Tepat pukul enam pagi, Faris baru saja selesai membantu persalinan Ibu Ranti. Bayinya memang sudah mengalami kondisi jantung yang parah sejak di dalam kandungan.
Janinnya tidak mungkin bertahan hidup melalui kelahiran normal. Bahkan kelahiran caesar pun tidak akan membantu bayi hidup lebih dari beberapa jam.
Tapi, setiap ibu ingin memeluk anaknya dalam keadaan masih bernyawa bukan? Akhirnya Faris menyarankan untuk melahirkan secara caesar.
Keluarga pasien, terutama orang tuanya menolak, karena lahiran secara caesar meninggalkan bekas jahitan yang traumatis di tubuh anaknya.
Oke, semua setuju persalinan secara normal.
Hari H pun tiba, tanpa disangka, beberapa jam sebelum bersalin, ia berubah pikiran. Ibu Ranti memutuskan untuk melahirkan sang bayi secara caesar agar dapat kesempatan memeluk anaknya.
Menjadi ibu mengandung kadang serba salah, mau mengikuti nasihat orang tua atau dokter? Hal-hal seperti itu yang terkadang membuat dokter dan pasien susah untuk mengambil keputusan.
Oleh karena itu, tidak jarang Faris menyarankan pasien untuk datang kontrol bersama pasangan atau temannya yang mungkin bisa lebih menenangkan dan rasional dalam berpikir.
Pasien berikutnya adalah Bu Sofia, bayinya terlahir prematur dan Faris memberikan pengetahuan tentang usia kronologis dan usia koreksi juga tahap perkembangan yang terjadi pada bayi prematur.
Selesai sudah pasien hari ini. Faris kembali ke ruangan, mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang, mandi, berganti pakaian dan istirahat.
Untungnya kemarin malam ia datang ke Rumah Sakit dengan taksi online, pagi ini tinggal duduk saja. Tips juga untuk para dokter yang tidak memiliki supir pribadi, memang lebih baik naik taksi online daripada mengendarai mobil atau motor dalam keadaan mengantuk.
Perut yang mulai berbunyi membuat Faris mencari resep sarapan di internet yang ujung-ujungnya jarang ia praktekkan. Tapi kali ini ia bersikeras karena ibunya tidak mengirimkan lauk selama seminggu ke depan.
Masak apa ya? Sop ayam? Kari jepang? Baru saja ia berpikir, taksi sudah memasuki area lobi, ia berjalan menuju lift untuk ke lantai enam.
Ting!
Pintu lift terbuka. Amira berdiri di sana sudah rapih dengan balutan kemeja, celana panjang dan blazer. Untuk beberapa saat kita saling bertukar tatap.
"Hai, Mir." Sapanya lebih dulu.
"Hai, juga." Mira tersenyum seraya melewati Faris dan berjalan ke luar lift dengan terburu-buru.
Faris sudah memikirkannya sejak lama dan ia tidak ingin lagi menunda. Dengan gerakan cepat ia membalikan badannya dan berlari kecil mengejar Amira yang sudah berjalan menuju lobi, "Mira.."
Amira berhenti dan menoleh. "Ya?"
"Mau makan malam bareng?"
Gadis itu membuang mukanya. Ia terlihat sedikit ragu dan berpikir. Faris memiringkan kepala ingin mengetahui reaksi wanita itu. "Gimana, Mira?" Lebih tepatnya ia sedang memaksa.
Amira kembali menatap Faris lalu menganggukan kepalanya. "Boleh. Taksi gue udah nunggu. Lo chat gue aja mau di mana."
"Oke, gue kabarin lewat chat." Faris mengamati Amira yang berjalan menjauh. Ia masih memaku di sana untuk beberapa saat.
Pikirannya terbagi, antara Amira ingin menyudahi percakapan mereka dengan segera karena taksi yang sudah menunggu. Atau Amira memang ingin makan malam dengannya?
Lebih dari itu, ia sungguh terkejut. Beneran kan? Nggak lagi mimpi gue? Semudah itu? Semudah itu Amira bilang iya? Batin Faris.
***
Faris menuju dapur untuk memasak Kari Jepang cepat saji. Ia mulai menumis ayam fillet sampai kecoklatan, lalu memasukkan air, sayur dan bumbu kari Jepang instan, masak sampai mendidih.
Ia kembali melihat handphone di atas meja bukan untuk melihat resep masakannya lebih lanjut tapi ia masih ragu untuk menghubungi Amira.
Zzt.. Zzt..
Mendengar handphone-nya yang tiba-tiba berbunyi, Faris terloncat kaget dan hampir saja menumpahkan panci panas di atas kompor. Ia tidak fokus karena terus ragu untuk menghubungi Amira.
"Kenapa, Ma?" Dengan nada yang tidak sabaran.
"Salam dulu dong. Kok bete gitu suaranya?" Jawab Mama di seberang sana.
Faris terkekeh. "Assalamu'alaikum. Faris lagi masak nih."
"Wa'alaikumsalam. Baru aja mama mau bilang, kurirnya udah dekat nih kalau dari map."
"Makasih, Ma."
"Mama bawain gulai tunjang, teri kacang sama ayam serundeng yang udah dimarinasi, nanti kamu tinggal goreng aja." Mama menyebutkan satu per satu masakan kesukaan Faris. "Masak apa kamu?"
"Kari Jepang, yang gampang aja."
"Oh, oke. Jangan lupa ya, turun ke bawah. Assalamu'alaikum."
Klik!
Faris
Mira, kita makan di Yakiniku Like GI ya.Sambil menunggu balasan, Faris mencuci piring, lalu menuju kamar dengan setumpuk baju bersih untuk dilipat.
Lagi, Faris kembali melihat handphone-nya. Kayaknya harus terbiasa dengan slow response ini? Nggak kayak masa-masa kuliah dulu, kalau balas chat selalu cepat. Pikir Faris.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
Romance(Ditulis pada bulan Oktober 2023. Republished pada bulan Maret 2024) *** Amira Khalil masih betah melajang dan memilih untuk tetap fokus kepada karirnya sebagai seorang Market Researcher. Kehidupan yang stabil dan minim gangguan merupakan dua hal ya...