Chapter 15

12.5K 1.2K 49
                                    

©Claeria


Resort milik keluarga Adhinata ini luar biasa. Tidak hanya menyediakan kasur king size yang empuk, mereka juga memfasilitasi bantal guling yang membuat Runa betah berlama-lama di kasur. Runa memeluk erat bantal gulingnya dan tersenyum puas, menikmati hangat yang menjalari tubuhnya.

"Run!"

Sayangnya, kedamaian Runa terusik. Keningnya berkerut, dalam hati ia merutuki siapa pun yang memanggilnya. Memangnya dia tidak bisa lihat Runa sedang tidur dengan nyaman?

"Runa, bangun!" suara itu memanggilnya lebih keras.

Runa mengerang. "Sebentar lagi..." keluhnya sambil mempererat pelukan di bantal gulingnya.

Runa memang masih setengah tertidur, tetapi ia merasakan sesuatu yang aneh. Bantal gulingnya mendadak bergerak sendiri, seperti menggeliat. Tidak hanya itu, kenapa bantal gulingnya terasa semakin hangat?

"Bangun! Kamu ngapain peluk-peluk aku?!" suara menggelegar itu membuat kedua mata Runa terbuka lebar.

Runa tidak berkedip, ia tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Bagaimana mungkin yang ia peluk erat sejak tadi ternyata bukan bantal guling, melainkan William Arlan?!

"AAAAHHH!" Runa menjerit keras dan beringsut menjauh sembari menarik selimut menutupi tubuh. "Kenapa kamu bisa ada di sini?!"

Sama terkejutnya, Arlan menatap Runa tak percaya sambil menutupi dada telanjangnya dengan kedua tangan. "Harusnya aku yang teriak dan nanya begitu! Waktu aku bangun, kamu lagi peluk-peluk aku! Jujur, apa yang udah kamu lakuin tadi malam?"

"Aku nggak ngapa-ngapain!" protes Runa.

Sejujurnya Runa tidak percaya diri dengan jawabannya sendiri! Hal terakhir yang Runa ingat adalah mengagumi punggung Arlan sebelum tertidur. Ia tidak ingat apa-apa lagi setelahnya!

Tidak mungkin kan Runa memeluk Arlan dan bertindak tidak senonoh? Ia memang ingin tahu apa rasanya memeluk tubuh kokoh itu, tapi tidak mungkin ia melakukan sesuatu yang tidak terpuji!

"Jangan bohong! Buktinya kita terbangun dalam posisi kayak tadi!" protes Arlan tidak terima. Dia memicingkan mata dan mendengkus. "Kamu yang ribut tadi malam karena takut diapa-apain, tapi kamu juga yang malah peluk-peluk tanpa permisi."

Darah Runa rasanya terserap keluar, entah ke mana. Rasanya ia ingin menghilang detik ini juga! Mau ditaruh di mana mukanya sekarang?

Tidak membantah tuduhan Arlan, Runa meringis dan meremas jemarinya gelisah. Ia hanya bisa pasrah ketika Arlan menyeringai dan melipat tangan di dada menatapnya.

"Sekarang kita tahu kan siapa yang harus tidur di sofa nanti malam?"


***


Insiden pelukan tadi pagi sukses membuat Runa ciut dan mati kutu. Sejak bangun tidur hingga sore hari ini, ia merasa canggung. Selain karena menahan malu, ia juga tidak bisa menyingkirkan berbagai pikiran buruk di kepalanya. Bagaimana kalau Arlan menganggapnya wanita mesum yang suka mencari kesempatan di tengah kesempitan? Ditambah ciuman di parkiran, ini sudah kedua kalinya Runa menyentuh Arlan tanpa izin!

Di hari kedua ini, mereka akhirnya keluar dari resort dan mengunjungi berbagai tempat wisata. Perjalanan mereka ditemani Pak Wayan, supir resort yang bertugas menjadi pemandu selama bulan madu mereka.

Sejak sarapan di resort, jalan-jalan di Garuda Wisnu Kencana, mengunjungi Pura Uluwatu, Runa berusaha sebisa mungkin tidak bersinggungan dengan Arlan karena tidak kuat menahan rasa malu.

Job Offer: WifeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang