Chapter 5

14.8K 1.5K 62
                                    

©Claeria


Selama tiga puluh tahun hidupnya, Runa tidak pernah merasakan hangover. Dia selalu minum alkohol dalam jumlah sedikit, biasanya hanya saat acara menjamu klien, atau menemani teman-temannya saat nongkrong. Sejauh ini, berdasarkan pengamatannya pada Monica, Runa bisa menyimpulkan bahwa saat seseorang mengalami hangover, kepalanya akan terasa begitu berat, isi perutnya bergejolak, dan tubuhnya seolah dirantai pada sebuah batu besar hingga sulit bergerak.

Pagi ini, ketika dia bangun setelah menghabiskan entah berapa gelas whiskey semalam, Runa baru paham bahwa tebakannya benar. Kepalanya terasa begitu berat dan isi perutnya seolah meronta-ronta ingin keluar. Sesungguhnya Runa sudah bangun sejak setengah jam yang lalu, tapi dia memutuskan untuk tetap berbaring di tempat tidur saja.

"Runaaaa!"

Runa memejamkan matanya erat-erat, berusaha mengabaikan panggilan sang ibu di luar kamarnya. Dia akan pura-pura tidak dengar lalu melanjutkan tidurnya.

"Runaaaa! Bangun!"

Abaikan... Abaikan...

"Runa, bangun! Udah jam berapa ini!" seru Kartika tidak mau kalah, kali ini dia menggedor-gedor pintu kamar Runa.

Sambil mengerang lemah, Runa menyingkap selimutnya dan menyeret kakinya hingga pintu kamar.

"Nggak usah teriak-teriak begitu, Ma... Kepala Runa makin sakit dengar suara Mama..." keluh Runa sambil memijat kepalanya.

Begitu putrinya membuka pintu kamar, Kartika langsung berdecak dan menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis. "Minum berapa banyak kamu semalam?"

"Nggak ingat..." Runa mengangkat bahu.

Membiarkan ibunya masuk mengekorinya ke dalam kamar, Runa kembali berbaring di atas tempat tidur dan menarik selimutnya hingga ke dagu. Dia benar-benar butuh waktu tidur tambahan! Sayangnya, Kartika sepertinya tidak sependapat. Wanita itu kini malah memukul pantat Runa dari balik selimut tebalnya berkali-kali.

"Dasar bandel! Udah Mama bilang jangan pernah minum-minum sampai mabuk!" omel Kartika sembari memukuli pantat Runa, membuat putrinya itu mengaduh kesakitan.

"Sekarang kamu jelasin sama Mama, kamu ada hubungan apa sama William Arlan?"

"Hah...? Arlan?"

"Kamu nggak ingat semalam diantar sama dia?"

Runa melongo, dia berusaha mengingat kejadian tadi malam. Kalau tidak salah ingat, sepertinya Monica pulang lebih dahulu dan menitipkannya kepada Arlan. Ternyata pria itu benar-benar menemani dan mengantarnya pulang semalam?

"Jadi, kamu ada hubungan apa sama Arlan?" desak Kartika.

Runa memutar bola matanya malas, sudah bisa menebak apa yang ada di kepala ibunya saat ini. "Kenapa nanyain Arlan terus sih, Ma? Kayak nggak ada topik lain aja..."

"Kamu masih nggak mau cerita sama Mama? Sampai kapan kamu mau nyembunyiin hubungan kamu sama Arlan?"

Runa akhirnya menyingkap selimutnya dan berbalik menghadap ibunya. "Hubungan apa sih? Emangnya aku sama Arlan ada hubungan apa?" balasnya sewot.

Ini sebenarnya yang habis minum-minum siapa sih? Runa yang mabuk, tapi kenapa malah ibunya yang bicara ngawur seperti itu? Memangnya diantar pulang oleh pria itu menandakan adanya hubungan spesial? Kalau begitu, Runa pasti sudah punya hubungan spesial dengan ratusan abang ojek online!

"Kamu masih mau menyangkal punya hubungan sama Arlan padahal foto kalian ciuman udah tersebar ke seluruh penjuru Indonesia?"

"Apa?!" kali ini Runa bangkit dari posisi berbaringnya dalam sekejap. "Barusan... Mama bilang apa...?"

Job Offer: WifeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang