Two weeks:4

2.5K 267 11
                                    

Gemercik air menjadi melodi paling menenangkan di antara pepohonan dan bebatuan, kicauan burung adalah nyanyian paling merdu di antara ranting dan dedaunan.

Suara air semakin keras sebanyak debit airnya yang jatuh, sebuah air terjun tersembunyi di tengah hutan menjadi muara terakhir air sungai itu mengalir, menjadikannya seolah syurga yang hilang dari peradaban.

Beberapa burung terlihat menari di antara embun, dan pelangi terbentang di antara bebatuan.

Beberapa hewan yang sedang minum dipinggiri sungai, bersikap waspada ketika sebuah benda besar mengapung di permukaan air seperti sampan terdampar, beberapa bahkan mengikutinya dengan penasaran.

Hentakan besar terjadi, ketika mobil yang mengapung terdampar membentur sesuatu yang besar hingga menghentikan laju nya, hal itu juga langsung membangunkan Lisa dari pingsan yang hampir dua jam lamanya.

"Ssstt, auh" Ringis nya kesakitan, terutama ketika merasakan kepalanya berdenyut selaras dengan detak jantung nya .

Lisa mengangkat tangannya meraba pelipisnya apakah itu berdarah atau tidak, syukur nya itu tidak, tapi ia bisa merasakan benjolan sekepal tangan dan Lisa bersumpah itu lebih menyakitkan dari bisul yang baru meletus.

Perlahan Lisa mulai mendapatkan kembali seluruh kesadarannya, hal pertama yang membuat nya bertanya-tanya adalah genangan air yang merendam setengah tubuh nya hingga nyaris menyentuh leher.

Di landa kepanikan luar biasa, Lisa segera melepas sabuk pengaman yang melingkari tubuhnya, gerakannya yang ceroboh terhenti ketika tatapannya tertuju pada pemandangan yang ada di depan matanya, mata nya melotot sempurna karna terkejut.

seperti di hantam batu besar di jantung nya, ia semakin di buat kesurupan ketika sadar jika aliran air sungai itu buntu, alias air terjun tepat di depan mereka.

"Andweeeee" Pekiknya lebih panik , Lisa sama sekali tidak sadar jika mobil mereka sedang tidak bergerak, sebab yang terbayang oleh nya saat ini adalah sebentar lagi mobil mereka mungkin akan terjun bebas bersama segumpal air yang membawa mereka.

"Unnieee bangunnn, Rose yaaa, Jisoo Unnie, Jennie Unnie bangun!!!!" Ia terus mengguncang tubuh mereka bergantian, dan berteriak sekuat yang Lisa bisa.

Jisoo menjadi yang pertama sadar, di susul Rose, keduanya serempak mengerang sebelum berteriak seperti orang gila.

"Air?, dimana kita? " Tanya Rose linglung, sebagian wajah nya bahkan di genangi darah.

"Aku.. Aku berdarah" Adu nya sambil menangis.

"Yakk cepat keluar dari mobil, di depan kita air terjun" Pekik Lisa.

Jisoo pun panik, ia dengan cepat membuka sabuk pengamannya, betapa mengigil ia ketika melihat arus sungai yang terbilang cukup deras dan berapa luas sungai ini, bunyi jantung nya bahkan sangat kuat memekakkan telinganya sendiri.

Ia menelan saliva susah payah, walaupun ia bisa berenang, tapi ini bukan kolam renang seperti yang ada di mansion mereka, ia tidak pernah tau apa yang ada di dalam air itu, atau apakah ia mampu menyebrangi nya.

"Lisa, jangan panik, sepertinya mobil kita terganjal sesuatu di dasar air, jangan bergerak terlalu agresif" Jisoo dengan tenang mengingatkan nya, diam-diam Lisa menghela nafas lega "nde unnie"

"Rose kajja keluar bersama ku" Jisoo mengulurkan tangannya, keduanya dengan hati-hati berenang ketepi sungai, mereka saling berpegangan menautkan jari jemari mereka begitu erat, ntah kapan terakhir kali mereka saling menyentuh, tapi di sini, keduanya seperti bergantung satu sama lain hanya untuk hidup selamanya.

Setelah Jisoo dan Rose keluar dari mobil, Lisa dengan sigap berpindah ke kursi bagian depan.
"Jennie Unnie sadarlah!!" Lisa menepuk wajahnya berkali-kali namun tetap saja ia tidak sadarkan diri.

Lisa pikir Jennie tidak akan bangun dalam waktu dekat, jadi ia bertekad membawanya keluar dari sana, sesekali ia mengheka nafas berat bersusah payah membawa tubuh kecil kakak nya keluar dari mobil mereka.

Di dalam hati ia terus berdoa semoga mobil itu bertahan lebih lama, pikiran-pikiran buruk pasti terlintas di benaknya, karna bagaimana pun ia juga manusia yang takut celaka dan mati.

Sesampainya di tepi sungai, Jisoo bergegas mencari sesuatu yang mungkin bisa membantu kedua adiknya yang masih berada di dalam mobil, ia menemukan bilah bambu tua yang cukup panjang dan kokoh, Rose pun dengan sigap membantu nya memegang sisi lain mengabaikan rasa sakit di lengan kirinya yang ia pikir pasti terkilir.

"Lisa bergeser kesini, di sana cukup dalam" Jisoo mengarahkannya. Menjulurkan tangkai bambu yang ternyata masih belum menjangkau tubuh kedua adiknya.

Lisa mengangguk menuruti perintah Jisoo, ia jelas terengah-engah menahan keseimbangan nya sambil menggendong Jennie yang pingsan di pelukan nya, setidak nya di dalam air cukup membuat berat tubuh kakaknya sedikit lebih ringan, ia hanya perlu mengokohkan kaki nya di dasar sungai agar tidak terbawa arus.

Saat sudah di tengah Jalan Jennie tiba-tiba saja sadar, nyawanya yang masih belum terkumpul sempurna membuat nya histeris tak terkendali.

"Tidakkkkkk" Pekik nya meronta ronta dari pelukan Lisa.

"Lepaskan, lepaskan aku!!!!"

"Unnieeee sadar lah ini aku, Lisa"

Jisoo dan Rose di tepi sungai menjadi cemas ketika Lisa kehilangan keseimbangan, keduanya mulai terbawa arus.

"Yakkk Jennie pabboyaaaaa" Pekik Jisoo geram.

Lisa mencoba berkali-kali meraih tubuh Jennie yang terlepas, "unnie sadarlah ku mohon, ini aku Lisa" Tanpa sadar air mata nya menetes, betapa cemas ia sekarang, melihat tepi air terjun hanya berjarak ratusan meter dari mereka, aliran sungai akan semakin kuat jika mereka semakin dekat ke air terjun.

Lisa mengejar tubuh Jennie yang hanyut terbawa arus, hingga akhirnya ia berhasil menangkap tangannya.

tanpa menyia nyiakan kesempatan dengan satu tarikan kuat Lisa membawa tubuh nya kepelukan yang paling erat.

Jennie menangis di pundak Lisa begitu keras, nafas nya terengah-engah karna ia sempat tenggelam dan bahkan hidung nya terasa perih karna menghirup air.

"Lisa ya, aku tidak mau mati, tolong jangan biarkan aku matii" Isak nya.

Ia benar-benar membungkus tubuh Lisa dengan kedua kaki nya, Lisa berhasil kembali mendapatkan keseimbangan nya didalam air, ia mencoba menenangkan diri sejenak membiarkan tubuh mereka berdiri di tengah deras nya air sungai.

"Tidak, kita tidak akan mati, tidak satu pun di antara kita yang akan mati, aku janji unnie" Katanya bertekad.

Jisoo dan Rose menghela nafas lega, mata mereka tanpa sadar juga berkaca-kaca, melihat apa yang baru saja terjadi, mungkin bisa saja mereka kehilangan Lisa atau Jennie, beberapa waktu lalu.

Jisoo dan Rose langsung menyambut tubuh Jennie dan Lisa ketika mereka sampai di tepian.

Keduanya jatuh terlentang di bebatuan dengan nafas yang tidak teratur, Jennie secara tidak langsung terkena serangan panik yang membuat nya sulit bernafas.

"Jen, tenangkan diri mu" Jisoo mencoba sebisanya membantu memberikan usapan di lengan gadis bermata kucing itu.

Lisa yang berbaring di sisinya segera menoleh untuk melihat kakaknya yang menangis, untuk pertama kali nya sejak mereka tumbuh dewasa, dan ia jujur air mata itu juga menyakiti nya.

"Kau tidak apa-apa? " Tanya Rose nyaris berbisik, sejujurnya sikap manis yang ia perlihatkan terasa sangat canggung.

Lisa mengangguk "aku tidak apa-apa".

4 Oktober 2023

TWO WEEKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang