©Claeria
"Terima kasih banyak atas kerjasamanya ya, Mbak Runa. Kami benar-benar terbantu dengan adanya produk-produk dari Giantama ini. Coba saja saya ketemu Mbak Runa dari awal!"
Runa Anantari menerima uluran tangan dari perempuan berusia empat puluhan yang tersenyum puas menatapnya. Diam-diam ia mengulum senyum, berusaha tidak terlihat terlalu bangga dengan pujian yang baru saja dilayangkan.
"Justru saya yang harus berterima kasih sama Mbak Ayu, sudah diberi kesempatan dari awal presentasi sampai akhirnya sign kerjasama ini," balas Runa, membuat purchasing director Sinar Boga Group di hadapannya itu tersenyum lebar, bahunya terangkat makin tinggi.
Sejak awal melakukan pitching ke Sinar Boga, Runa sudah tahu bahwa wanita itu senang dipuji dan diangkat rasa bangganya. Dengan kinerja yang baik ditambah pendekatan dan bumbu-bumbu pujian di sana sini, Runa sukses meraih kepercayaan Ayu. Perjanjian kerjasama yang ia kantongi hari ini hanya memakan waktu dua bulan saja, membuat seluruh tim dan juga atasannya berdecak kagum. Runa membuktikan bahwa jabatan manager yang ia raih sebelum usia tiga puluh tahun memang buah dari kinerjanya yang cemerlang.
"Jelas dikasih kesempatan! Mbak Runa itu beda dari vendor lainnya, sangat paham kebutuhan kami, very helpful, dan telaten. Mereka itu cuma fokus mau jualan tanpa ngertiin kebutuhan kami. Sudah begitu hanya gerak cepat kalau terima PO," gerutu Ayu, bibirnya yang dipulas lipstick merah mengerucut kesal.
"Mbak Ayu bisa aja. Kami selalu usahakan supaya bisa membantu klien dengan sebaik-baiknya," balas Runa.
Perempuan berambut panjang itu lalu menepuk punggung Tata, anggota timnya yang sejak tadi berdiri di sebelahnya dan memasang senyum formal di wajah.
"Untuk ke depannya, nanti Tata dari tim saya yang akan bantu handle tim Mbak Ayu, ya. Kalau ada apa-apa nanti boleh reach out ke saya juga."
Setelah bertukar salam dan melanjutkan basa basi untuk bertemu kembali pada meeting berikutnya atau sekadar makan bersama, Ayu dan para anggota tim purchasing Sinar Boga mengantarkan Runa dan Tata ke elevator. Mereka masih belum berhenti melempar senyum hingga akhirnya pintu elevator tertutup dan kotak besi itu mengantarkan Runa dan Tata ke basement, tempat parkiran berada.
Begitu menginjakkan kaki keluar dari elevator, Runa dan Tata langsung bertatapan. Tanpa aba-aba, mereka langsung memekik kesenangan dan berpelukan. Jika ada orang yang melihat keduanya, mungkin mereka akan mengira Runa dan Tata baru saja memenangkan lotre.
"Kita berhasil, Ta!" seru Runa, masih memeluk dan mengguncang-guncang tubuh Tata yang lebih mungil darinya itu.
"Aku lega banget, Mbak, akhirnya kita tembus juga masuk ke Sinar Boga. Bayangin, lima puluh outlet, Mbak! Mereka deal bukan cuma untuk satu dua produk tapi banyak!"
Runa terkekeh, senyumnya tak bisa berhenti mengembang ketika membayangkan besarnya pesanan yang akan masuk ke timnya. Oh, dia yakin dia akan kembali mengantongi penghargaan di acara ulang tahun perusahaan tahun ini!
"Good job buat kita berdua, Ta!" Runa akhirnya melepaskan pelukannya dan menepuk bahu Tata.
Yang ditepuk hanya meringis dan mengusap lehernya. "Buat Mbak Runa sih sebenarnya. Kalau nggak ada Mbak Runa kayaknya aku nggak bakal bisa sampai deal. No wonder you're always number one, Mbak Runa selalu tau di mana celahnya buat menangin klien."
Sambil berjalan menuju tempat mobilnya diparkir, Runa menjawab. "I was lucky. Kebetulan dengar kabar kalau mereka bermasalah sama Seroja Food, jadi kita bisa buru-buru masuk dan kasih penawaran yang mereka butuhkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Job Offer: Wifey
Chick-LitMendadak kehilangan pekerjaannya, Runa Anantari kini sah menjadi orang paling memprihatinkan di keluarganya. Berusia tiga puluh tahun, jomblo, ditambah lagi pengangguran. Namun, dunia Runa dibuat jungkir balik ketika William Arlan, aktor paling nget...