Awal Rencana Laura

1.4K 124 21
                                    

Awas typo nya

HAPPY READING



Vania berjalan sendiri di koridor sekolah menuju perpustakaan ia disuruh oleh salah satu guru untuk mengambil beberapa buku pada penjaga perpustakaan. Koridor nampak sepi karena jam pembelajaran masih berlangsung hanya ada suara langkah kakinya yang menggema di lantai.

Saat hampir sampai di perpustakaan Vania mendengar suara langkah kaki lain yang mendekat ia merasa sedikit was-was tetapi mencoba tetap tenang. Ketika ia sampai di pintu perpustakaan suara langkah kaki itu semakin dekat dan Vania menoleh untuk melihat siapa yang mengikuti nya.

Ternyata itu adalah Laura dan kedua temannya Dita dan Rina. Ketiga cewek itu berjalan mendekati Vania dengan senyum yang tidak menyenangkan di wajah mereka. Vania merasa jantungnya berdetak lebih cepat tapi ia berusaha tetap tenang.

"Eh Van ngapain lo di sini sendirian?" tanya Laura dengan nada mengejek dan basa basi.

"Aku disuruh guru ambil buku di perpustakaan," jawab Vania sambil mencoba menghindari tatapan mereka.

Laura mendekat wajahnya semakin serius. "Lo gak takut jalan sendirian di koridor sepi kayak gini? Siapa tau ada yang mau bikin masalah sama lo."

Vania menggeleng pelan, "Aku gak takut, aku cuma ambil buku terus balik ke kelas."

Dita dan Rina saling pandang lalu mengangguk pada Laura. Laura tersenyum licik, "Kita juga mau ke perpustakaan kok kebetulan banget ya yuk bareng aja."

Vania tidak punya pilihan selain mengangguk setuju mereka berempat berjalan bersama menuju perpustakaan. Di dalam perpustakaan Vania mengobrol pada penjaga perpustakaan untuk mengambil buku yang diperintah oleh gurunya sementara Laura dan teman-temannya terus mengawasi dengan tatapan penuh arti.

"Makasih ya Bu," ucap Vania mengambil alih beberapa buku itu pada penjaga perpustakaan tersebut.

"Iya sama-sama."

Saat ingin keluar dari perpustakaan anak itu melihat geng Laura sedang mengawasi dirinya, "Aku balik duluan ya."

Laura menahan tangannya, "Eh Van kita ngobrol sebentar ada yang mau gue omongin."

Vania merasa tidak nyaman tapi ia tidak ingin menimbulkan keributan di perpustakaan. "Apa yang mau kamu omongin?"

Laura tersenyum tipis. "Gue cuma mau ngingetin Lo jauh-jauh deh dari Dirgantara kalau lo gak mau dapet masalah. Paham?"

Vania menelan ludah, "Aku gak ngerti maksud kamu."

Laura mendekat matanya menatap tajam, "Lo pasti ngerti ini peringatan, Vania."

Vania merasa takut tapi ia mencoba mempertahankan keberaniannya. "Kak Dirgantara bukan milik kamu, Laura."

Laura tersenyum dingin, "Kita lihat aja nanti siapa yang bakal menang."

Laura mendorong Vania dengan kasar sampai buku-buku yang ada di tangannya jatuh berserakan dilantai. Mereka bertiga menertawai Vania yang sedang mengambil satu persatu buku-buku tersebut setelah itu Laura dan teman-temannya pergi meninggalkan Vania. Dia tahu masalah ini belum selesai dan mungkin akan semakin rumit ke depannya.

Tiba-tiba ada tangan seorang cowok yang membantu Vania mengemas buku-buku tersebut. Vania terkejut sejenak kemudian melihat ke arah cowok yang membantunya.

"Eum makasih ya," ucap Vania dengan senyum tipis.

"Gapapa gue liat lo butuh bantuan," jawab cowok itu sambil tersenyum dan membawa sebagian buku-bukunya.

"Gue bantu bawa sampek ke kelas lo," ujar Cowok itu membuat Vania merasa gak enak.

"Eh gausah aku bisa bawa sendiri kok," Vania ingin merebut buku yang ada ditangan cowok itu tapi malah sang empu menghindari.

My First Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang