Dalam Doa yang Berbeda

1.4K 84 14
                                    

"Cinta beda keyakinan adalah ujian, apakah kita lebih mengutamakan perintah Tuhan atau perasaan pribadi."
~Citra Kirana~


Awas typo nya

HAPPY READING




Citra berjalan sendiri menyusuri koridor sekolah. Seperti biasa, sahabatnya sudah bersama dengan sang pujaan hati, jadi Citra tidak merasa heran. Bel sekolah sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu, dan koridor tampak semakin sepi. Citra melangkah dengan tenang, menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan.

Steven melihat Citra dari kejauhan dan mendapatkan ide untuk mengerjai cewek itu. Dengan hati-hati dia mulai mengendap-endap di koridor agar tidak menimbulkan kebisingan. Langkahnya pelan dan membuatnya hampir tidak terdengar.

Ketika Steven sudah berada tepat di belakang Citra ia menarik napas dalam-dalam lalu tiba-tiba melompat dan mengagetkan Citra dengan teriakan kecil. "Boo!"

Citra terlonjak hampir saja terjatuh lalu segera berbalik dengan ekspresi kaget dan bingung. Matanya mencari sosok yang mengganggu ketenangannya dan begitu melihat Steven yang berdiri di sana dengan senyum lebar dia langsung mendecak kesal sambil menepuk dada. "Steven! Anjing Lo bikin jantung gue hampir copot kocak!"

Steven tertawa terbahak-bahak, "Ya tinggal ganti lah pake jantungnya semut, biar lebih tahan banting."

Citra masih mencoba menenangkan diri menatap Steven dengan kesal. "Eh Steven jangan sembarangan. Lo tuh emang gak ada kerjaan lain ya selain ganggu orang?"

Steven mengibaskan tangan seolah tidak merasa bersalah, "Kan seru! Lagian lo butuh hiburan."

Citra memutar matanya, "Lo ini bisa-bisanya, kenapa gak pernah bisa serius sedikit?"

Steven berpura-pura berfikir sejenak, "Sejak kapan lo jadi serius banget? Nih ye serius itu bikin pusing, Citra. Kalo mau serius mending main catur aja."

Citra mengangkat alis, "Catur? Lo ngelawak deh gue cuma pengen mau pulang tanpa di jailin."

Steven berusaha menahan tawanya, "Oke, oke kalau gitu jalan bareng ke depan. Tapi jangan marah kalau gue masih suka nge prank."

Citra mengangkat alis, "Catur? Lo ngelawak deh. Gue cuma pengen pulang tanpa di-jailin."

Steven berusaha menahan tawanya, "Oke, oke. Kalau gitu, jalan bareng ke depan. Tapi jangan marah kalau gue masih suka nge-prank."

Citra menghela napas panjang, "Ah, terserah lo anjing capek gue sama lo!" Setelah itu, Citra meninggalkan Steven dengan langkah cepat Steven yang hanya bisa menatapnya sambil tersenyum lebar.

Steven menggelengkan kepala sambil tertawa kecil lalu mengikuti Citra dari belakang dengan semangat siap untuk prank selanjutnya yang mungkin akan membuat Citra kembali geram.

Steven berlari mengejar Citra dan akhirnya berhasil menghampirinya. "Eh, Citra tunggu bentar," ujar Steven dengan nada lebih lembut. "Gue cuma pengen minta maaf."

Citra berhenti sejenak menatap Steven dengan tatapan tajam. "Bacot lo babi hutan! Lo pikir gampang ngelupain kejadian tadi?"

Steven mendekat berusaha menenangkan. "Ayo lah, Citra jangan marah gue beneran minta maaf. Lagian, babi hutan juga gak jahat-jahat banget, kan?"

Citra mendecak kesal, "Kalo babi hutan suka ngagetin orang emang mau gue apain? Mau gue jadiin roast babi?"

Steven mencoba menghibur, "Oke, oke gue janji gak bakal jadi babi hutan lagi gue bakal jadi kelinci yang manis dan tidak mengganggu."

My First Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang