2:Garis dua

4.4K 186 0
                                    

Seorang dokter wanita pun datang ke apartemen Dunk.

Dokter itu mulai memeriksa keadaan Dunk dan menanyakan gejala yang di alami Dunk.

Dokter itu terdiam sejenak, ia lalu mengucapkan sesuatu yang membuat Dunk dan Book terkejut.

"Gejala yang anda alami ini adalah sesuatu yang di rasakan oleh orang hamil, mau kah anda mengetest kehamilan di testpack?"

"HAH?!", Book terkejut.

Dunk tertegun, bagaikan di sambar petir di siang bolong. Ia benar-benar shock.

" Periksa dulu, oke?, siapa tau ini hanya kebetulan.. "

"Dok, tapi mana mungkin dia hamil?", Book masih tak percaya.

" Kita tidak tau kehendak Tuhan.. "

Tak lama kemudian dokter itu pamit untuk pulang. Setelah dokter itu pulang, Book dan Dunk saling menatap.

"Book... ", Dunk memegang tangan Book berharap Book mengerti kondisi.

" Hmm.. jangan panik, kita coba dulu, oke?", Book menenangkan.

Tak lama kemudian Book keluar dari apartemen Dunk dengan mengenakan Hoodie, masker dan kacamata milik Dunk. Ia akan membeli testpack .Book tak mau jika ada fans yang melihatnya dan itu menjadi rumor.

Dunk menunggu dengan suasana hati yang begitu gelisah. Hingga akhirnya Book kembali lalu memberikan testpack itu pada Dunk.

"Coba dulu, oke?", ucap Book lembut.

Dunk mengangguk takut, lalu ia masuk di dalam toilet.

Book menunggu di luar pintu dengan perasaan campur aduk.

Tak lama kemudian Dunk keluar dari toilet. Tubuhnya menegang dengan tatapan kosong lurus kedepan.

" Dunk?, bagaimana... "

Dunk masih terdiam. Terlihat raut wajah Dunk shock, Book sudah bisa menyimpulkan apa yang terjadi.

Book dengan lembut mengusap punggung Dunk. "Tidak apa-apa ya?, ini takdir... "

Dunk lalu menatap sedih ke arah mata Book. "Book... ba-bagaimana ini bisa... "

"Tenangkan dulu dirimu".

Book lalu membawa Dunk ke sofa kembali.

Dunk memberikan testpack bergaris merah dua itu pada Book dengan tangan gemetar.

Book cukup shock namun bukan itu yang harus ia lakukan sekarang, ada seseorang yang lebih shock yang akan mengandung bayi itu selama 9 bulan.

Book menenangkan Dunk dengan segala cara.

Dari sore hingga malam Dunk masih duduk di posisi awal dengan tatapan kosong.

Book bahkan menyalakan mode hening agar tidak ada orang yang mengganggunya dari ponsel.

"Dunk, ayo istirahat, malam ini aku akan menemani mu ya?".

" Book... aku mohon jangan memberitau siapapun perihal ini, termasuk Joong".

"Ya aku janji, tapi sekarang kau tidur dulu ya? agar pikiran mu lebih tenang".

Jam menunjukan pukul 8 malam. Book kini berada di samping Dunk yang sudah tertidur pulas.

Book melirik ponsel Dunk yang berdering, bertuliskan nama Joong di sana. Ia lalu mengangkat panggilan vidio itu.

"Book?, dimana Dunk?", tanya Joong

Book lalu mengarahkan kamera itu ke Dunk yang sedang tertidur. "Dia masih sakit dan jam begini dia sudah tertidur pulas. Joong maafkan aku yang menginap di apartemen Dunk.. "

JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang