Bagian 4 - Part 2

1.1K 58 0
                                    

"cantik banget ga sih si Salma Nik?.." bayang Marhan sambil merebahkan tubuhnya di ruang sholat. Pikirannya masih belum bisa lepas dari Salma meskipun Salma sendiri sudah pulang sejak setengah jam lalu.

Niko tidak menjawabnnya.

"Terus tadi kamu liat ga dia senyum gitu pas saya bilang semoga Datuak ngerestui kami? Duh imut bangeet" ujar Marhan sambil menutup wajahnya.

"Kilaki tapi mantiak ang ko" (laki laki tapi genit kamu ini) ledek Niko.

Tiba tiba saja dari arah luar terdengar suara gaduh yang berasal dari sejumlah orang. Marhan dan Niko bangun dan melihat dari pintu surau.

Dari arah perkampungan warga ada beberapa warga yang berkumpul sambil menengok ke sebuah rumah. Beberapa warga terlihat mengusap usap wajahnya sendiri seperti dilanda kepanikan.

"Ada apa Nik?"

"Gak tau. Ada sesuatu kayaknya. Coba kita liat" ajak Niko sambil berjalan turun ke teras.

Namun baru saja mereka akan masuk ke jalan kampung, dari arah rumah tersebut melaju dua buah motor. Satu diantaranya diboncengi oleh pak Darwis yang menggendong seseorang di pelukannya. Wajah Pak Darwis terlihat begitu panik dan kusut. Ia terus berteriak teriak memanggil nama Reza.

Motor itu lewat tepat di hadapan Marhan dan Niko. Mata pak Darwis terlihat memerah saat melihat keduanya berada di pinggir jalan yang ia lalui.

"CUIH!" Darwis meludah ke arah Marhan.

Beruntung Marhan berhasil menghindar. Ia hampir saja memaki balik pak Darwis kalau saja ia tidak melihat siapa anak yang Pak Darwis gendong di pangkuannya saat itu.

Reza..

Tubuh Reza menguning. Bola matanya berputar sehingga hanya menyisakan bagian putih saja. Lidahnya menjulur dengan tubuh yang kejang cukup parah. Melihat keadaan Reza yang hanya sepersekian detik itu justru membuat Marhan khawatir terhadap keselamatannya.

"Itu Reza ruak?"

"iya Nik.. kenapa ya?.."

Marhan dan Niko memandangi para warga yang berada beberapa meter dari mereka. Seluruh warga yang ada disana melihat ke arah Marhan. Ada tatapan kemarahan dari wajah mereka namun tidak ada satupun yang berbicara.

"perlu kita kesana Nik?" tanya Marhan.

"Ayo.."

Marhan dan Niko berjalan canggung ke arah para penduduk. Satu persatu dari para warga membuang muka. Sebagian lagi seperti bersiap siap untuk pergi, hingga tiba tiba seorang nenek keluar dari kerumunan itu.

Dengan sedikit berlari kecil, nenek tadi memaki maki ke arah Marhan dan Niko.

"PAI KALIAN PAI!! KALIAN KA MAMBUNUAH CUCU DEN! PAI KALIAN!!" (PERGI KALIAN PERGI! KALIAN AKAN MEMBUNUH CUCU SAYA! PERGI KALIAN!!) dengan suara seraknya, nenek itu meneriaki Marhan dan Niko.

Langkah keduanya terhenti. Pikiran mereka berkecamuk. Apa yang sudah mereka lakukan? Mereka hanya mengajak Reza mengobrol dan sholat.. apa yang salah dari itu?..

"PAI KALIAAAAN!!!" (PERGI KALIAAAN!!) nenek itu menjerit sejadi jadinya.

Beberapa warga di belakangnya coba menenangkan nenek itu dan memeganginya.

"Yak, alah tu yak.. doaan Reza lai ndak baa baa.." (Nek, sudahlah nek.. sekarang kita doa supaya Reza baik baik saja) ujar salah seorang warga yang memegangi nenek itu.

"NDAK KA IKHLAS DEN DOH! NDAK KA IKHLAS DEN DOO!!! CUCU DEEENNN" (SAYA TIDAK AKAN IKHLAS! TIDAK AKAN!! ITU CUCU SAYAAA!!) nenek itu kembali menjerit.

"Iyak.. Iyak.. alah tu yak.." (Nek.. nek.. sudah nek..) tenang warga yang lain.

Nenek itu menggigil. Giginya yang hanya sudah tersisa beberapa saja bergemeretak menahan emosinya.

"MATILAH KALIAN!! IJAN KALIAN SURUAH KAMI SUMBAYANG DI SURAU TAKUTUAK TU!!!" (MATILAH KALIAN!! JANGAN KALIAN SURUH KAMI SHOLAT DI SURAU TERKUTUK ITU!!) ujar nenek itu lagi yang membuat warga di sekitarnya terkejut dan panik.

"HUSH! IYAK!!!" (HUSH! NENEK!!)

Namun semua terlambat..

"HAKKH OEKH!!" darah merah kehitaman menyembur dari mulut nenek tadi.

Nenek itu terus terbatuk batuk dengan suara yang sangat keras. Terdengar seperti orang asma dan batuk secara bersamaan.

"YA ALLAH IYAK! IYAK!!" (YA ALLAH NENEK! NENEK!!) panggil warga yang lain.

Namun darah segar dari mulut nenek itu terus keluar tanpa henti. Seorang pemuda maju untuk menahan dagu nenek agar tidak terus terbuka.

"TALAN DARAHNYO YAK! TALAN! JAN BANYAK KALUA!" (TELAN DARAHNYA NEK! TELAN! JANGAN SAMPAI BANYAK KELUAR!) perintah pemuda itu.

Nenek tadi terlihat gelagapan. Sementara darah segar terus mengalir dari mulutnya hingga membasahi tangan pemuda tadi. Sedangkan warga lain menyaksikan hal itu sambil menjerit dan menangis.

Marhan dan Niko segera berlari ke arah tempat itu untuk membantu nenek tersebut. Namun beberapa orang warga menahan tubuh mereka dan mendorongnya dengan kasar hingga keduanya jatuh terjengkang.

"Kalian tidak usah ikut campur lagi! Lihat yang sudah kalian lakukan!! Ikuti perintah nenek itu dan pergi dari kampung ini sekarang kalau kalian memang peduli dengan kami!!" bentak orang itu.

Nenek tadi kemudian dibawa masuk ke dalam rumah diikuti banyak sekali warga. Marhan dan Niko hanya bisa melihatnya dengan tatapan nanar. Apa yang terjadi sebenarnya dengan orang orang ini?..

Marhan dan Niko bangkit. Marhan tidak bisa menutupi wajah bingung dan sedihnya di waktu bersamaan.

"Pak.. kami cuma ajak Reza sholat.. sesalah itu sholat di surau menurut bapak bapak?.." Marhan memelas.

"MANGECEK ANG SAKALI LAI YOBANA KAMI ARAK KALIAN KALUA DARI KAMPUANG KO!" (SEKALI LAGI KAMU NGOMONG KAMI ARAK KALIAN KELUAR DARI KAMPUNG INI!) bentak warga itu.

Air mata Marhan menggenang di ujung matanya. Bibirnya bergetar seperti hendak berbicara, namun Niko mencegahnya.

"Ruak, alah.. jan bataruihan.." (Nyet, sudah.. tidak usah diteruskan" Niko menepuk bahu Marhan dan menariknya agar Marhan berbalik badan.

"Tapi Nik.. salah kita apa.. kenapa kita malah yang dibilang mau bunuh Reza?.."

"Udah ruak.. udah.. kita gatau apa apa. Kita cuma bisa ikhtiar semoga mereka dapat hidayah.." ujar Niko sambil mengarahkan pandangan ke kakinya sendiri.

Namun baru beberapa langkah mereka hendak kembali ke Surau, sebuah teriakan melengking dari arah rumah terdengar.

"AAAAAAAA IYAAK UMIIIIIII" (AAAAA NENEK UMIIII) jerit suara itu yang sontak membuat semua orang termasuk Marhan dan Niko menoleh.

Lalu dari arah dalam rumah seorang wanita berlari keluar dan jatuh terjerembab di tengah jalan. Tanpa mengaduh atau meringis, Ia segera bangkit terduduk walaupun wajah dan bajunya sudah kotor oleh tanah. Wajahnya memerah namun pandangan matanya terlihat kosong..

"Yak Umi... Yak Umi... Yak Umi lah ndak adoh li doh ya Allah.." (Nenek Umi.. nenek Umi.. nenek Umi sudah gaada lagi.. ya Allah) rintih wanita itu sambil menepuk nepuk wajahnya sendiri karena shock.

SURAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang