36 - Manja?

5K 255 2
                                    

"Bu Mira, cutinya cukup empat hari aja?" Tanya Pak Haryo yang memasuki ruangan Amira.

Amira tertawa pelan. "Cukup,Pak. Pak Daniel pesan ke saya, kasian bapak kalau ditinggal lama-lama."

Pak Haryo tergelak, "makasih Bu Mira sudah mendampingi saya dan juga junior-junior di sini. Saya jujur gak bisa kerja dengan mereka."

"Memang harus banyak maklum, Pak. Beda zaman, beda etos kerja-"

Omongan Amira dipotong oleh beliau, "benar, Bu Mira. Saya sampai ngebatin, ini pegawai saya pada kenapa? Salah asuhan semua atau gimana?"

Ya, Pak Haryo masih belum terbiasa memiliki pegawai. Dunia bisnis memang berbeda. Faktanya,  salah pilih pegawai akan membuat jelek nama perusahaan dan perkembangan bisnis yang baru dirintisnya.

From Aima

Souvenir dan undangan udah sampai. Tangan gue gempor nih nempelin label

Amira tersenyum membaca chat dari kakaknya itu.

Untuk souvenir, undangan dan makeup semua sudah selesai sesuai rencana dan budget-nya. Amira memesan secara online tea box atau boks isinya teh dengan dua varian berbeda. Ia ingin mengetahui mana yang aromanya lebih enak. Ia juga bersyukur diberi kemudahan dengan adanya marketplace, jadi tidak perlu pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Murni, acuannya hanya membaca review para pembeli.

Undangan juga ia beli di marketplace yang sama, kalau mencari di Instagram dengan design yang wow, masih melebihi budget-nya. Jadi, ia dan Faris sepakat untuk yang biasa-biasa saja.

Mama mengatakan Amira kelewat pelit, tapi memang benar. Ia dan Faris benar-benar mengkalkulasi dengan sempurna. Misalnya untuk catering, bagian termahal dari pernikahan. Ia hanya memesan 200 pax alias 70 orang yang diundang dengan kemungkinan mereka membawa pasangan, jadi sekitar 140, sisanya buat jaga-jaga.

Sedangkan untuk keluarga dan teman orang tua, dibiayai oleh mamanya Faris dengan pax yang sama.

Ya ini hal yang Amira sukai; circle pertemanan mereka berdua yang kecil dan juga orang tua masing-masing yang memberikan kebebasan kepada anak-anaknya. Karena ini pernikahan Amira dan Faris, bukan acara orang tua.

Lagi pula sudah, tiga puluh tahun usia mereka berdua. Jadi tidak perlu yang mewah-mewah banget karena orang lain sudah pada aqiqahan anak pertama bahkan anak kedua, ada juga yang anaknya sudsah sunatan, sedangkan mereka baru memulai.

Zzzt.. Zzzt..

"Wa'alaikumsalam, kenapa, Ris?" Jawab Amira yang sudah berada di dalam taksi.

"Kamu jadi dateng kan?" Tanya Faris.

Amira memang sudah berjanji akan datang ke rumah sakit. Ia dan Faris akan makan bersama karena pria itu masih harus bekerja sampai malam. Sedangkan mereka sudah berjanji, selama belum menikah akan rutin bertemu minimal seminggu tiga kali.

"Jadi. Ini udah di taksi."

Faris terkekeh dari seberang sana. "Oke. Mau bilang i miss you tapi kamu udah deket kan?"

Amira jelas tertawa, kenapa jadi kayak remaja yang baru kenal dunia percintaan gini sih? "Miss you, too, Ris."


***


Ada perasaan aneh ketika Amira memasuki area rumah sakit ibu dan anak tersebut. Tempat ini adalah saksi pertemuan pertamanya kembali dengan Faris setelah sembilan tahun. Tempat ini yang membuat kehidupan Amira berubah dalam beberapa bulan saja. Sampai salah satu sepupunya mengira ia hamil lantaran pernikahan yang serba terburu-buru.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang