❝Pertama itu tidak sengaja, lalu selanjutnya itu bagian dari takdir semesta.❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
Saat jam menunjukkan pukul 07.09 pagi, ia baru saja berangkat ke sekolah. Sedangkan, pada pukul 07.20, mata pelajaran pertama telah dimulai. Senja terus berharap dirinya tidak terlambat. Sebab tidak biasanya dia bangun kesiangan seperti saat ini.
Dia berjalan dengan cukup tergesa melewati koridor utama SMAN Satu Asa. Sekolah yang sudah menampungnya dari akhir tahun 2017 kemarin, hingga sekarang awal tahun 2018.
Fokusnya teralihkan ketika merasakan tepukan di bahu kirinya. Bola matanya menangkap pemandangan seorang gadis dengan rambut panjang sebahu yang diikat menjadi satu. Serta jepitan kecil motif bintang yang selalu gadis itu kenakan untuk menjepit poninya.
Dia, Skanaya Meshazara. Temannya dari awal menginjak bumi SMASA. Si kapten basket putri yang sangat bisa diandalkan dan menjadi kebanggaan sekolah. Skanaya merupakan teman sebangku Senja.
"Pagi, Senja!"
Senja tersenyum tipis, temannya ini tidak pernah menunjukkan wajah muram. Tidak pernah sekalipun, Senja melihat Skanaya bersedih. Dia selalu ceria setiap saat. Setiap memulai hari, Senja selalu mendapatkan ucapan selamat pagi dari Skanaya.
"Pagi."
Skanaya tersenyum lebih lebar menghadap Senja. Merangkul tangannya erat, berjalan beriringan bersama menuju kelas. Skanaya selalu merasa sangat senang apabila Senja menjawab perkataannya. Karena, Skanaya tahu bahwa Senja bukanlah orang yang mau berbicara jika tidak penting.
"Senja?"
Langkah mereka terhenti. Di hadapan mereka, terdapat dua orang pemuda yang nampaknya pertama kali menyapa mereka. Tapi, sepertinya Senja tidak asing dengan salah satu pemuda yang berdiri tepat di hadapannya saat ini.
"Ketemu lagi."
Ah, sekarang Senja ingat. Dia pemuda yang kemarin Senja dan kakaknya tolong. Dia pemuda yang pingsan di samping motornya sendiri saat hujan. Dia pemuda yang kemarin memanggil Senja dengan namanya padahal mereka tidak saling mengenal.
Senja menghela napas, 4 menit lagi akan masuk waktu pelajaran pertama. Dia tidak ingin terlambat. Dia berlalu bersama Skanaya meninggalkan dua pemuda itu di sana.
"Tunggu!"
Senja dan Skanaya menghentikan langkahnya. Lagi dan lagi, pemuda yang tadi berbicara, kini berdiri di hadapan mereka. Serta, satu orang temannya yang mengikutinya. Senja tidak mengenalnya.
Senja melirik jam dinding yang ada di tembok samping belakang pemuda di hadapannya. 3 menit menuju waktu jam pelajaran pertama dimulai. Senja melirik Skanaya, Skanaya tidak boleh terlambat.
"Duluan, Nay."
Skanaya menatap Senja bingung, yang dibalas tatapan datar dari Senja. Skanaya mengangguk dan pergi dari sana. Skanaya paham, Senja tidak suka mengulangi kata yang sama.
Fokusnya kembali teralihkan, Senja menatap dua pemuda yang berdiri di hadapannya. Sebenarnya apa yang mereka inginkan dari Senja? Senja tidak punya uang untuk dipalak dan Senja tidak punya kesalahan apapun untuk dijadikan korban pembulian.
"Kita belum kenalan," ucap salah satu pemuda dengan dasi yang hanya menjadi pajangan, tersampir di kedua bahunya.
Tidak terpasang seperti semestinya. Serta baju yang dibiarkan di luar, tidak di masukkan ke dalam celana. Penampilannya kali ini tidak menunjukkan dirinya yang kemarin bertutur kata lembut terhadap wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...