❝Beberapa orang berjumpa dalam keadaan yang salah, bertemu hanya untuk berpisah dan dipisahkan tanpa perkenalan pasti ada sebabnya, mungkin semesta sedang merencanakan kembali sebuah pertemuan.❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
Oktober 2014.
Semesta sedang merayakan bentuk duka yang pernah ada. Kala itu, banyak jiwa yang pergi, menghilang tenggelam di lautan pasang. Air yang semula tenang, ternyata memakan banyak korban. Menjadikan mereka abadi di laut dalam.
Gadis kecil dengan gaun putih selutut yang dikenakannya, tengah menaburi butiran bunga mawar merah di tepi pantai. Menaburi butiran bunga mawar itu dengan perlahan, sambil mendorongnya menuju ke tengah dengan air pantai. Dengan tangan mungilnya, ia berharap bunga itu akan sampai ke tempat ayahnya berada.
Gadis kecil itu harus kehilangan sosok ayah diusianya yang masih muda. Saat dirinya berusia 11 tahun, usia yang masih memerlukan peran orang tua termasuk peran ayah, bukan? Namun, ia kehilangannya.
Ayahnya menjadi korban dari tenggelamnya kapal di tengah laut Kota Bandung pada tahun 2013. Dan hari ini merupakan peringatan 1 tahun kepergian sang ayah. Ayahnya bukan pergi untuk sementara, namun selamanya.
"Buat korban kapal tenggelam?"
Kepalanya menoleh, menatap anak laki-laki kecil seusianya yang berdiri di hadapannya. Netra hazel kembar miliknya bertubrukan dengan netra coklat kembar milik anak laki-laki kecil itu.
Dia mengalihkan pandangannya, melanjutkan menabur butiran bunga yang ia bawa. Anak laki-laki kecil yang semula berdiri di hadapannya, kini ikut berjongkok di sampingnya. Sedangkan, si gadis kecil itu tidak peduli dengan kehadirannya.
"Kata bundaku, tepat di tanggal dan bulan ini tahun lalu, ada kejadian kapal tenggelam. Setiap keluarga dari korban bakal ke pantai ini buat nabur bunga."
Laki-laki kecil itu ikut mencipratkan air ke arah butiran bunga yang gadis kecil itu tabur. Gadis kecil itu tetap melanjutkan aktivitasnya tanpa memperdulikan anak laki-laki kecil yang ada di sampingnya.
"Aku bukan mau memperingati tragedi kapal tenggelam itu. Tapi, aku selalu merasa tenang kalau melihat laut."
"Aku kehilangan saudaraku dari lahir. Aku tidak pernah bertemu dengannya dan aku tidak tau bagaimana wajahnya. Tapi, aku merasa rinduku terobati jika melihat laut."
"Apakah kamu juga begitu?"
Gadis kecil itu mengalihkan pandangannya, menatap anak laki-laki kecil yang sedari tadi terus melontarkan kalimat di sampingnya. Ekspresi lugu si gadis kecil bertemu dengan ekspresi tanya milik si laki-laki kecil itu.
"Senja!"
Gadis kecil itu menengok ke arah sumber suara. Panggilan dari sang ibunda membuatnya bangkit dan berlari dari sana. Meninggalkan anak laki-laki kecil itu sendirian di sana.
"Kita belum berkenalan."
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
HAI!
Aku kembali dengan cerita ini setelah hiatus dari cerita pertama yang ku tulis sebelumnya, aku berharap cerita ini akan dapat ku sampaikan dengan baik hingga tamat.
Aku harap kalian menyukainya yaa! Untuk visualnya menurut kalian siapaa yang cocok? Aku sengaja tidak memuat visualnya nya agar kalian dapat membayangkan seseorang yang cocok buat para pemerannyaa. Tapi, aku membayangkan Na Jaemin.
OH IYAAA, ini murni cerita yang aku karang sendiri yaaa, kalau ada cerita yang menurut kalian sama dengan cerita ini kasih tau aku, takutnya malah aku di kira menjiplak karya orang lain.
Coba tinggalkan komentar dan like jika kalian menyukainyaa agar aku lebih semangat melanjutkannya!!
Ini versi revisi ya dan sampai bertemu di next part yaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...