Bagian 8 - Part 9

1K 117 16
                                    

Marhan lalu berlari menyusul yang lain, saat itu Datuak sudah sampai di dekat jamban dan hendak menyebrang ke arah hutan.

Marhan lalu menarik nafas panjang dan membacakan surah sajdah ayat 13 – 15 dengan suara lantang..

Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi)nya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, "Pasti akan Aku penuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama...

Maka rasakanlah olehmu (azab ini) disebabkan kamu melalaikan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat), sesungguhnya Kami pun melalaikan kamu dan rasakanlah azab yang kekal, atas apa yang telah kamu kerjakan."

Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri..

Tubuh Datuak Kayo seketika kaku. Langkahnya terhenti saat akan menyebrangi sungai. Peluh keluar di keningnya, bibirnya bergetar dan tubuhnya menggigil ketakutan. Lalu perlahan ia tunduk menghadap kiblat dan tersungkur bersujud..

"..takutlah.. takutlah dan sujudlah pada Tuhan semesta alam.. kau, aku, dan kita semua tidak ada apa apanya di hadapan-Nya.." ujar Marhan sambil berjalan mendekat.

Sosok hitam di dalam diri Datuak memaki dirinya sendiri karena seakan terhipnotis dengan bacaan Quran Marhan hingga ia bersujud. Setelah sadar, Ia kembali mencoba bangkit. Namun Marhan sudah ada di hadapannya.

Wajah Marhan begitu dingin. Ia menggenggam ubun ubun Datuak dan berbicara lagi padanya..

"kau tanya pada saya tadi, bagaimana cara seorang hamba mencintai dan takut pada Allah secara bersamaan kan?.. dan kau juga tanya, kenapa Allah mengambil apa yang kau cintai dan mengancam orang orang dengan neraka?.." ujar Marhan sambill tetap memegangi kepala Datuak.

"..." Datuak diam. Giginya bergemeretak kesal melihat Marhan yang sama sekali tidak memiliki rasa takut lagi padanya.

"Allah ciptakan kematian dan perpisahan agar hamba-Nya hanya boleh berharap pada-Nya.. Satu satunya Dzat yang kekal dan selalu ada.. bukan pada makhluk yang akan mati dan binasa.. Allah ancamkan orang orang dengan neraka agar seseorang tidak bertindak sewenang wenang selama hidupnya, namun ini bukan bentuk Allah menyengsarakan manusia, karena Allah juga memberikan janji akan mengampuni seluruh dosa orang orang yang bertaubat tanpa terkecuali dengan sifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang yang Dia miliki.. Allah memberikan kita rasa takut, agar kita berharap dan menggantungkan diri hanya kepada diri-Nya, yang menciptakan rasa takut itu sendiri.." jelas Marhan.

"OMONG KOSONG KAU MANUSIA LAKNAT!!" ujar Datuak.

Marhan menarik nafas panjang dan menutup matanya.

"Saya tawarkan waktu untukmu untuk bertaubat.. keluarlah dari tubuh orang ini, dan sembahlah Allah.. jadilah jin yang taat.." Marhan memegangi kepala Datuak dan membacakannya ayat ayat Quran.

"Tidak akan!!! Saya akan bawa orang ini bersama saya!!" ujarnya angkuh.

"Bertaubatlah kepada Allah dan keluarlah dari tubuh orang ini!!!"

"TIDAK AKAN!!!"

"Bertaubatlah dan sembahlah Allah.."

"SAYA TIDAK AKAN MENYEMBA..."

Marhan menarik ubun ubun Datuak Kayo dengan cepat sebelum Datuak menyelesaikan kalimatnya. Sesuatu menyerupai asap hitam berada di tangan Marhan yang kemudian ia genggam dan seketika menghilang.

Datuak Kayo masih dalam keadaan duduk dengan bertumpu pada kedua lututnya. Pandangannya kosong menghadap langit dan mulutnya menganga lebar. Lalu sepersekian detik kemudian ia roboh..

Di rumah sakit, Piri yang tengah tidur tersentak oleh suara kasur Reza yang berdecit. Saat ia menoleh, Reza sudah membuka matanya dan melihat ke arah Piri.

"Pak.. Pak Piri.." ujarnya lemah.

"Reza! Reza!! Alhamdulillah ya Allah!! Darwis... Darwis berhasil????" ujarnya sambil dengan gugup menelpon perawat dan dokter jaga malam itu melalui telpon ruangan.

Sementara itu di sekitaran halaman Surau..

"UHUK!! AH!" para warga yang tadi roboh dan pingsan kembali sadar. Tubuh mereka sangat lemah dan pucat, namun kesadaran mereka sudah kembali tanpa ada rasa sakit di tenggorokan mereka sama sekali.

Darwis menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat Datuak Kayo tumbang. Ia memeluk Marhan dengan pelukan yang begitu erat. Marhan membalasnya dengan pelukan hangat sekaligus meminta maaf atas perkataannya selama ini pada Pak Darwis.

"Demi Allah sudah saya maafkan.. justru saya yang memohon maaf pada kalian atas perbuatan saya selama ini.." ujar Darwis.

Mendengar kata "kalian" membuatnya mengingat keadaan Niko. Diantara orang orang yang mulai bangun dan terduduk termasuk Salma, hanya satu orang yang masih belum bergerak.. dan itu adalah Niko.

Niko masih berbaring dengan wajah menghadap tanah. Ia tidak bergerak sama sekali.

Dengan panik, Marhan menghampiri Niko.

"NIK! NIKO! NIKO!!" Marhan mengguncang guncang tubuh Niko dan coba membalikan badannya menghadap keatas.

Namun tubuh Niko begitu berat. Namun Marhan menyadari sesuatu, tubuh Niko bukan berat, tapi Niko sengaja menahan tubuhnya agar tetap menelungkup.

"NIKO!" panggil Marhan lagi.

"ANIANG LAH!! PADIAAN SAJO DEN TAKAH KO!! MUKO DEN BANGKAK!! MALU DEN!!" (DIAMLAH!! BIARKAN SAJA SAYA SEPERTI INI!! MUKA SAYA BENGKAK!! SAYA MALU!!) ujarnya sambil menutup wajahnya.

Mendengar suara Niko itu membuat Marhan mengehela nafas lega sekaligus haru. Ia memeluk Niko dan dengan sengaja mengangkat wajah bengkaknya agar terlihat oleh orang orang.

Niko berusaha keras menahan wajahnya tetap tertutup dengan kedua tangannya sambil terus mengumpat pada Marhan yang mengerjainya sambil tertawa kecil.

Disisi lain, Darwis mendekati tubuh Datuak Kayo yang masih belum sadar. Keadaannya masih sama seperti terakhir tadi dengan mata terbuka bagian putihnya saja dan mulut yang menganga.

Darwis memeriksa nafas Datuak.. dan ternyata Datuak masih hidup.

Emosi Darwis perlahan kembali memuncak. Giginya bergemeretak. Ini kesempatannya membalaskan apa yang sudah terjadi pada kak Miar, ibunya dan Reza.. Darwis mengeluarkan sebuah tali yang ia simpan di balik punggungnya. Ia akan menyiksa Datuak dengan cara Datuak menghabisi kakaknya dahulu.

"ini balasan untuk kakak.." ujar Darwis sambil perlahan mengalungkan tali itu ke leher Datuak. Namun tiba tiba Darwis merasa ada seseorang memanggilnya.

"Darwis... Darwis.." ujar suara itu yang begitu lembut masuk ke telinga Darwis.

Darwis berbalik dan melihat ke sekeliling. Namun tidak ada satupun orang yang menghadap padanya dan memanggilnya.

"di Surau Darwis.." ujar suara itu.

Darwis spontan menengok ke Surau.. dan kak Miar sudah ada disana.. Miar memasang muka khawatir pada apa yang akan dilakukan Darwis pada Datuak.

Darwis hanya tertegun. Air matanya berlinang melihat kak Miar berdiri di hadapannya dalam keadaan sehat.

"apo sajo nan adiak lakuan ka Datuak, ndak ka ado pangaruahnyo ka akak do diak.. rancak adiak maafan Datuak, tu badoa untuak akak dih... badoa lo untuak amak.. itu nan labiah kami butuahan pado adiak mambaleh jo nyao urang lain.." (apa saja yang adik lakukan ke Datuak, itu tidak akan ada pengaruhnya pada kakak.. lebih baik adik maafkan Datuak, lalu perbanyak doa untuk kakak.. doakan juga ibu.. itu yang lebih kami butuhkan daripada adiak membalas dengan nyawa orang lain..) ujar Miar tanpa menggerakan bibirnya. Meskipun jauh, percakapan itu seperti berada di dalam telinga Darwis.

Darwis tertunduk dan menangis sejadi jadinya. Ia menarik lagi tali yang tadi hampir ia kalungkan pada leher Datuak.

"Pasti kak.. satalah ko adiak akan pabanyak ibadah jo mandoaan akak jo amak.." (pasti kak.. setelah ini, adik akan perbanyak ibadah dan mendoakan kakak dan ibu..) ujar Darwis.

Miar tersenyum dari kejauhan dan perlahan bayangannya memudar hingga menghilang dari pandangan Darwis..

SURAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang