47. Tempat Ternyaman

901 43 17
                                    

Orang nya cuek
Tapi tatapan nya selalu berhasil
Bikin aku salting

*

*

*

*

*

__________________________


"Jangan ngerasa sendiri, ingat masih banyak yang peduli". Sahut Evan setelah lama terdiam.

"Hmm, kamu peduli?". Tanya Ina yang tidak direspon Evan.

Setelah percakapan itu, Ina dan Evan bungkam. Mereka hanyut dengan isi kepala masing-masing. Ina yang fokus menatap kedua nisan dengan Evan yang fokus menatap Ina.

"Van". Jeda Ina sedikit lama, Evan fokus menatap kearah Ina. "Tetap sama aku ya, apa pun yang terjadi aku harap kamu tetap disini disamping aku". Lanjut Ina yang mengalihkan atensinya menatap Evan dalam.

"Gue gak janji".

"Ck, setidaknya iyain kek, gak bisa bohong banget". Kesal Ina menatap sinis. "Kamu tau, part terbaik dari hari yang aku lalui itu saat ketemu sama kamu, kalau gak ketemu sama kamu itu rasanya kayak ada yang kurang". Lanjut Ina menjelaskan yang ia rasakan.

"Iya".

"Apanya yang iya?".

Evan tidak menjawab, ia memilih berdiri beranjak dari duduknya.

"Jangan terlalu berharap sama gue na". Ucap Evan menatap kearah Ina yang sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa?".

"Gue bukan kayak orang-orang, gue kaku, gue males mendeskripsikan rasa, bukan karna gak bisa, tapi emang gak mau".
Ina terus menatap kearah evan, tidak ada kebohongan yang ia lihat.

"bahkan kalau lu tanya alasan gue macarin lu karna apa, gue bahkan gak tau alasannya, mungkin saat itu gue refleks atas dasar rasa empati gue".
Ina tersenyum mendengar setiap kata yang Evan ucapkan.

"Oke". Singkat Ina setelah Evan berhenti. Evan mengangkat satu alisnya menatap Ina.

"Iya oke, aku tau kok, lagian aku gak bego-bego banget kali soal kamu yang tiba-tiba nembak aku itu, gak mungkin sih kamu tiba-tiba suka sama aku kan". Kata Ina mengalihkan atensinya kearah lain.

"Tapi Van, gak ada salahnya berharap kan?". Tanya Ina kepada Evan.

Evan terus menatap kearah Ina tanpa menjawab.

"Van boleh aku egois gak sih? Untuk saat ini aja". Ina terus mengalihkan atensinya dari tatapan Evan.

"Aku mau kamu selalu ada disamping aku dalam keadaan apapun, pokoknya harus, minimal sampai takdir memisahkan sih". Ina menatap Evan serius. Evan merubah ekspresinya menjadi datar. Melihat itu Ina menahan tawanya.

"Haha bercanda kali, santai Van aku cuma asal ngomong kok, lagian gak mungkin juga kan kamu mau". Tawa Ina hambar.

Lagi Evan tidak menjawab, ia memilih mengabaikan perkataan receh Ina, dan memilih berlalu dari sana.

"Udah jam segini, ayo pulang, Gue tunggu diluar". Kata Evan yang masih Ina dengar.

Ina menatap punggung Evan yang hampir tidak terlihat lagi, setelah tidak terlihat lagi Ina mengalihkan atensinya kembali kearah nisan kedua orangtuanya.

"Huuh, Buna, ayah, tolong jagain Ina dan kak kia dari atas sana ya, masih banyak yang harus kami wujudkan". Lirih Ina menghembuskan nafas sambil menghapus cairan merah yang mulai mengalir setelah beberapa detik kepergian Evan.

VaNa(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang