9 Tahun Lalu. Faris POV.
Sub-unit gue beres-beres rumah di setiap weekend sore. Selama 5 hari kerja, kami sudah sibuk dengan program masing-masing, tentu saja nggak ada waktu untuk memperhatikan kebersihan rumah, maklum anak kos.
Fitri, Nilam dan Adel sedang memasak di dapur, gue dan Rio mengelap piring yang baru saja dicuci. Tiba-tiba ada yang menggedor pintu depan, Rio dengan sigap berdiri dan membukanya.
Dua orang ibu-ibu menerobos masuk, salah satunya memegang pergelangan tangan Rio, "tolong dua anak saya butuh jahitan, mereka luka-luka."
Mendengar itu, gue menyuruh Nilam yang lagi di dapur untuk ikut. Rio keluar kamar sudah membawa kotak P3K dan box berisi suture kit.*"
"Mari, Bu tunjukkan alamat rumahnya." Ujar gue.
Berboncengan dengan Rio, kami pun menuju rumah warga tersebut.
Setelah sampai, ramai orang-orang berkumpul di teras. Ada beberapa motor sudah parkir.
Kami langsung dibawa ke ruang tamu dan korban sudah dibaringkan di atas matras. Banyak orang yang mengerubungi dan ingin melihat, "mohon maaf, tunggu di depan ya semuanya." Ucap gue.
Mereka semua menurut dan gue menutup pintu ruang tamu.
Puskesmas desa ini tutup setiap akhir pekan. Jadi, orang tua korban langsung kepikiran minta bantuan anak-anak KKN.
Gue beralih untuk melihat luka korban dan menginfokan orang tua mereka, "ada memar dan juga luka yang membutuhkan jahitan."
Orang tuanya mengizinkan kami untuk melakukan tindakan. Gue dan Rio langsung mencuci tangan, setelah kering memakai sarung tangan bersih.
"Nilam, tolong kabarin Vincent. Suruh dia datang. Ada kasus." Pinta gue.
Luka sudah selesai dibersihkan, gue mengganti sarung tangan dengan yang baru. Lalu salah satu dari mereka teriak mengeluarkan kata-kata kasar, "cepetan anj*ing, b*bi udah sakit luka gua."
Astaghfirullah, batin gue.
Gue menuangkan lidocain ke atas luka korban. Cairan tersebut berfungsi untuk mencegah rasa sakit sementara dan benar saja, dia seketika tenang.
Karena akan menjahit luka korban, lidocain juga digunakan sebagai anestesi lokal.
Luka itu memanjang dari area tepi kumis sampai ke dagu. Ketika gue mulai menjahit, bibir korban bergetar, "dok udah mulai? Kok nggak kerasa?"
Gue hanya tersenyum.
Vincent datang, gue memberi tau apa yang terjadi dan menginstruksikan untuk membersihkan luka kaki korban yang lagi gue dan Rio tangani. Karena area mereka sama; muka, tangan dan kaki.
Korban memakai celana panjang, Vincent menggunting lalu membersihkan lukanya, "ueeekk. Ueeekk"
Suara orang muntah. Siapa? Gue masih fokus menjahit luka dan nggak ada waktu untuk menengok, "siapa yang muntah? Ada korban lagi?
Vincent tiba-tiba tertawa kecil, "Amira, liat luka gini aja muntah dia."
Hah? Ngapain juga si Vincent boncengan sama Amira ke sini, pikir gue.
"Kalau bukan koas atau dokter pasti mual." Balas gue
"Iya ya, kita aja mungkin yang udah terbiasa." ujar Vincent.
"Amira di mana sekarang?" Tanya gue
"Di luar, sama Ita."
Oh sama Ita datangnya? Lah ya udah sih kalau boncengan sama Vincent, terus kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
Romance(Ditulis pada bulan Oktober 2023. Republished pada bulan Maret 2024) *** Amira Khalil masih betah melajang dan memilih untuk tetap fokus kepada karirnya sebagai seorang Market Researcher. Kehidupan yang stabil dan minim gangguan merupakan dua hal ya...