Krak krakKeringat bercucuran menyatu dengan air hujan, Jisoo mengutuk angin yang mengamuk membuat pohon persik ini terus bergerak, sedangkan dahan yang menjadi penopang hidup nya semakin rentan.
Sialnya, Binatang besar itu benar-benar bertekad menunggu Jisoo jatuh ketanah menyambut nya dengan tanduk runcing yang mengerikan.
"Ku mohon jangan patah" Rapal doa Jisoo penuh harap.
Namun alam seperti senang mempermainkan perasaan Jisoo yang tegang.
"Unnie!!!! "
Mata Jisoo melebar, ia mendengar dengan jelas namanya di panggil.
"Lisa... Itu suara Lisa" Ia tersadar dan mulai memeriksa sekitar, dari kejauhan ia bisa melihat semak semak terbelah menuju ke arah nya.
"LISAAAAA, JANGAN MENDEKAT, DISINI ADA BABI BESARRRRR" pekik Jisoo berharap adiknya mendengar.
Namun terlambat bagi nya, Lisa segera muncul dengan mata berbinar, sebelum ia mengerutkan alis melihat Jisoo bergelantungan.
"Unnie, apa... "
Ngok ngok.
Lisa berhenti bicara ketika matanya melihat seekor babi besar yang juga melihat kearahnya dengan bingung, dia diam mematung di tempat nya, sebelum melakukan gerakan besar yang bisa membuat Babi itu mengejarnya.
"Yaishhhh, ku bilang jangan kemari" Desis Jisoo.
Krak
Lisa melirik dahan tempat Jisoo bergelantung dan itu semakin rendah, untung babi itu gemuk berlemak, sehingga ia tidak bisa melompat dan menggapainya.
"Ottoke, kenapa monster itu menatapku" Gumam Lisa bergetar, jelas saja Babi tertarik dengan nya.
"Lisa kau harus lari selamatkan diri mu" Pekik Jisoo panik, tapi Lisa tetap mematung di sana, karna jika ia melakukan gerakan besar, pasti makhluk jelek itu menjadi agresif dan menyerang nya.
Lisa melirik sekeliling, dan mendapati batu besar di kaki nya, sepertinya, itu bisa membantu.
Ia perlahan berjongkok meraih batu dengan hati-hati, tapi pergerakan nya segera menarik perhatian hewan berhidung besar itu, ia mulai berlari kearah Lisa dengan cepat, membuat jantungnya hendak melompat detik itu juga.
Secara bersamaan dahan Jisoo patah sepenuhnya sehingga ia jatuh ketanah tanpa aba-aba.
Waktu seolah melambat, pantat Jisoo jatuh ketanah dan ia mengerang, mata Lisa melotot ketika hewan besar itu semakin dekat dan siap menusuk nya dengan tanduk runcing di hidungnya.
*********
Air sungai perlahan naik dan mulai meluap, arus nya menjadi lebih deras, membuat kedua gadis yang melihat nya dari jarak yang cukup jauh merinding di tengah amukan alam.
Mereka berbagi pelukan dan saling menghangatkan, duduk di bawah pohon untuk melindungi diri mereka dari badai.
Membiarkan setitik hujan kadang menimpa mereka, setidak nya itu tidak membuat mereka basah kuyup.
"Ottoke, hari semakin gelap, bagaimana jika air sungai itu mencapai kita? " Suara Jennie bergetar, dan Rose semakin mengeratkan pelukan nya.
"Aku harap tidak Unnie" Cicit Rose menerka.
Sejujurnya, Rose merasa sangat lelah, ia mengantuk, di tambah rasa lapar yang tak tertahankan membuat nya merasa sangat lemah, tapi membayangkan air sungai yang bisa kapan saja meluap dan menyeret mereka, ia akan berusaha mati-matian agar tetap terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WEEKS
أدب الهواة"kita perlu memikirkan bagaimana cara membuat mereka akur layaknya saudara pada umum nya, yeobo" Honey Lee menumpu kepala nya dengan satu tangan di kening, sebab merasa pusing dengan tingkah ke empat putri nya, yang tak pernah akur bahkan sedetik pu...