Memandangi lantai dengan tatapan kosong, pria tua yang merupakan paman ke empat gadis yang menghilang nyaris dua minggu lamanya, ia duduk di kursi tunggu kantor polisi enggan pulang dan bersikeras menunggu kabar terbaru dari petugas yang sudah memulai investigasi tahap awal, ia di temani kepala keamanan Bae yang tertidur di sisi nya dengan mulut terbuka lebar dengan suara lenguhan.
Lee Jae Yong menghela nafas ketika sadar dari lamunan nya, di tatap nya detak jam yang menunjukkan pukul satu malam, rasa gelisah kembali menjalar di setiap aliran darah nya.
Memandangi kegelapan yang sunyi di luar jendela, ia terbayang bagaimana nasib empat keponakan nya yang sangat ia cintai, hingga tanpa terasa air mata kembali menggenang di mata nya.
Pandangan Lee Jae Yong teralihkan ketika tiba-tiba sebuah gelas kopi dengan asap mengepul melayang di sisi wajah nya, ia mendongak dan melihat petugas polisi muda yang sempat ia pelototi sore tadi.
Bangchan tersenyum tulus ketika tangan besar itu menyambut pemberian nya.
"Terimakasih"
Ia mengangguk sambil menyesap kopi milik nya sendiri seperti yang di lakukan pria tua yang terlihat lelah.
"Tuan kau perlu istirahat"
Lee Jae Yong melirik pria muda yang berdiri di sisi nya dengan sudut mata sebelum menghela nafas dan bersandar pada kursi nya.
"Aku akan bermimpi buruk jika tidur dalam keadaan gelisah"
Ia memandang keluar jendela lagi jauh menembus kegelapan. Ntah mengapa tiba-tiba perasaan kesepian dan takut kehilangan itu muncul lagi setelah sekian lama.
Bangchan menarik kedua sudut bibirnya menjadi garis tipis.
"Kehilangan satu orang saja rasanya seperti kehilangan dunia mu, apa yang harus aku lakukan jika terjadi sesuatu yang buruk pada ke empat gadis itu"
Bangchan terdiam, memikirkan dan merasakan apa yang pria itu takutkan, sangat jelas cinta yang tertuang dari caranya mengkhawatirkan empat gadis yang selalu keluar dari mulut nya.
*******
Sesuatu melangkah seperti di atas angin, tak terdengar suara apapun selain percikan air sungai yang mengalir di antara bebatuan.
Makhluk itu berdiri tiga meter jauh nya dari empat manusia yang tertidur pulas saling bersandar satu sama lain.
Ia mendekat mengikis jarak untuk rasa penasaran yang beberapa hari ini menjadi kebiasaannya.
Mengendus perlahan mencari tau detail nya, makhluk itu sampai pada wajah yang rupawan.
Jisoo tertidur di sisi paling ujung dengan posisi bersandar pada pohon besar, kepala nya dengan nyaman bersandar pada pundak kokoh adik bungsu nya.
ia mengernyitkan dahi menyeka karna merasakan sesuatu yang basah di ujung hidung nya.
Namun tak berapa lama kemudian ia kembali di usik, Jisoo berdecak kesal mengusap hidungnya yang geli, mengibas udara berpikir itu hanya serangga kecil yang hinggap.
Sampai ia mendengar suara geraman, dan Jisoo menahan nafas sebelum membuka mata nya secara perlahan.
************
"Unnie, ayo istirahat dulu"
Rose merengek menyeret kaki nya dan hal yang sama terjadi pada Lisa dan Jennie.
Ntah berapa jam mereka berjalan sekarang, tak tentu arah, dia antara kegelapan hingga matahari dengan malu malu mulai muncul dari balik awan.
"Aku huh hah, aku tidak tahan lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WEEKS
Fanfic"kita perlu memikirkan bagaimana cara membuat mereka akur layaknya saudara pada umum nya, yeobo" Honey Lee menumpu kepala nya dengan satu tangan di kening, sebab merasa pusing dengan tingkah ke empat putri nya, yang tak pernah akur bahkan sedetik pu...