Ia semakin bergeser menuju pintu utama, perlahan tapi pasti deretan gambar itu terpampang jelas di sana.
Tiga gambar tersenyum ke arah nya, dengan karangan bunga melingkar indah di setiap bingkai, terlihat begitu menawan, tapi Lisa justru di buat terpaku, merasakan bumi seperti runtuh di atas kepala nya.
Di sudut ruangan ia melihat Eomma nya menangis seperti orang gila, dan sang Appa hanya bisa diam seperti patung tak bernyawa, memandangi ketiga gambar putri nya yang tersenyum begitu menawan.
"Andwe.. " Gumam Lisa linglung, tiba-tiba merasakan kaki nya lemas membiarkan ubuh nya luruh ke dasar lantai yang dingin.
"Bagaimana bisa? , tidak....tidak, ini aneh" Dia tertawa, tapi air mata jatuh seperti tetesan hujan dari langit.
"Hahaha, apa apaan ini, bagaimana mungkin? " Ia merasakan dadanya sempit, sesak, tak ada ruang untuk bernafas, sehingga tangannya mulai memukul dadanya sendiri.
Lisa beringsut ke sisi Sang Appa yang termenung.
"Appa.... Appa... Di mana unnie? "
Dia mengguncang tubuh kaku laki-laki yang ia panggil Appa itu.
Ia bingung, linglung, kenapa tiba-tiba di sini, apa yang terjadi pada ketiga saudaranya, kenapa photo mereka di pajang di rumah duka, semua ini seperti omong kosong baginya.
"Appa, di mana Unnie? "
"Nak, lihatlah, disana mereka" Ia menunjuk ketiga photo yang membuat Lisa benci bahkan untuk melihat.
Ia menggeleng tak percaya.
"Bukan, aku tau itu bukan, itu tidak mungkin, mereka baik-baik saja terakhir kali" Katanya menangis.Lisa tiba-tiba berdiri hendak menjangkau apapun yang ia lihat untuk menghancurkan semua yang terlihat seperti omong kosong baginya.
Tapi tangannya dengan cepat di tarik dengan kuat."Appa lepaskan!! " Namun cengkraman nya sangat kuat, hingga Lisa kembali jatuh ke lantai.
Merasa sangat putus asa, Lisa justru menampar diri nya sendiri, membuat rambut yang tadi nya di ikat rapi mulai acak-acakan.
Plak
"Bangun!!! "
Plak
"Bangun!!!, Lisa bangun!!"
Plak plak plak
Ia melirik lagi ketiga photo orang yang ia cintai itu masih di sana dan ia masih berjuang hanya untuk meyakinkan dirinya sendiri jika ia hanyalah bermimpi, tapi setelah membuat hidung dan sudut bibirnya berdarah, ia bahkan sama sekali tidak bangun dari yang ia kira mimpi.
Lisa menangis sejadi-jadinya hingga ia kehabisan suara untuk berteriak, bersimpuh menenggelamkan wajah nya di lantai terisak tak tertahankan.
"Bagaimana mungkin kalian mati? "
"Kita masih bersama kemarin, kita saling menjaga dan berjuang kemarin, apa yang terjadiiiii"
Tangisannya sangat amat pilu dan menyakitkan, Lisa tak pernah berada pada titik terendah dalam hidupnya sejauh ini, menemukan ketiganya sudah tidak ada itu seperti semua yang ada padanya pun telah di renggut tanpa tersisa.
"Kenapa kalian pergi? " Suaranya teredam di lantai yang dingin.
"Semua karna kamu! " Suara tegas menuduh penuh kebencian itu menghentikan Lisa dari tangisannya, ia perlahan mendongak dan melihat eomma nya menatap dengan tajam ke arahnya.
"Eomma" Desah Lisa bingung.
"Kenapa kau tidak menjaganya!!!"
"Tidak eomma, aku, aku berusaha menjaga, kami saling menjaga" Sangkal Lisa bergetar.
"TIDAKKKKK, KAU LIHAT MEREKA MATI, KAU TIDAK MENJAGANYA LISA!!!! "
"Eomma, aku tidak tau bagaimana mereka bisa seperti itu, aku tidak tau, ini terasa mimpi bagi ku? "
"BERHENTI MENYANGKAL!!!, KAU TIDAK MENEPATI JANJI MU, KENAPA KAU MASIH DI SINI, ITU HANYA MEMPERLIHATKAN BETAPA EGOIS NYA DIRIMU"
"apa.. Eomma tolong maafkan aku, aku tidak......"
"BERHENTI MEMANGGILKU EOMMA !!! "
"Eomma,, miannhe, sinja mianhe"
"TIDAK, AKU BUKAN LAGI EOMMA MU"
"anniya eomma, maafkan aku"
Lisa menyentuh kaki sang ibu namun di tepis begitu kuat hingga ia terjatuh, sekarang semua mata tertuju pada nya, Orang-orang menatap nya tajam dan melotot, Lisa tidak mengerti kenapa semua menjadi salah nya.
**********
Mata Hazel berwarna hitam pekat seperti bola mata rusa betina yang indah terbuka lebar, matanya sembab dan bercahaya.
Ia menangis menatap langit ketika merasakan rasa sakit di dadanya, bukan hanya sulit bernafas, ia juga sangat sulit bergerak.
Gadis itu hanya menatap atap putih di atas nya dan segala hal di kelliling nya sepi tak seorang pun ada di sana.
Ia semakin merasa ketakutan, sendiri, dan bayang-bayang kehilangan orang yang ia cintai itu terus menghantui di setiap tetes air matanya.
Ia ingin berteriak memanggil siapapun, tapi rasanya sangat sulit, mulutnya kaku seperti di bungkam.
"Apakah aku yang telah mati? "
"Jika aku hidup di mana mereka, kenapa aku hanya sendiri di sini"
"Siapapun, datanglah, bahkan jika itu malaikat"
"Aku sangat takut sendirian"
Lagi-lagi bayangan ketiga saudara nya telah tiada, dan sang ibu yang murka menghantuinya, Lisa seperti ingin berlari dan membuktikan jika itu hanya mimpi, atau sekarang adalah mimpi lain yang menyakitkan, ia tidak siap, jika kenyataan nya ia merasakan kehilangan.
Tapi bagaimana jika itu dia yang mati, apa seperti itu yang akan di rasakan keluarganya, sangat menyakitkan tak bisa di ungkap dengan kata-kata apapun.
Maka, jika Lisa bisa memilih, ia ingin tidak seorangpun yang pergi, ia tidak ingin merasakan di tinggalkan, dan tidak ingin meninggalkan siapapun di antara mereka.
25 December 2023
Bismillah double up.... Mari kita tanam ubi yang lain... Biar seruuu

KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WEEKS
Hayran Kurgu"kita perlu memikirkan bagaimana cara membuat mereka akur layaknya saudara pada umum nya, yeobo" Honey Lee menumpu kepala nya dengan satu tangan di kening, sebab merasa pusing dengan tingkah ke empat putri nya, yang tak pernah akur bahkan sedetik pu...