"Ssssttt" Jari telunjuk nya menempel tepat di depan bibir tebal nya.
Lisa mencoba berkonsentrasi penuh ketika melihat ikan yang terdiam di antara bebatuan di tepi sungai , karna pada malam hari ikan-ikan pasti beristirahat di air yang lebih tenang.
Di temani gadis yang lebih tua, Jisoo dengan sabar mengikuti langkah Lisa sambil memegang kayu dengan api menyala di ujung nya.
Sumber penerangan tambahan yang mereka ambil dari kayu api unggun yang masih menyala.
Genggaman tangan Lisa mengencang pada tombak dengan bambu yang ia runcingi seperti pensil yang tajam.
Ia sudah berusaha menombak yang ke sekian kali, dan mereka bahkan masih belum mendapatkan satu ikan pun.
Slashhhh
Tombak melesat menembus air, Lisa dengan cepat meraih kembali ketika tombak sudah di tembakkan.
"Bagaimana? " Bisik Jisoo penasaran.
Pundak Lisa merosot setelah melihat ujung tombak nya tetap kosong, dan ia menatap cemberut gadis yang lebih tua, menggelengkan kepalanya lemah.
Jisoo tau mereka gagal lagi, dan ia hanya bisa menghela nafas panjang.
"Tidak apa, mari kita coba lagi" Katanya menyemangati dengan senyuman yang tak sampai ke matanya.
Namun Lisa hanya diam, menatap ke kakinya sendiri, Jisoo melirik sejenak Jennie dan Rose yang tertidur saling berpelukan, terakhir kali ia masih bisa mendengar erangan kelaparan dari si rambut pirang, Jisoo bersumpah ia merasa sangat sedih untuk adik adik nya.
"Unnie, kau bisa istirahat, biar aku melanjutkan nya sendiri"
Jisoo kembali memusatkan perhatian nya pada wajah Lisa, ia bisa melihat kelelahan di matanya, tapi Lisa sama sekali belum berniat menyerah setelah berjam-jam mencoba menangkap ikan.
"Aku tidak akan membiarkan mu sendiri, jika kau ingin aku berhenti maka kau juga harus berhenti"
Keheningan menguasai Lisa, dan Jisoo merasakan keheningan itu justru menyakiti nya.
"Ini sulit Unnie"
Jisoo mendengar dengan jelas jika suara gadis jangkung itu bergetar.
"Rasanya sangat sulit"
Lisa tidak mengerti apa yang membuat nya putus asa dan air matanya mendesak keluar tak tertahankan di sertai rasa sesak yang menyelimuti dada nya, ia dengan kasar membanting tombak di tangannya hingga patah terbelah menjadi dua.
Jisoo terkesiap ketika melihat gadis itu berjongkok menenggelamkan wajah nya di antara kedua lutut yang di peluk dengan lengan ramping nya, pundak Lisa bergetar begitu hebat.
"Aku merasa sangat kesal dengan diri ku, kenapa sulit sekali melakukan hal seperti ini, aku benci menjadi orang gagal, aku tidak suka melihat kalian kelaparan dan kita semua menderita" Isak nya teredam di antara kedua lengannya.
Jisoo menelan pahit salivanya sendiri, tenggorokan nya sakit ketika air mata juga menggenang di pelupuk mata nya mengaburkan pandangan di malam yang gulita.
"aku lelah, aku ingin menyerah, tapi aku juga benci mengingkari janji ku"
Lisa mendongak menatap Jisoo dengan wajah yang sudah basah meninggalkan banyak jejak air mata.
"Unnie, katakan bagaimana aku harus menepati janji ku, aku ingin kita bisa makan dan tidak kelaparan di hutan ini"
Jisoo mengusap air matanya sendiri ketika butiran air bening itu jatuh melewati pipi nya, pemandangan mata hazzel yang biasanya bercahaya seperti bulan purnama yang indah di kegelapan, sekarang justru terlihat putus asa dan frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WEEKS
Fanfiction"kita perlu memikirkan bagaimana cara membuat mereka akur layaknya saudara pada umum nya, yeobo" Honey Lee menumpu kepala nya dengan satu tangan di kening, sebab merasa pusing dengan tingkah ke empat putri nya, yang tak pernah akur bahkan sedetik pu...