❝Dalam segala hal, mengapa melindungimu juga berakhir gagal?❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
"Lo lagi sama Senja?"
Alkara mengernyit begitu mendengar pertanyaan dari seberang sana. Kakinya melangkah menuju jendela kamarnya, menatap langit yang muram. Pikirannya melayang kemana-mana.
"Iya, bang. Senja lagi sama gue," bohongnya.
Alkara terpaksa melakukannya. Kizel menanyakan Senja yang berarti Senja sedang tak bersama pemuda itu. Pikirannya melayang ke arah negatif, hal-hal buruk mulai datang menghantui pikirannya.
"Anterin balik adek gua, mau hujan."
Alkara mengepalkan tangannya. Bagaimana bisa dia mengantar Senja untuk pulang, sedangkan Senja saja tak bersama dirinya. Dirinya cemas, sebenarnya di mana Senja.
"Iya, bang. Nanti kata Senja," balasnya. Lagi dan lagi terpaksa Alkara harus berbohong.
"Sekarang. Ga ada nanti-nanti."
Alkara menggigit bibir bawahnya gusar. Alasan apa yang harus dia berikan pada Kizel. Dia tak dapat berpikir jernih untuk sekedar memberikan jawaban.
"Zel, GADAKSA ngajak balapan."
Alkara dapat mendengar dengan jelas suara Keiran dari balik telepon. Tak lama, telepon tersebut terputus.
Alkara segera bergerak mengambil kunci motornya di atas nakas. Meraih jaket hitamnya di atas kasur dan berlalu pergi dari kamarnya.
Alkara segera mengendarai kuda besi hitamnya keluar dari rumah dan melajukannya di jalan Bandung. Pikirannya saat ini tertuju pada Senja.
Tempat pertama yang ia tuju adalah taman dekat rumah Senja, taman yang menjadi saksi bagaimana satu bulan lalu mereka resmi menjadi pasangan.
Alkara menghentikan laju motornya dan bergerak kesana kemari mengelilingi taman untuk mencari keberadaan Senja. Matanya menatap tajam seluruh sudut taman.
"SENJA!" teriaknya berharap Senja dapat mendengarnya.
Nihil. Bahkan setelah hampir 10 menit lamanya dia mengelilingi taman, Senja tetap tak dapat ia temukan. Pikirannya mulai bercabang, hal-hal buruk menghantuinya. Dia takut Senjanya kenapa-kenapa. Dia bingung harus mencari Senja kemana.
Hatinya tak tenang memikirkan Senja. Jantungnya berdegup kencang mengingat wajah Senja yang tersenyum kepadanya melintas di pikirannya.
"SENJA!!"
Alkara terus berteriak berulang kali di taman yang sepi itu. Hari mulai senja, langit mulai menjingga. Senja belum juga berhasil dia temukan. Alkara gelabakan, bingung, tak tahu arah harus kemana mencari Senjanya.
Dia tak tahu harus meminta tolong pada siapa. Tak mungkin jika dia harus menelpon Kizel ataupun Kaindra untuk menanyakan Senja. Sudah pasti mereka akan murka kepadanya jika Senja kenapa-kenapa.
Tangannya bergerak mengotak-atik ponsel miliknya. Menggulir layar membuka GPS. Alkara ingat, dia pernah meminta Senja untuk selalu mengaktifkan lokasinya. Alkara melacak lokasi ponsel Senja saat ini. Alkara yakin, Senja tak pernah mematikannya sejak ia minta.
"Senja, aku mau minta sesuatu dari kamu, boleh?"
Senja mengangkat kepalanya, berhadapan dengan wajah Alkara.
"Apa?"
Alkara mengulas senyum tipis, "nyalain lokasi kamu. Biar aku tau kamu lagi di mana, dan kalau terjadi sesuatu yang ngga diinginkan, aku bisa datengin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...