"Unnie.. Uljima"
Jennie yang menangis memeluk Lisa merasakan sebuah tangan melingkari punggung nya.
Suara serak nyaris berbisik menyapa gendang telinga nya yang menyatu dengan suara detak jantung yang lemah.
Begitupula Jisoo dan Rose terhenti seketika semua hening, mata ketiganya segera menatap ke arah gadis yang pucat tersenyum lemah.
"Aku belum mati" Sapa Lisa lagi.
Jennie menegakkan tubuh memaksa Lisa duduk dan menariknya lebih erat ke dalam pelukan erat.
"PABBOYAKKK, KENAPA KAU BISA SEPERTI INI!!!!! "
pekik Jennie kesal meremas lebih banyak air mata, mengabaikan Lisa meringis karna rasa sesak di dadanya.
Si pirang mengatup rahang nya geram, wajah nya memerah ketika melihat Lisa berusaha terlihat kuat tersenyum palsu ke arah nya.
"TEPATI JANJI MU LISA!!" teriak nya marah.
Rose dengan kasar menarik Lisa ke arah nya, sehingga pelukannya dan Jennie terlepas, ia menggenggam pundak Lisa begitu erat agar ia tetap duduk tegap menghadap nya.
"Kau berjanji kita semua akan pulang bersama, pergi berempat pulang berempat dalam keadaan hidup, Kau bilang tidak ada di antara kita yang akan mati, AKU MINTA TEPATI KATA-KATA MUUUUU!!!! "
Jisoo dengan cepat menarik Rose menjauh ketika ia benar-benar mengguncang tubuh Lisa seperti boneka.
Jennie dengan cepat menangkap tubuh Lisa yang jatuh, menggambarkan bahwa gadis itu sungguh tak berdaya sama sekali, matanya bahkan nyaris tertutup."YAKKKKK, APA YANG KAU LAKUKAN!! "
"AKU HANYA BICARA PADA NYA"
"kau menyakiti nya Rose ya... Sadarlahhhh " Bentak Jisoo marah.
Rose terdiam, berganti dengan isak tangis, ia menangis menutupi wajah nya sendiri.
"Unnie aku takut dia mati, aku hanya tidak ingin Lisa mati, bagaimanapun dia kembaran ku, rasanya sangat sakit"
Jisoo dengan lembut menarik Rose ke pelukan nya, mengusap rambutnya yang berwarna pirang cerah penuh kasih sayang.
"Ssst... Tidak akan ada yang mati, percayalah"
"Jisoo Unnie benar, Aku tidak akan mati" Lisa terkekeh, ia menertawakan kalimat nya sendiri, nyatanya ia benar-benar berada di ambang kematian.
Dadanya terasa sesak, tubuh nya mati rasa, setiap sendi tulang nya terasa sakit walau hanya di sentuh dengan ujung kuku.
"Jikapun aku mati, aku akan tetap hidup di hati kalian"
"Tidak bisakah kau diam saja" Jennie menegurnya geram, menatap Lisa tajam dengan mata kucing nya.
"Jangan larang aku bicara, karna setelah ini kau belum tentu bisa mendengar ku lagi Unnie"
"YAKKKK, AKU TIDAK INGIN MENDENGAR OMONG KOSONG MU!!!!"
"aku tidak kuat mendengar mu berkata seperti itu Lisa, tolong mengertilah"Rose melepaskan diri dari pelukan Jisoo, menyeka air matanya kasar, melangkah mendekati tubuh jangkung itu dengan langkah penuh tekad.
"Rose ya, apa yang kau lakukan? " Jennie bertanya bingung, ketika Rose mengarahkan Lisa agar naik ke punggungnya.
"Lanjutkan perjalanan, kita harus pulang sekarang" Katanya datar dan tegas, mengabaikan jejak air mata yang masih tersisa di wajah nya.
"Aku tidak mau, pundak mu sakit" Lisa berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WEEKS
Fanfiction"kita perlu memikirkan bagaimana cara membuat mereka akur layaknya saudara pada umum nya, yeobo" Honey Lee menumpu kepala nya dengan satu tangan di kening, sebab merasa pusing dengan tingkah ke empat putri nya, yang tak pernah akur bahkan sedetik pu...