Untungya, Amira diingatkan oleh Liana kemarin pagi kalau hari ini Libur Nasional. Saking sibuknya, ia pernah datang ke kantor ketika tanggal merah.
Tidak jarang, ia juga sering lupa sekarang hari apa atau kok tiba-tiba sudah sore saja? Sebagai Market Researcher, waktu benar-benar berharga, kayaknya setiap hari harus banget kerja. Sejak saat itu Amira meminta Liana untuk selalu diingatkan.
Amira memanfaatkan hari libur untuk pindahan dengan bantuan jasa pindahan rumah, tidak sampai di situ, mereka akan membantu unpack barang-barang dan menyusunnya sesuai moodboard yang sudah Amira siapkan.
Ia memang menyukai design interior. Rumah adalah tempat ia pulang setelah lelah bekerja, jadi harus terlihat rapi, cantik dan menarik.
Sambil mengawasi dari dapur, Amira mendapat telefon dari Kak Aima yang sudah mendarat sejak pagi tadi. "Masih debu, Kak. Kalian di hotel aja. Besok baru boleh ke sini. Kakak ke Bandung kapan?"
"Kamis, Mir."
"Duh aku lupa bilang, temen aku ada acara weekend malam, jadi aku harus ikut nemenin dia." Ujarku baru ingat.
"Ya udah bawa aja Amora. Nanti kita belanja baju." Balas kakak enteng.
Kak Aima adalah orang yang santai banget kalau urusan anak. Sejak Amora bayi, Kakak tidak masalah menitipkan Amora ke siapa saja. Sikapnya ini pernah membuat Amira khawatir dan bertanya, "kok lo gampang percaya sih nitipin anak?"
"Gue capek, Mir. Jadi ibu kerjanya 24 jam, mau ada suster juga. Anak itu kalau lihat ibunya, ya maunya sama kita. Jadi gue seneng kalau ada yang bawa dia jalan-jalan keluar rumah, suster juga ikut dan sering tanya gue dulu boleh makan ini gak, boleh main itu gak. Tetep gue awasin." Kata kakak menjelaskan.
Iya sih, kadang yang membuat kita stress itu adalah rasa takut. Mungkin hati-hati perlu, tapi sisanya dibawa santai aja.
Duh, nasihat itu memang cocok untuk Amira. Setelah menyetujui ajakan Tata untuk ikut ke penggalangan dana Sabtu nanti, hari-harinya dipenuhi rasa penyesalan.
Skenario mulai muncul di kepala Amira sejak beberapa hari terakhir, "nanti pura-pura gak kenal atau pura-pura kaget?"atau "nanti kursi duduknya gimana sih? Gue duduk di sebelah siapa"
Sampai Amira browsing di internet tempat duduk penggalangan dana dan hal-hal bodoh lainnya.
Panggilan video call dari Kak Aima mengagetkannya di tengah keheningan. Tumben banget, pikir Amira.
Setelah menerima panggilan tersebut, muncul wajah anak perempuan dengan rambut keriting sebatas telinga, mata biru, bibir yang tipis dan muka mix Indonesia Australia; siapa lagi kalau bukan Amora, anak Aima satu-satunya.
"Mommy, kapan kita ketemu?" Tanyanya dengan aksen Australian-English tersebut.
Amira tertawa, "hai Mora anak cantik dan gemes, udah tau caranya video call?"
Amora, yang akan berusia empat tahun Desember nanti, memanggil Amira Mommy. Anak kecil itu pernah mengatakan kalau Amira bukan 'aunty' atau tante, tapi Mama.
Sedangkan keponakannya itu memanggil Aima, Bunda.
Amira menolak dipanggil mama karena suatu hari nanti, ia pengin anak-anaknya yang memanggil mama. Akhirnya mereka sepakat untuk memanggil Amira Mommy.
Dari sana Aima bertanya, "Amora, itu Mommy? Bilang Mommy, ketemu di Plaza Indonesia malam ini."
"Mommy, kamu dengar, kan?" Mora memastikan.
"Iya Mora, kita ketemu malam ini. Bye, Assalamu'alaikum."
***
Lupa kalau hari ini tanggal merah, jalanan padat, mall penuh dan resto waiting list di mana-mana. Tapi, Aima dan Amora terlihat happy sekali.
Amira membantu Kakak dengan menjaga stroller dan Amora. Ia berkeliling seorang diri memilih baju untuk Amora pakai Sabtu nanti.
Beberapa menit kemudian, ia sudah membawa dua dress: Yang warna hitam bahannya tulle dan warna hijau bahan silktebal mengembang di bagian bawah, dua-duanya adalah dress tanpa lengan.
"Yang bener aja, masa keteknya ke mana-mana? Dingin lah." Omel Amira.
Aima tertawa, "gue paham, Mir, tenang. Amora bawa bolero putih dan kemeja putih. Nanti cek dirumah, bagus pakai bolero di luar atau kemeja putih di bagian dalam."
"Oh, kirain lo gak paham." Ujar Amira.
"Aku suka ini, Bunda. Kita beli." Kata Amora dengan memainkan bagian bawah baju yang dipegang Aima.
Amira belanja baju hanya setahun dua kali; lebaran dan tahun baru. Karena pakaian masuk ke dalam kategori keinginan, bukan kebutuhan,. Kecuali, ia sedang butuh atau ada yang rusak. Jadi, sore ini ia hanya menemani sang kakak yang membeli baju untuk healing-nya nanti.
"Mir, lo jomblo banget?" Tanya Aima ketika mereka sudah di rumah, duduk di sofa sambil memakan es krim.
"Kenapa? Ada yang mau lo kenalin ke gue?" Amira sudah bosan dengan jawaban belum ada yang cocok.
Aima tertawa. "Nggak ada sih. Cuma nanya aja. Lo kesepian nggak?"
"Nggak kok. Kalau bosan ya pergi aja sendiri, dari dulu juga sering sendiri."
"Dulu gue nikah cepet karena mikir nggak mau jarak usia gue dan anak-anak nantinya terlalu jauh." Kenang Aima. "Eh, Amora lahir waktu gue umur tiga dua."
"Gue juga pernah mikir begitu. Tapi, ada juga yang sudah lama nikah, baru punya anaknya setelah umur tiga puluhan."
Aima mengangguk setuju. "Di deket kantor lo ada childcare kan?"
"Ada. Kalau penuh gimana?"
"Di Aussie sih liat urgensi orang tuanya si anak dan biasanya yang didahulukan working mom." Jelas Aima.
Amira mencatat keperluan Amora dari pagi sampai malam sesuai kebiasaannya. Kakaknya memang sangat santai, tidak terlalu banyak larangan, yang penting Amira bisa bertanggung jawab.
"Lo nggak mau cerita dulu ke gue, biar gue berhenti berpikiran buruk tentang lo?" Tanya Amira.
Aima menusuk-nusuk es krim dengan ujung sendok. Ia masih menunduk. "Maaf ya, Mir. Nanti kalau sudah balik gue ceritain. Gue tau, ini nggak adil buat lo. Tiba-tiba dateng dan ngerepotin. Pasti mama ngomel-ngomel."
"Ya pasti lah! Menurut lo aja." Amira teringat wajah mamanya yang sangat ketus setelah menerima telfon dari Aima.
Aima tertawa kecil. "Gue lagi mempersiapkan diri sebelum ngomong ke lo, juga ke mama."
Amira menghembuskan napas beratnya. "Ya apa pun itu. I wish you the best."
***
Jangan lupa vote cerita dan follow akun ini :) Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
Romance(Ditulis pada bulan Oktober 2023. Republished pada bulan Maret 2024) *** Amira Khalil masih betah melajang dan memilih untuk tetap fokus kepada karirnya sebagai seorang Market Researcher. Kehidupan yang stabil dan minim gangguan merupakan dua hal ya...