"Dok, ini laporan dari IGD, ada yang segera butuh kuret. Ini hasil USG-nya." Suster Intan menyampaikan.
Faris membaca dengan hasil observasi tersebut, "walinya udah dihubungi?"
"Pasien nggak mau kasih kontak walinya, Dok."
"Transfusi darah?" Tanya Faris singkat
"Sudah, Dok."
Ia berdiri dan bergegas berjalan menuju IGD yang diikuti oleh Suster Intan dari belakang.
"Saudari, Aca, betul?" Faris melihat perempuan yang terbaring lemah tersebut, lalu mengalihkan pandangannya pada pria di samping wanita itu.
Aca menganggukkan kepalanya.
"Anda minum obat apa bisa sampai pendarahan begini?"
Dengan ragu dan melirik pria yang di sebelahnya, ia pun menjawab, "saya minum obat pencahar supaya menstruasi, Dok. Terus malah berdarah gak berhenti."
Berjalan mendekat ke arah ranjang, Faris menggenggamkan jemari tangan ke besi pinggir kasur dengan tatapan mengintimidasi, "anda yakin ini obat pencahar? Bukan obat aborsi?"
Sontak pertanyaan sang dokter membuat beberapa kepala menoleh ke arah mereka.
Faris kembali melanjutkan, "usia 18 tahun, datang dengan kondisi pendarahan, tidak mau menghubungi wali." Ia menoleh dan bertanya kepada laki-laki yang ia duga adalah pacarnya, "maaf, anda siapanya?"
Pria itu terlihat ragu untuk menjawab. Ia mencoba menegakkan duduknya lalu menatap Faris. "Saya, pacarnya."
"Baik. Saya hanya akan melakukan kuret kalau sudah mendapatkan persetujuan wali."
Pacarnya berusaha membujuk agar Aca segera menghubungi orang tuanya. Tapi, ia terus menolak dan akhirnya tangis itu pun pecah, "aku takut," dengan derai air mata, ia menoleh ke arah Faris, "saya takut, Dok."
Tidak mau ikut campur lebih jauh dalam drama keluarga, "saya tunggu kepastiannya jam 3 sore. Suster Intan, kabari saya ya."
Sejak sebelum lulus pendidikan Dokter, Faris sudah tau akan memilih Spesialis Anak karena masalah kesehatan anak yang beragam bukan hanya di negara berkembang seperti Indonesia, tapi juga di negara maju.
Selain itu, dengan berperan sebagai Spesialis Anak, Faris juga sedang menyelamatkan masa depan bangsa ini.
Hingga suatu hari, ketika internship, seorang Ibu melahirkan anak kembarnya setelah beliau menanti kurang lebih 12 tahun. Dari situ ia berpikir, kalau sebagai Spesialis Anak dan ingin menyelamatkan masa depan bangsa ini, berarti harus ada anaknya dulu, kan?
Terus bagaimana dengan mereka yang belum memiliki anak?
Obgyn berbeda, mereka terlibat dalam aspek penting kehidupan setiap perempuan; fertilitas, reproduksi, bayi yang berada di dalam kandungan, bahkan perawatan setelah sang ibu melahirkan. Bukan hanya memastikan kesehatan dan keselamatan satu orang, tapi dua.
Dengan memilih sebagai seorang Obgyn, Faris tau akan banyak kehilangan momen penting. Frekuensi bertemu mama dan adik berkurang. Tidak ada waktu bersosialisasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
Romansa(Ditulis pada bulan Oktober 2023. Republished pada bulan Maret 2024) *** Amira Khalil masih betah melajang dan memilih untuk tetap fokus kepada karirnya sebagai seorang Market Researcher. Kehidupan yang stabil dan minim gangguan merupakan dua hal ya...