Bagian 5 -Part 1

1K 61 1
                                    

"menyingkirkan Niko..?"

"Iya Han.. posisi Niko sudah bukan lagi pendukung buatmu menyelesaikan tugas ayah, tapi dia sainganmu sekarang. Saingan untuk menarik perhatian ayah dan yang nantinya aku khawatirkan akan dipilih ayah.." jelas Salma.

"...." Marhan terdiam dengan kedua tangannya masih berada dalam dekapan tangan Salma.

"..aku tau kamu bingung, apalagi dia sahabatmu. Tapi semua ada batasannya, dan bukan hal yang tabu lagi persahabatan itu rusak karena cinta Han.." Salma terus mengingatkan Marhan.

"..saya butuh waktu.. saya tau Niko seharusnya tidak begitu Ma.." ujar Marhan.

Wajah Salma yang semula penuh harap seketika berubah dingin. Ia melepaskan genggaman tangannya di tangan Marhan.

"Yasudah kalau kamu masih ingin seperti itu. Jangan salahkan aku kalau nanti apa yang kamu takutkan akan benar benar kejadian" ujar Salma.

"..." Marhan masih dalam diamnya.

Salma kemudian berbalik meninggalkan surau tanpa memberi salam. Marhan yakin Salma kesal dan kecewa karena ia terkesan lebih mendahulukan Niko daripada dirinya. Namun disisi lain, Marhan merasa mustahil Niko bisa berbuat sejauh itu.

Bungkus nasi dan lauk malam itu Marhan buka. Aneka lauk yang Salma bawakan malam ini terasa hambar di mulutnya. Pikirannya berkecamuk. Disatu sisi ia tidak ingin kehilangan Salma, namun disisi lain ia juga yakin Niko bukanlah orang yang tega menyalip dirinya dalam mendapatkan Salma.

Setelah makan, Marhan mengumandangkan adzan, iqomah, dan sholat Isya sendirian. Dengan makanan yang diantarkan Salma tadi, biasanya itu menunjukkan bahwa Datuak Kayo sedang tidak ada di rumah sehingga ia tidak perlu menunggu Datuak datang sholat berjamaah. Setelah semuanya selesai, ia masuk ke dalam kamar dan berbaring.

DDDDRRT

Sebuah pesan singkat masuk ke handphonenya

[Baa nyo ruak? Aman?] (Gimana Nyet? Aman?) tanya Niko dalam pesan itu.

[Aman. Alhamdulillah] balas Marhan.

[mantap]

Marhan tidak membalas lagi pesan itu. Ia menaruh handphone itu di pinggir kasurnya dan diam memandangi langit langit kamar. Perkataan Salma benar benar membuatnya tertekan. Ia tidak tau mana yang benar, mempercayai Salma, atau berpikiran positif terhadap Niko.. terlebih, Marhan tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan sekarang.

Pikiran yang begitu bercabang membuatnya sulit untuk tidur maupun membaca buku yang biasanya menjadi hal menarik untuk ia lakukan. Ia hanya berbaring diam dan memikirkan skenario skenario apa yang bisa ia lakukan kedepannya untuk menyelesaikan masalah ini.

"Ya Rabb, saya harus bagaimanaa" keluh Marhan sambil menutup wajahnya.

Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Ketika Marhan mengambil handphonenya lagi, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Karena sudah memasuki waktu tahajud, Marhan memilih untuk sholat terlebih dahulu. Ia rasa dengan bertahajud, ia akan menemukan ketenangan dan petunjuk.

Setelah mengambil wudhu, Marhan memulai sholatnya. Ia berdiri di posisi shaf barisan ke lima sendirian, dan mengeraskan bacaan Qurannya. Selama melantunkan ayat ayat suci itu, Ia coba menghayati dan memaknai arti ayat demi ayat Quran tersebut.. namun semua terasa sangat sulit, yang ada di pikirannya sekarang adalah wajah Salma dan Niko, bagaimana caranya ia bisa mendapatkan Salma, bagaimana cara ia bisa menghentikan dominasi Niko tanpa harus menyingkirkannya.. dan yang paling ia takutkan, kedua wajah itu bersanding di pelaminan sementara ia hanya datang sebagai tamu undangan.

Bayangan Salma dan Niko yang berputar putar di kepalanya membuat Marhan sulit untuk konsentrasi. Panjang pendek bacaan qurannya kacau dan irama yang biasanya bisa ia lantunkan dengan baik, mendadak hilang.

Untuk mengembalikann konsentrasinya, Marhan kemudian memejamkan mata. Namun bukannya lebih konsentrasi, dalam keadaan mata tertutup, pikiran Marhan malah kembali pada momen momen tadi ia berdua dengan Salma. Bagaimana rasanya digenggam oleh Salma, dan bagaimana rasanya saat Salma mengaku juga mencintainya..

Meskipun pikirannya sudah kemana mana, ia tetap melanjutkan sholatnya.

"Fa bi ayyi aalaa i robbikumaa tukazzibaan.. tabaarakasmu rabbika żil jalaali wal ikraam" ucap Marhan menutup ayat terakhir Ar Rahman yang ia baca sambil perlahan membuka matanya..

Awalnya mata Marhan tertuju pada sajadah tempat sujud, namun..

Matanya menangkap sesuatu yang perlahan muncul dari bawah lantai di posisi imam.. ia tidak tau itu apa. Karena pandangannya hanya bisa melihat jelas sampai ujung sajadah, tapi ujung matanya masih bisa melihat bahwa ada sesuatu yang bergerak di depan sana..

Gerakannya lambat.. sangat lambat.. dan Marhan bisa melihat bahwa sesuatu di tempat imam itu memiliki kepala yang besar dan tubuh berwarna hitam..

Jantung Marhan berdegup kencang. Suasana yang hening membuat ia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri.

"Allahu Akbar.." Marhan melanjutkan sholatnya, ia rukuk dan menganggap keberadaan sosok itu tidak ada..

"Sami Allahu liman hamidah"..

Marhan masih bertahan memandang arah sujudnya. Meskipun kini sosok hitam itu sudah muncul seutuhnya dari tanah dan mulai merangkak lambat, Marhan tetap tidak mau memutus sholatnya. Namun disisi lain, ia juga tidak bisa fokus dengan bacaannya. Marhan berdiri diam lama, sesuatu seperti menekannya untuk tidak melanjutkan gerakan sholatnya, sujud.

Sosok itu mendekat ke arah Marhan masih dengan keadaan merangkak. Marhan kini bisa melihat lebih jelas kedua tangannya yang hitam legam dan berkuku panjang. Ada guratan guratan luka dan bulu bulu kasar di tangan itu.

Peluh membanjiri wajah dan Marhan yang sangat sulit bergerak. Ia sudah berdiri dalam posisi tegap itidal selama dua menit tanpa membaca apapun.

"Su.. su.. sujudlah.."

Sosok itu berbicara dengan suara yang bergetar dan serak!

HAH?!

SURAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang