34. Bohong tapi jujur

893 47 11
                                    

"Kita tidak bisa menghidari rasa kecewa terhadap manusia, sebaik apapun seseorang, dia punya potensi mengecewakan. Dia tidak jahat, tapi karena dia manusia."

*

*

*

*

*


_______________________

"Ah Evan mah gak percayaan banget, aku gak bohong tau, ini beneran lagi ada dirumah kok". Ucap Ina berusaha meyakinkan Evan.

Evan seakan tuli dan tidak memperdulikan perkataan Ina, ia beranjak dari duduknya, lalu mengambil Hoodie hitam yang selalu ia pakai.

"5 menit". Ucapnya setelah selesai memakai hoodienya, lalu mengambil kunci motor yang tergeletak diatas meja. "Gue otw kerumah lu". Lanjut Evan, lalu mematikan ponselnya.

Tentu saja hal itu membuat Ina panik, Ina melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 20.55, lima menit lagi Evan akan sampai kerumahnya, sedangkan lima menit lagi ia baru bisa pulang kerumah.

"Aduh, gimana nih, apa aku izin pulang aja ya, dibolehin gak ya sama buk bos, mana hari pertama lagi". Gerutu Ina.

"Tau ah, coba aku chat aja dulu". Putus Ina, untuk meminta pulang lebih awal. Ina mengirim pesan dengan jantung yang deh degan. Baru saja pesannya terkirim, pesan itu langsung mendapat balasan yang membuat Ina langsung bersiap-siap untuk menyampaikan kepada petugas kebersihan bahwa mereka akan pulang lebih awal, sungguh baik sekali bosnya ini.

Setelah mastikan bahwa lampu kipas ataupun hal yang berbaur listrik lainnya sudah mati, dan sudah tidak ada orang satupun didalam perpus, Ina segera mengunci pintu.

Ina berlari menuju gojek yang sudah ia pesan, karna jika menunggu bus akan menghabiskan waktu yang lebih lama lagi fikir Ina.

"Pak, tancap gas pak, ngebut aja pak ngebut". Titah Ina, yang langsung diiyakan oleh gojek tersebut.

"Bilang apa ya aku sama Evan, pasti dia udah sampai nih". Gumam Ina, saat melihat jam tangannya sudah menunjukan lebih dari lima menit setelah telpon dari Evan dimatikan.

"AU ah pusing".

...

...

Ah sudahlah, Ina pasrah saat melihat Evan yang berada didepan pagar rumahnya sedang duduk anteng diatas motor. Ina memasang muka polos andalan nya.

Ina turun dari motor, melepas helmnya. Lalu berjalan menuju Evan cengengesan, karna evan tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Ina sedari Ina turun dari motor.

"Dari mana?". Tanya Evan, saat Ina sudah berada didepannya.

"Dari perpus". Jawab Ina dengan muka temboknya, seberusaha mungkin menutupi kegugupan yang ia rasakan.

"Ngapain?".

"Ya belajar dong evan, ngapain lagi coba". Jawab Ina lagi yang emang tak sepenuhnya berbohong.

"Tadi bilang nya ada dirumah, taunya malah kelayapan kesana kesini, pinter banget bohong lu". Sarkas Evan dengan smriknya.

"Bukan kelayapan Evan, aku tuh belajar, lagian aku punya alasan tau kenapa aku bohong". Ina membela diri.

"Apa?".

"Ya karna—, karna aku gak mau kamu  khawatir, kan kamu khawatiran banget tuh Sama aku belakangan ini, pastinya kalau aku bilang mau pergi keluar, kamu pasti larang aku, atau gak kamu pasti ngikutin aku kan, nah kalau kamu ikut nanti akunya malah gak fokus lagi belajarnya, soalnya kan fokus aku teralihkan sama kamu Evan". Jelas Ina dengan rasa percaya diri melebihi kapasitas.

VaNa(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang