Berdamai dengan Keadaan

285 25 33
                                    

Usai malam itu Yoshi tidak lagi tinggal di hunian pemberian kedua orangtuanya untuk dirinya dan Jihoon.

Mulai malam itu, Tuan Kanemoto telah mengambil keputusan untuk membawa pulang putranya dan akan langsung mengurus proses perceraian diantara Yoshi dan Jihoon.

Satu persatu barang yang pernah Ia berikan untuk Jihoon akan Ia tarik semua, termaksud 1 unit mobil dan hunian yang selama ini Jihoon tempati bersama Yoshi.

Jihoon tengah menikmati secangkir kopi hasil buatannya sendiri sambil membaca sebuah buku diruang tengah ketika Tuan Kanemoto bersama beberapa bodyguard pribadinya datang bertandang ke hunian tersebut.

Dengan wajah datar seolah Ia memang telah menduga jika Tuan Kanemoto pasti akan berkunjung, Jihoon terlihat tak terkejut bahkan cenderung santai saat Tuan Kanemoto bersama para bodyguard nya tiba-tiba masuk begitu saja tanpa permisi ke dalam huniannya.

Jihoon lalu melirik sejenak ke arah para tamu tak diundang nya itu sebelum Ia menutup buku yang berada ditangannya dan meletakkan buku tersebut ke atas meja di depan kakinya.

"Selamat datang, Tuan-Tuan." Jihoon menyambut para tamunya.

"Haruskah saya mempersilahkan Anda sekalian untuk duduk?" Tutur Jihoon.

"Tidak perlu. Kedatangan saya kesini bukan sebagai tamu, melainkan sebagai pemilik asli hunian ini." Ucap Tuan Kanemoto.

"Saya tidak ingin basa basi lagi dengan mu, Park Jihoon. Secepatnya bawa barang-barang mu dan segera tinggalkanlah hunian ini!" Ujar Tuan Kanemoto langsung pada intinya sementara Jihoon masih saja membisu ditempatnya.

"Hunian ini adalah hadiah yang saya berikan untuk pernikahan kalian, namun karena sekarang pernikahan itu akan berakhir saya rasa tidak ada gunanya lagi menyimpan hunian ini. Jadi saya harap sebelum matahari terbenam petang nanti, kau sudah meninggalkan hunian ini." Sambung Tuan Kanemoto lagi.

Ternyata benar dugaan Jihoon, Tuan Kanemoto memang datang untuk mengambil kembali hunian ini. Jihoon yang masih diam hanya melepaskan sebuah kacamata yang masih bertengger di atas hidungnya, melipat kedua gagang benda tersebut dan menyimpannya ke dalam saku kemeja yang Ia gunakan.

Ia lalu kembali memandang ke arah sosok seseorang yang masih berstatus sebagai mertuanya itu, lalu berkata.

"Ternyata benar dugaan saya." Jihoon menjeda ucapannya.

"Tanpa Tuan jelaskan sekalipun saya sudah tau jika segera Tuan pasti akan datang untuk mengambil kembali hunian ini. Oleh karena itu, saya telah mengosongkan hunian ini sebelum Tuan datang berkunjung." Ujar Jihoon.

"Saya telah mengemas semua barang pribadi saya dan meletakkan semuanya ke dalam mobil sembari menunggu kedatangan Tuan-Tuan kemari, tapi Tuan tenang saja. Saya hanya mengemas yang menjadi barang saya, selain dari itu semua barang lain masih berada tepat di posisinya seperti sedia kala." Jihoon memberi penjelasan dengan sangat enteng hingga membuat Tuan Kanemoto menatap ke arahnya dengan bingung.

Jihoon tersenyum.
"Saya tau betul jika Tuan sangat menghargai waktu, namun jika Tuan tidak keberatan dan jika diizinkan saya ingin mengatakan sesuatu." Ucap Jihoon.

Tuan Kanemoto pun lalu mempersilahkan Jihoon mengatakan apa yang ingin dia katakan, setidaknya anggap saja ini ucapan perpisahan dari nya.

"Saya mungkin akan pergi dari hunian ini, saya juga bahkan bisa pergi dan menghilang dari hidup putra Anda, Tuan. Namun untuk menceraikannya? Maaf, Tuan. Saya belum bisa menyanggupi hal tersebut." Sekali lagi Jihoon membuat Ayah mertuanya itu bingung.

Apa-apaan ini?
Apa maksud perkataannya itu?
Tuan Kanemoto mulai bergumam dalam benaknya sendiri.

"Apa-apaan ini, huh? Apa maksud mu, Park Jihoon? Mengapa kau tidak ingin bercerai dengan Yoshi sementara kau bahkan sama sekali tidak mencintainya?" Tuan Kanemoto mulai terpancing amarahnya.

UNEXPECTED LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang