Pagi ini, Aima masih ingin membicarakan masa lalu mereka yang belum sempat diluruskan. Kakaknya itu takut masih ada kesalah pahaman, amarah dan dendam yang tersisa di tengah-tengah hubungan keluarga mereka.
"Apa yang membuat kita akhirnya baikan ya, Mir?" Tanya Kakak sambil mengaduk smoothies bowl yang baru saja dibuatnya.
Sedangkan Amira sarapan nasi kuning. "Kayaknya waktu Amora lahir deh? Covid pula kan tuh."
Aima tertawa. "Iya, sebelum melahirkan gue nelpon mama dan elo untuk minta maaf, takut banget meninggal pas lahiran tapi belum dimaafkan."
Detik setelahnya, Amira dan Aima terdiam. Mereka masih sensitif dengan kata meninggal. Pasalnya, kakak beradik tersebut belum mengucapkan kata maaf ketika papa menghembuskan napas terakhirnya. Namun demikian, bukan berarti Amira dan Aima meraung-raung penuh penyesalan di pinggir tempat tidur Ahmad Rasyidi Khalil.
Amira datang terlambat, karena ia mengetahuinya setelah papa koma. Aima lebih parah, ia tidak diberi tahu sama sekali oleh mama. Begitulah kondisi keluarganya, kurang normal, berjalan masing-masing tanpa menunjukan kasih sayang sama sekali.
"BTW, kapan lo mau mengenalkan Faris ke Mama? Eh atau mereka dulu udah pernah ketemu?"
Pertanyaan Aima menyadarkan Amira dari lamunan, "belum pernah ketemu, Kak."
Ketika Amira kuliah, Aima sudah kerja karena jarak usia mereka lima tahun. Aima melarikan diri ke Australia ketika papa mereka terlibat kasus korupsi dan berakhir menikah dengan mantan suaminya. Sejak saat itu, mereka belum bertemu lagi hingga Aima melahirkan Amora.
Kehidupan keluarga Amira memang memprihatinkan, oleh karenanya, ia takut salah memilih pasangan.
"Okey. Kalau gue sih udah memberikan restu ya, Mir. Kayaknya dia menantu idaman mama juga." Ucap kakak seraya tersenyum.
"Ya ampuuuun, Kak! Si Faris aja nggak ada tanda-tanda bakal ngelamar." Ya memang benar sih, bagi Amira, kunjungan Faris ke apartemennya kemarin malam hanyalan sikap ramah karena mereka teman lama. Terlebih lagi ini unitnya, masa landlord nggak boleh bertamu?
"Terserah lo, Mir. Emang dasar nggak ada peka-pekanya lo, sama kayak mama." Aima meletakkan cucian kotor di dapur. "Sebagai orang yang punya banyak pengalaman dengan pria, gue jamin Faris suka sama lo. Catet!"
"Bawel!" Amira bergegas kembali ke kamar menikmati hari liburnya dengan rebahan.
***
Sepanjang malam Faris kesulitan tidur karena terus kepikiran Amira. Dulu, pernah ada wanita yang membuatnya tertarik dan ingin ia nikahi. Tapi ia berjanji untuk selesai Pendidikan Spesialis terlebih dahulu, walhasil wanita itu memilih yang lain.
Hingga ia berkenalan dengan anggota keluarga Amira yaitu Aima. Perasaan hangat muncul di dada Faris. Sudah lama ia tidak berkenalan dengan wanita sampai sejauh itu. Mungkin dirinya terdengar konyol sekarang, tapi perasaannya pada Amira belum berubah.
Entah apa yang wanita itu miliki, tapi setiap Faris berdekatan dengan Amira, ia merasa sudah mengenal wanita itu sejak lama. Walaupun faktanya memang seperti itu.
From Faris to Amira
Mir, lo janji semalem mau lebih rajin olahraga. CFD yuk mumpung masih jam delapan nih.From Amira
Gila! Panas banget, Ris. Mager ah.Faris tertawa membacanya. Ia teringat bagaimana dulu ketika KKN wanita itu selalu memakai topi, mengaplikasikan sunscreen SPF 50++ dan memakai sneakers agar kakinya tidak hitam karena dibonceng motor.
From Faris to Amira
Ya udah, kita nonton jam sepuluh, gimana?From Amira
Mau rebahan.From Faris to Amira
Well, gue yang ke rumah lo. Gimana?From Amira
Males, ada Kak Aima. Habis nanti gue diledekin.Faris merasa Amira sedang menghindarinya. Dan ia terpikir untuk memainkan kartu AS-nya....
From Faris to Amira
Lo lagi dekat sama seseorang ya, Mir? Oke, sori kalau lo nggak nyaman.Faris terkekeh setelah mengirim pesan tersebut. Sebenarnya, ia pun jijik membacanya. Kenapa jadi kayak pria hidung belang begini? Padahal, sebagai pria, ia tahu Amira tidak lagi dekat dengan siapa-siapa. Kalau pun iya, nggak mungkin wanita itu mau mengundang ke rumahnya dan mengajak Faris bertemu kakaknya.
Anehnya, Faris juga tidak paham kenapa dirinya jadi pria licik begini demi mendapatkan jawaban ya dari Amira yang masih tertutup hatinya itu?
From Amira
Dih, kan gue bilang panas. Tolong cari kegiatan lain yang nggak panas.From Faris to Amira
Oke ke Bandung, yuk? PP aja.Faris tertawa membaca balasan tersebut. Sudah gila kali. Tapi mau bagaimana lagi? Terakhir kali dia ke sana karena ada seminar di Unpad dan kunjungan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, lagi-lagi urusan kerja.
From Amira
Gue bilang panas bukan berarti langsung ke Bandung, Fariiisss.Faris tersenyum membacanya. Kenapa ia merasa Amira jadi manja? Wanita itu tidak pernah berbasa basi seperti ini, apalagi melalui chat. Seingatnya Amira tipe orang yang membalas chat pendek-pendek. Sampai dulu ia pernah merasa mengganggu wanita itu.
Atau karena ini akhir pekan? Tentu saja Faris tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
From Faris to Amira
Deal or no deal?From Amira
Deal. Jam sepuluh ya jalannya. Mau leyeh-leyeh dulu.From Faris to Amira
Take your time, Mir. See you at lobby.***
Hiyaaa, baru update lagi. Enjoy
Jangan lupa vote-nya. Makasih :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
Romantizm(Ditulis pada bulan Oktober 2023. Republished pada bulan Maret 2024) *** Amira Khalil masih betah melajang dan memilih untuk tetap fokus kepada karirnya sebagai seorang Market Researcher. Kehidupan yang stabil dan minim gangguan merupakan dua hal ya...