12 - Ngeselin

4.4K 283 2
                                    

Setelah keluar ruang rawat inap, Amira bertanya ke meja suster di mana letak musholla. Agak nekat juga ke musholla sendiri, di rumah sakit, hampir tengah malam pula. Tapi, adrenalin lah yang membuat dirinya berani melakukan ini.

Selesai sholat, Amira berjalan balik ke ruang rawat inap dan pertanyaan Faris muncul lagi di kepalanya tanpa diminta, "lo lupa kalau gue nggak mau berduaan sama yang bukan mahram?"

Ya mana mungkin gue lupa kalau lo nggak mau berduaan dengan yang bukan mahram, Faris Alhadid? Geram Amira dalam hati.

"Mira, sini Mir ada banyak makanan." panggil Elsa yang sudah menyusul ke rumah sakit. Ia sedang menjejerkan makanan di atas meja.

Amira berjalan ke samping Elsa untuk melihat apa saja yang sudah ia beli lalu berterima kasih kepada sepasang suami istri tersebut.

"Kita nggak tau lo suka yang mana," ujar Sandy yang duduk di sebelah Faris, "jadi kita beliin banyak."

Amira tersenyum. "Makasih ya. Saya apa saja suka."

"Hah bagus lah." Ucap Sandy lega.

"Yuk balik sekarang?" Elsa memandang suaminya meminta persetujuan.

Sandy menganggukan kepala. Lalu pamit. "Duluan ya. Udah dicariin anak-anak di rumah." Sandy menjelaskan

Setelah berpelukan dengan Elsa, Sandy dan istrinya pergi meninggalkan ruangan.

Tinggal lah Amira, Faris dan Tata di ruang VIP. Temannya itu sudah terlelap, ruam di muka dan tangannya semakin banyak.

"Elsa beli apa aja, Mir?" Ucap Faris memecah keheningan.

Oh iya, Elsa meletakkan semua makanan di sisi Amira.

"Nih, liat aja sendiri." Balasnya.

Faris berdiri dari tempatnya, berjalan mendekat untuk melihat, "oke, gue ambil lemper."

Sofa tempat Faris dan Amira duduk berada di sebelah kanan dan kiri ranjang Tata. Jarak mereka kurang lebih lima meter. Karena keberadaan Faris mengganggu pemandangan, Amira memilih menarik tirai ranjang Tata sampai menutupinya. Sengaja, supaya dirinya dan Faris tidak saling bertukar pandang.

"Profesi lo apa, Mir?" Tanya Faris dari balik tirai di seberang sana dengan suara pelan supaya tidak membangunkan Tata.

Dih? Tiba-tiba banget? Pikir Amira.

"Market Researcher."

"Ketemu klien sehari berapa kali?" Tanyanya lagi

Lah? Kenapa jadi sesi wawancara deh?

"Tiga sampai empat kali." Jawabnya pendek

"Ada yang namanya Adam Teza?"

Hah? Kenapa dia tau?

"Kenapa lo tau?"

"Waktu lo di musholla, dia nelfon berkali-kali, terus gue angkat takutnya penting."

Oh iya! Pas sholat di musholla, gue meninggalkan handphone di ruang rawat inap setelah berdebat sama Faris yang gak mau ditinggal berduaan dengan Tata.

"Ngapain lo angkat? Udah di luar jam kerja!" Suara Amira meninggi.

"Udah berapa kali dia nelfon lo kalau lagi mabok, Mir?"

Mabok? Adam yang sering jadi Imam sholat kalau gue lagi sholat di musholla Teza Foods itu pemabuk?

"Gue aja nggak tau kalau dia minum alkohol," jujur memang Amira tidak tau soal itu, "dia ngomong apa? Kedengerannya kayak mabok, gitu?"

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang