Sekretaris Baru

301 32 4
                                    

Jihoon telah sampai kantor, pemuda itu bahkan kini telah berada di dalam ruangannya.

Ia meletakan tas kerja yang dibawanya lalu mulai menyibukkan diri dengan menatap layar komputer, hari ini banyak yang harus Ia kerjakan.

Walau telah di minta untuk mengambil cuti usai menggelar pernikahan, Jihoon justru enggan melakukannya.

Bukan karena pemuda itu adalah sosok yang gila kerja, namun lebih karena ada begitu banyak dokumen dan proposal yang harus Ia kerjakan.

Mengambil libur sehari untuk menggelar pernikahan saja sudah membuat nya harus menyelesaikan begitu banyak tugas yang telah menumpuk apalagi jika harus mengambil cuti.

Jihoon benar-benar sangat keteteran dengan semua pekerjaan nya usai sekretaris lama nya mengajukan pengunduran diri sebulan lalu karena akan pindah mengikuti sang suami.

Sejak saat itu beberapa calon telah mengajukan diri bahkan di ajukan oleh sang kakak untuk menjadi sekretaris baru nya, namun seluruhnya ditolak Jihoon karena mereka semua wanita.

Ya.
Pertama karena Jihoon tidak telah kehilangan kepercayaan pada sosok wanita, Jihoon pun tidak menginginkan jika kelak sekretaris nya akan kembali mengundurkan diri dengan alasan yang sama.

Akhirnya segala hal Ia coba menghandle sendiri, awalnya pemuda itu pikir dirinya mampu namun sayangnya pekerjaan nya justru banyak yang keteteran.

Tok, tok, tok
Mendengar suara ketukan dari depan pintu ruang kerjanya membuat Jihoon melirik sesaat ke arah pintu tersebut.

"Masuk." Izin Jihoon pada sang pengetuk.

"Selamat pagi, Jihoon." Ucap seseorang yang suaranya dikenal dengan baik oleh Jihoon.

Melirik ke arah sumber suara, Jihoon nampak acuh begitu mengetahui jika yang mengetuk pintu itu adalah sang kakak, Park Jimin.

"Ada apa?" Tanya Jihoon acuh pada sang kakak.

"Ya ampun kakak menyapa mu dengan baik loh dek, masa jawabannya seperti itu." Mendengar ocehan kakak nya membuat Jihoon benar-benar jengah.

Jihoon pun menghentikan aktivitas nya, Ia lalu memandang ke arah Jimin lalu memutar bola matanya malas. Jihoon pun beranjak dari duduknya lalu berdiri dan sedikit membungkuk hormat pada sang kakak.
"Selamat pagi, Tuan Jimin." Sapa Jihoon.

"Apa yang membawa Tuan hingga pagi-pagi seperti ini telah berkunjung ke ruangan saya." Tanya Jihoon basa-basi.

Walau terlihat jelas dari raut wajah sang adik jika dirinya terpaksa, namun hal itu justru menjadi sesuatu yang menarik bagi Jimin.

"Aigoo.... Adik ku benar-benar menggemaskan hehe ☺️." Jimin tersenyum.

"Puas!!!! Sekarang katakan ada apa kak. Aku banyak kerjaan loh ini." Protes Jihoon pada sang kakak.

"Ahahaha.... Baiklah, baiklah. Kakak kesini hanya ingin mengantarkan sekretaris baru mu. Dan a'.... Kali ini kau tak boleh menolak Jihoon, karena kakak telah mencari yang sesuai keinginan mu." Ucap Jimin pada adiknya itu.

Jimin pun memberi aba-aba pada seseorang yang saat ini tengah menunggu diluar ruangan itu agar bisa segera masuk dan memperkenalkan dirinya pada Jihoon.

"Bagaimana Jihoon? Kali ini sudah sesuaikan." Jimin nampak tersenyum begitu tak mendengar kalimat protes yang terucap dari bibir adik nya saat orang yang Ia bawa sebagai calon sekretaris baru adik nya itu memasuki ruangan.

Jihoon memandang ke arah sosok sekretaris baru nya itu, sosok pemuda bertubuh lebih mungil darinya dengan senyuman yang manis.

Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki penampilan pemuda itu tak lepas dari pandangan Jihoon.

UNEXPECTED LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang