©Claeria
"Ini maksudnya apa?"
Arlan mendorong ponselnya di meja ke arah Rasyid dan Bram yang duduk di seberangnya. Keduanya melirik sekilas layar ponsel dan saling berpandangan. Tidak ada yang bicara, mereka hanya mengalihkan pandang, enggan menemui tatapan penuh amarah sang aktor.
Selain Rasyid dan Bram, Becca dan Bobby yang duduk mengapit Arlan juga hanya diam di tempat. Ruang meeting mendadak terasa dingin dan mencekam.
"Di tengah gosip kayak gini, kenapa malah rilis video behind the scenes? Apa-apaan?" desak Arlan sembari memicingkan mata dan menatap satu per satu rekan kerjanya.
"Gue udah bilang kalau gue nggak mau ada posting apapun selama skandal ini belum selesai! Mana Mbak Lenny?" cecar Arlan lagi sambil mencari kepala tim promosi yang tidak bergabung bersama mereka.
Darah Arlan serasa mendidih ketika melihat unggahan terbaru akun Instagram film Hingga Mentari Terbit. Dia sedang terlibat skandal, sementara videonya berakting bersama wanita yang diisukan sebagai selingkuhannya kini dirilis. Bagai bensin yang disiram ke dalam api, video itu sukses membuat gosip berkobar makin kencang.
Rasyid akhirnya mengembuskan napas panjang dan mengaku. "Oke, gue minta maaf, Lan. Gue yang minta Lenny buat nge-post. Lo tahu sendiri kan kalau momennya lagi bagus. Film kita diomongin di mana-mana bahkan ketika masih syuting."
"Tapi video itu seolah ngasih konfirmasi ke publik kalau skandal itu benar!" protes Arlan. Suaranya yang selalu terdengar tenang dan rendah kali ini meninggi. "Kalian minta gue buat diam buat sementara, fine, gue udah turutin. Tapi kalau begini caranya, gue nggak bisa nunda buat bikin press conference."
"Lan, lo tenang dulu," bujuk Rasyid. Dia berdeham sebelum melanjutkan dengan hati-hati. "Kita semua kan tahu kalau gosip itu nggak benar, jadi nggak perlu panik. Yang namanya netizen memang gitu. Tiap kali bikin film, pasti ada aja yang masang-masangin aktor sama aktrisnya."
"Pak Rasyid benar, Lan. Kalau kita diam aja, lama-lama beritanya juga surut sendiri," timpal Becca yang duduk di sebelah Arlan.
"Lagipula, kalau lo sangkal sekarang, imajinasi penonton bakal buyar. Chemistry kalian bakal dianggap akting belaka, nggak ada feel-nya waktu ditonton," Bram ikut menambahkan. Suaranya sedikit gemetar ketika Arlan melempar tatapan menusuk ke arahnya. "Lo lihat sendiri antusiasme publik, Lan. Emangnya nggak sayang kalau kita lepasin begitu aja?"
Sebelah sudut bibir Arlan terangkat naik ketika dia mendengus tak percaya. "Terus gimana dengan gue dan istri gue? Kalian mau gue diam aja sementara gosip ini melukai keluarga gue?"
Rasyid menjentikkan jari. "Nah, di situ tugas lo sebagai suami. Gimana caranya meyakinkan istri lo dan kasih dia pengertian tentang pekerjaan lo."
Bobby mengangguk setuju. Dia menepuk bahu Arlan, seolah tengah menguatkan. "Kita itu aktor, Lan. Pasangan kita, mau nggak mau, harus paham risikonya. Gue yakin Runa orangnya cerdas dan pengertian kok."
Arlan menyipitkan mata. Entah mengapa, ada rasa tidak suka terbit di dadanya ketika mendengar nama sang istri meluncur dari bibir Bobby. Pria itu hanya pernah bertemu Runa dua kali, tetapi dia berlagak seolah mengenalnya. Tahu apa dia tentang Runa yang menangis di pelukan Arlan?
Bagai peluru yang ditembakkan bertubi-tubi tanpa henti, kini giliran Becca yang angkat suara.
"Ini cuma sebentar, Lan. Please, boleh ya kita bersabar dulu?" pintanya lembut sembari menyentuh lengan Arlan. Meski sang aktor menarik lengannya menjauh dan menatapnya tajam, Becca tidak gentar. Diraihnya tangan Arlan di atas meja dan diremasnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Job Offer: Wifey
ChickLitMendadak kehilangan pekerjaannya, Runa Anantari kini sah menjadi orang paling memprihatinkan di keluarganya. Berusia tiga puluh tahun, jomblo, ditambah lagi pengangguran. Namun, dunia Runa dibuat jungkir balik ketika William Arlan, aktor paling nget...