01 - Kamu?

18K 545 1
                                    

Kali Kedua adalah karya pertamaku yang di-publish bulan Oktober 2023 lalu; super berantakan, terburu-buru dan gitu deh 😆

Maret 2024 ini akhirnya berhasil direvisi satu per satu. Walaupun masih banyak kekurangannya. Hihihi.

Please, enjoy the ride 😇









***

Dengan satu sentakan, Amira memutar kursinya menghadap jendela yang menampakkan jalan raya kota Jakarta dengan kendaraan yang berlalu-lalang. Selama beberapa menit ia mematung.

Sudah dua bulan beban pekerjaannya semakin menggila. Project yang dikerjakan mengalami kendala. Klien terus meminta revisi. Ia hanya ingin satu per satu deadline segera selesai sesuai dengan keinginannya dan tim.

Langit semakin terik. Suara orkestra yang berasal dari perutnya juga mulai terdengar. Ia melirik jam di tangan kirinya, sudah menunjukan pukul dua belas lewat tiga puluh menit. Pantas saja tidak terdengar keributan. Ternyata, hampir semua orang sudah pergi makan siang.

Pandangannya beralih ke cubicle di sebelah kanan, hanya tersisa Liana dan dirinya yang masih bekerja.

Amira berdiri dari tempat duduk, lalu menyibakan selimut yang sedari tadi menutupi kedua kakinya. Tanpa bisa dicegah, sekujur tubuh perempuan itu terasa sangat kaku. Dengan hati-hati ia meregangkan punggungnya, alih-alih merasa rileks, ia merasakan ngilu di beberapa titik. Seingatnya, terakhir kali ia berjalan keluar ruangan adalah untuk pergi ke toilet. Itu terjadi tiga jam yang lalu.

"Gimana meeting sama Teza Foods kemarin?" Suara Pak Daniel dari arah belakang mengejutkannya. Beliau adalah Managing Director Agile Research, tempat di mana Amira bekerja.

"Lumayan buat deg-degan, Pak..." Belum sempat menyelesaikan, beliau memotong ucapan Amira.

"Bu Ana yang dateng?"

"Bukan, kemarin giliran Pak Adam." Sebelum lupa, Amira berjalan ke mejanya untuk mengambil iPad. "Ini meeting minutes Teza Foods."

Pak Daniel menerima dan membacanya dengan tenang. "Ada masalah apalagi?"

"Pak Adam kasih kita waktu sebulan setengah sampai project selesai. Bingung saya, kok berani banget. Nggak mikirin resikonya apa?" Amira menunjukan nada yang khawatir mengingat perkataan kliennya.

Beliau sekarang menyandarkan badannya ke meja di depan Amira, "Adam itu seumuran elo, Mir. Pertama kali gue ketemu dia enam tahun yang lalu, memang keunggulan dia itu pinter cari peluang."

"Pantesan. Beliau juga bilang budget-nya akan dipotong 75 juta, yang tadinya 275 juta. Makanya project ini harus cepat selesai."

Pak Daniel yang mendengar itu, refleks memukul meja. "What the fish." Beliau mengusap dagu dengan kasar. "Ya sudah lah, mau gimana lagi? Mereka klien, ikut maunya dia aja. Jangan lupa juga hubungi Pak Idan dari Jak App perihal hasil survey."

Amira mencatat dengan cepat yang diperintahkan Pak Daniel. "Oh iya, Pak. Saya izin pulang lebih dulu ya, jam tiga mau ke rumah sakit. Perut saya masih sakit."

Beliau mengangguk, "ya sudah. Kalau sanggup, tolong di rumah lanjutkan project Teza ini ya."

"Baik, Pak. Makasih."

Pak Daniel berjalan menjauh untuk kembali ke ruangannya. Dengan segera Amira berjalan ke meja Liana. Ia mendapati temannya itu sedang menggigit bibir dan menatap nanar layar laptopnya. Hal ini menandakan kalau Liana akan segera menyerah dengan apapun yang ada dipikirannya. "Hey, cemberut aja lo."

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang