo tertawa.
Setelah makan, Marhan dan Niko berpamitan untuk ke Surau. Tugas pertama mereka adalah membersihkan gudang tempat mereka tidur dan ruang ibadah surau ini sehingga bisa ditinggali serta dipakai sholat berjamaah.
"banyak karajo wak ko ruak" (banyak kerjaan kita nih nyet) ujar Niko sebelum menaruh tasnya di pinggir ruangan dan mengambil sapu.
"ingat pahala Nik, pahalaa" Marhan memberi semangat.
Keduanya lalu membersihkan bangunan dalam surau. Niko mendapat tugas membersihkan lantai ruang sholat, sementara Marhan fokus membersihkan gudang. Bangunan surau yang tidak begitu besar membuat pekerjaan ini memungkinkan selesai dalam sehari.
Marhan mengeluarkan bermacam macam benda dari dalam gudang. Ia mengeluarkan karung semen, cangkul, palu, paku, kendi minum, tali tambang dan beragam alat alat yang sepertinya digunakan oleh para tukang yang membangun surau ini dahulu. Setelah cukup bersih, ia menggelar satu kasur palembang pemberian Datuak untuk tempat ia dan Niko tidur malam nanti.
Sementara itu, Niko menyapu bersih seluruh lantai semen ruangan sholat serta mengeluarkan sajadah yang sudah sangat berdebu. Untuk mengurangi debunya, Niko mengeluarkan sajadah ke teras untuk ditepuk tepuk sekaligus dijemur.
Ketika Niko sedang menjemur sajadah, dua orang warga lewat di jalan yang berada beberapa meter dari surau. Mereka terlihat berbisik satu sama lain sambil tidak melepaskan pandangannya pada Niko.
Niko yang menyadarinya mencoba beramah tamah dengan memanggil keduanya.
"Pak, Da" (pak, bang) sapa Niko sambil sedikit memberikan gestur mengangguk.
Namun kedua orang itu berlalu begitu saja. Niko tertegun, tapi sepertinya itu karena suara Niko tidak terdengar sampai kesana.
Pekerjaan membersihkan surau ini baru selesai menjelang ashar. Mereka menghentikan pekerjaan sementara untuk sholat berjamaah. Tapi sebelum sholat, keduanya duduk di teras untuk mengobrol sebentar sambil menurunkan sedikit suhu tubuh mereka sehabis bekerja keras..
"Bagian mana yang belum?" tanya Marhan.
"saya udah bersihin sejadah, tirai pemisah jamaah laki perempuan, sama lantai" jawab Niko.
"berarti tinggal teras sama tempat wudhu ya?" tanya Marhan.
"iya harusnya. Tapi kamu liat deh, mau bersih bagimana juga karena keadaannya memang setengah jadi, masih cor sana sini, ya keliatan terbengkalai juga" ujar Niko sambil melihat ke belakang..
DEG!
"EH??" sontak Niko yang langsung bangun dengan wajah terkejut.
Niko baru saja melihat dibalik kaca ada bayangan orang sedang berjalan di dalam Surau.
"kenapa??" tanya Marhan yang ikut kaget karena Niko memasang wajah terkejut.
Niko tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke pintu dan melongok ke dalam ruangan sholat. Namun tidak ada siapapun disana.
"Ada apa sih Nik?"
"..kayaknya saya salah liat. Tapi tadi ada bayangan kayak orang jalan di dalam sini" jelas Niko
"orang??.."
"engga engga, udah, yuk lanjut sholat ashar dulu. Kalau sempat kita bersihin tempat wudhu sama teras sekalian" ajak Niko memutus obrolan barusan dan langsung berlalu ke tempat wudhu.
Marhan mengangguk dan menyusul sahabatnya itu. Keduanya lalu sholat berjamaah untuk pertama kalinya di dalam ruangan surau.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAU
HorrorKisah dari sebuah Surau yang menjadi lokasi seseorang mengakhiri hidupnya sendiri di Sumatera Barat. Marhan dan Niko, ditugaskan meramaikan kembali Surau ini setelah kosong dan dicap terkutuk oleh warga setempat selama bertahun tahun..