Chapter 9

26.2K 2.5K 72
                                    

©Claeria


Setelah bertemu dengan keluarga Runa dua minggu lalu, kini giliran Arlan membawa Runa menemui keluarganya. Tidak, hari ini mereka tidak akan menemui keluarga inti Arlan, melainkan keluarga besar Adhinata.

Minggu lalu Runa sudah diajak ke rumah orang tua Arlan, bertemu dengan ayah dan ibu Arlan beserta Tiana, kakak perempuan Arlan. Itu adalah kedua kalinya Runa bertemu dengan keluarga Arlan. Yang pertama adalah saat mereka merayakan wisuda. Runa masih ingat ayah dan ibu Arlan memberinya selamat karena berhasil menjadi lulusan terbaik saat itu. Siapa sangka kalau kali kedua mereka bertemu Runa sudah berganti status menjadi calon istri Arlan?

"Kamu udah hapalin data keluarga aku kan?" tanya Arlan, melirik sekilas kepada Runa yang duduk di kursi penumpang.

"Udah, Bos. Aku udah hapal nama kakek, nenek, om, tante, dan sepupu-sepupu kamu dari minggu lalu sebelum ketemu orang tua kamu," jawab Runa santai, matanya tetap lurus pada jalanan di depan.

"Good," ujar Arlan. "Keluargaku besar, sepupuku ada banyak, kalau masih salah-salah juga wajar. Setidaknya kamu udah punya gambaran mereka seperti apa."

Runa mengangguk. Baguslah, kalau begitu dia bisa sedikit lebih santai.

Sesungguhnya, Runa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menghafal dokumen yang diberikan Arlan, selayaknya dulu ia belajar untuk menghadapi ujian akhir. Meskipun pekerjaannya saat ini sebagai calon istri Arlan cukup tidak biasa, tapi yang namanya pekerjaan tetaplah pekerjaan. Runa tidak ingin memberikan performa kurang dari sempurna dalam pekerjaannya. Dia harus bisa membuat atasannya merasa puas dengan kinerjanya kan?

"Nanti ada orang tua aku, Kak Tiana, suaminya, dan Mbak Sera. Kamu udah kenal mereka, jadi bisa ngobrol sama mereka aja kalau merasa canggung," ujar Arlan. "Ah, ada lagi orang yang kamu kenal. Ingat Mas Shaga? Ketua himpunan teknik industri? Yang angkatannya tiga tahun di atas kita. Yang terkenal galak kalau lagi orasi."

"Mas Shaga?! Kahim teknik industri yang ganteng itu?" Runa melotot, mendadak nada suaranya meninggi. "Itu sepupu kamu?!"

Arlan mengangguk. "Kamu baru tahu kami sepupuan? Bukannya ada di data yang aku kasih?"

"Aku kira namanya aja yang sama. Muka kalian nggak mirip sama sekali, mana aku nyangka kalau kalian sepupuan!" komentar Runa. Teringat sesuatu, gadis itu kemudian menatap Arlan penasaran. "Wait, bukannya kata orang-orang Mas Shaga itu anak yang punya Gaia Food?"

"Iya, benar. Mas Shaga sekarang kerja sebagai direktur operasional di sana," jawab Arlan santai, membuat Runa terbelalak.

Ketika masih bekerja di Giantama Food, salah satu kompetitor terbesar Runa adalah Gaia Food. Mulai dari bumbu dapur, frozen food, makanan instan, Gaia Food punya semuanya. Bahkan salah satu cita-cita Runa adalah bekerja di sana, sayangnya beberapa bulan terakhir ini tidak ada lowongan untuk posisi yang ia incar. Lalu, apa ini? Owner Gaia Food ternyata adalah keluarga Arlan? Dasar orang kaya!

"Kamu nggak usah grogi, santai saja," ujar Arlan lagi, kali ini membuat Runa mengernyit.

Gadis itu memperbaiki posisi duduknya dan melipat tangan di dada, kini memperhatikan Arlan dari samping. "Aku memang kaget, tapi aku nggak grogi. Kamu udah ngomong begitu sekitar lima kali hari ini. Sebenarnya kamu yang grogi kan, Lan?"

Arlan tidak menjawab, melainkan hanya berdeham.

"Kamu tenang aja, Lan. Walaupun aku nggak seperti kamu yang terbiasa tampil di depan ratusan orang dan wartawan, aku sudah biasa menghadapi banyak orang di kerjaanku. Kalau sekadar bertemu keluarga kamu dan meninggalkan kesan baik, aku pasti bisa," jelas Runa dengan percaya diri.

Job Offer: WifeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang