Chapter 7

13.5K 1.5K 54
                                    

©Claeria


Runa membolak balik lembaran kertas yang ada di tangannya. Entah sudah berapa kali ia membaca perjanjian kerjasama yang terdiri atas tujuh lembar itu. Kata demi kata, kalimat demi kalimat ia baca berulang, agar tidak ada yang terlewat. Untung saja Arlan sudah meminta Mbak Sera mengosongkan Nectar siang ini, jadi mereka bisa lebih leluasa membahas perjanjian pernikahan mereka.

Runa sempat meragukan niat Arlan, mengira pria itu hanya sembarangan mengajukan ide. Namun, ternyata Arlan serius dengan kata-katanya. Setelah sepakat bahwa mereka akan menikah, Arlan menyusun draft perjanjian kerjasama dibantu oleh pengacaranya.

Iya, benar, Runa sekarang sedang membaca perjanjian kerja dengan calon bosnya.

Awalnya Runa bingung, tidak mengerti mengapa Arlan membutuhkan seorang istri. "Gue butuh status pernikahan untuk memulihkan nama baik gue yang dikira gay. Lo nggak tahu gimana rumor itu membuat gue kehilangan banyak job dan penggemar. Nggak ada yang mau pakai gue di filmnya, kontrak iklan gue dibatalkan, gue bahkan pernah dimaki-maki sama ibu-ibu," ujar Arlan ketika Runa meminta penjelasan.

"Kenapa harus menikah? Memangnya nggak bisa pura-pura pacaran aja?"

Arlan menggeleng. "Keluarga gue udah terlalu berisik. Nggak nyokap, bokap, om tante, sampai kakek nenek gue udah ngoceh soal ini, apalagi ditambah rumor itu. Gue dibilang sebagai aib keluarga. Kalau nggak segera menikah, gue berani taruhan mereka akan maksa gue untuk dijodohkan. Ini akan mengganggu pekerjaan gue."

Waktu Arlan menjelaskan soal itu, Runa hanya bisa manggut-manggut. Arlan tetaplah seorang Arlan. Ambisius, menempatkan karier dan prestasi di atas segalanya. Ketika menjadi aktor pun pria itu tetap sama. Kalau dulu Arlan mengejar IPK setinggi-tingginya, kini dia mengejar penghargaan sebanyak-banyaknya. Runa berani jamin, istrinya nanti akan terlupakan karena dia sibuk bekerja. Well, tapi justru itu menguntungkan bagi Runa, artinya dia tidak akan banyak bersinggungan dengan Arlan nantinya.

Melihat wajah wanita yang duduk di depannya sudah hampir menempel pada kertas dan dahinya berkerut, Arlan melipat tangan dan menggelengkan kepala.

"Udah berapa kali lo baca perjanjian itu? Setakut itu kalau gue nggak adil atau perjanjiannya berat sebelah?" sindir Arlan. Dia sudah hampir menghabiskan gelas teh keduanya siang ini, sementara Runa belum juga selesai.

Runa menurunkan lembaran kertas dari wajahnya dan menatap Arlan sinis. "Ini tuh namanya teliti. Yang namanya kontrak memang harus dibaca detail, jangan sampai ada pasal yang merugikan atau multitafsir!"

Tidak menunggu respons Arlan, Runa kembali membaca ulang perjanjian kerjasama mereka. Sejauh ini, poin-poin dalam perjanjian sudah sesuai dengan hasil diskusinya dengan Arlan beberapa waktu lalu.

Singkatnya, Runa akan bekerja pada Arlan sebagai istrinya. Dia bertanggungjawab atas peran sosial sebagai istri Arlan serta pengelolaan rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari pria itu. Untuk gaji, Runa akan mendapatkan lima puluh juta sebulan. Awalnya, Runa hendak menawar, tetapi mengingat Arlan akan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari seperti biaya hidup, mobil dan supir pribadi, asisten rumah tangga, serta seluruh kebutuhan untuk tampil di depan publik seperti baju dan makeup, Runa membatalkan niat itu.

Mereka berdua sudah sepakat untuk tidak mengganggu urusan pribadi masing-masing serta menjaga kerahasiaan atas perjanjian baik selama periode perjanjian maupun setelah perjanjian berakhir. Yang tahu tentang perjanjian ini hanya mereka berdua, Evan, Bapak Hutapea selaku pengacara Arlan, serta Tony dan Monica yang akan mereka jadikan sebagai saksi. Arlan dan Runa juga sepakat bahwa hubungan mereka bersifat eksklusif, yang artinya mereka tidak boleh berhubungan dengan orang lain selama perjanjian berlangsung.

Job Offer: WifeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang