04 - Ta'aruf

5.9K 344 1
                                    

Seperti yang sudah dijanjikan beberapa hari lalu, weekend ini Faris akan bertemu perempuan yang memang berniat ta'aruf dengannya.

Di awal usia dua puluhan, Faris mantap untuk ta'aruf sebagai langkah bertemu jodoh karena aktifitas muda mudi yang pacaran, kurang ia sukai. Seperti chatting setiap saat, nonton di bioskop atau sekedar jalan-jalan sambil pegangan tangan.

Banyak dari teman-temannya yang kaget dan tidak setuju ketika mengetahui niatnya tersebut. Wajar saja, pada umumnya, mereka lebih percaya pacaran sebagai cara untuk saling mengenal calon pendamping hidup.

Hanya Sandy yang memutuskan untuk ta'aruf sebelum menikah, oleh karena itu, temannya ini selalu semangat mencarikan Faris wanita single. Entah kenalannya, sepupu, temennya temen, pokoknya kalau ada perempuan single, dia langsung inget Faris.

From Sandy
Gue udah sampe. Fita juga udah dateng sama temen perempuannya dan Azim.

Faris to Sandy
Otw lantai 4

From Sandy
Mana? Gak sampe-sampe lo, kita di meja no. 15

***

Lift menuju lantai atas lumayan ramai mengingat ini weekend. Banyak lansia di kursi roda dan ibu-ibu dengan stroller-nya.

Oke, naik eskalator aja. Faris memutuskan. Kadang, di situasi seperti itu, orang lajang dan sehat harus mengalah. Hitung-hitung olahraga.

Sesampainya di Seribu Rasa, Faris mengikuti waiter yang mengantarnya ke meja nomor 15.

Di situ Faris melihat Azim yang duduk di pinggir sebelah kiri dan ada dua wanita di sebelahnya. Yang satu duduk di tengah dan yang satu.. kayak pernah liat wanita yang duduk di sebelah kanan itu. Tapi di mana?

"Assalamu'alaikum. Maaf udah buat nunggu." Kata Faris sambil melihat ke arah Azim dan dua perempuan di sampingnya satu per satu.

Mereka menjawab salamnya secara bersamaan.

Sandy yang duduk membelakangi Faris langsung berdiri dan memperkenalkan, "ini Faris. Ris, ini Fita yang ta'aruf sama lo. Ini temennya Fita, Qistie."

Ah iya Qistie, sahabatnya Amira.

Setelah menyapa mereka, Faris memilih duduk di depan Azim dan membuka buku menu.

"Gak usah sok baca menu. Udah gue pesenin nasi, iga bakar dan air mineral dingin." Ucap Sandy mencairkan suasana, "nah sekarang ngobrol sama orangnya langsung."

Fita spontan tertawa, "hai Faris, gue udah banyak denger tentang lo dari Azim."

"Iya gue juga. Jadi, lo mau membangun rumah tangga yang seperti apa?" Kata Faris secara blak-blakan.

"Gue mau suami yang bisa mengajarkan ilmu agama, baik dan bertanggung jawab."

Mendengar pernyataannya, Faris bersandar di kursi dan menyilangkan tangan di depan dada, "pertanyaan gue kan rumah tangga yang lo inginkan, bukan suami."

Sandy menyikut lengan Faris dan muka Fita mendadak bersemu merah karena malu, "sebenernya gue di tahap menurunkan ekspektasi dalam membangun rumah tangga. Gue nggak mau membebani diri sendiri dan calon." jawabnya seraya melihat ke Faris, "pernikahan gak seharusnya dibangun dengan harapan, tetapi dengan iman dan tujuan beribadah."

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang