27. SENJAKARA

4.7K 206 34
                                    

Hidup ini tentang jatuh dan bangkit. Ketika aku memutuskan untuk jatuh, tolong bantu aku untuk bangkit.

𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓

"Apa kali ini, harapan yang pernah gue bilang itu, udah sirna?"

Senja tak dapat menahan senyumnya. Matanya lurus menatap ke depan, tak ingin berbalik menghadap insan yang duduk di belakangnya. Senyum tipis terulas di wajah cantiknya.

"Jangan membiarkan diri lo jatuh sampai ke dasar," ucap Senja, menghela napas sebentar.

"Sendirian," sambungnya.

Alkara bangkit dari duduknya secara tiba-tiba. Berdiri di belakang Senja yang tak membalikkan badannya. Alkara menatap ke arah Senja dengan berbagai perasaan yang saat ini bercampur aduk.

"Jangan buat lo kehabisan cinta lo di kota Bandung."

Senja berbalik perlahan, menatap kedua netra cokelat yang hampir menitikkan air mata. Senyumnya perlahan pudar.

"Jangan jatuh cinta sama orang yang buat lo menangis."

Alkara segera menetralkan emosinya. Menghapus butiran air kristal putih itu dari matanya. Seolah terhipnotis dengan tiap perkataan Senja.

"Tolong, kasih gue satu jawaban pasti," pinta Alkara pada Senja.

Senja mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Alkara. "Jangan jatuh sendiri," ucapnya kemudian mengulas senyum tipis di wajahnya.

"Jatuh bareng gue."

Alkara terdiam beberapa saat, oksigen di sekitarnya seakan menipis. Dia tak dapat mencerna apa-apa. Jadi, jawaban apa yang Senja pastikan padanya? Penolakan atau penerimaan?

"Senja," panggil Alkara pelan.

Seolah tahu dengan apa yang sedang Alkara pikirkan, Senja mengangguk mantap.

"Ketika gue memutuskan untuk jatuh, tolong bantu gue untuk bangkit," tutur Senja.

Alkara tak menyangka, bahwa saat ini adalah waktunya. Waktu yang menjawab semua penantiannya. Alkara menatap uluran tangan tersebut dan menariknya. Dia menarik Senja masuk ke dalam pelukannya. Mendekap Senja dengan hangatnya.

Senja awalnya memberontak. Senja belum terbiasa, namun rasanya juga cukup nyaman. Seolah pelukan itu adalah tempat perlindungan. Aman, tenang dan nyaman.

"Senja, aku bahagia banget," kata Alkara sembari tangannya mengusap lembut rambut hitam panjang milik Senja.

Senja cukup terkejut dengan penuturan Alkara yang mulai menggunakan kata yang cukup halus. Senja masih belum terbiasa, semuanya cukup tiba-tiba. Namun, rasanya menyenangkan.

Alkara hampir meneteskan air matanya. Bahagia, senang, marah, dan luka rasanya tercampur aduk menjadi sebuah kesatuan. Alkara tak tahu bahwa waktu yang ia nantikan, akan tiba secepat ini.

"Senja, aku rela buat kehabisan cinta di kota ini, asal itu buat kamu. Aku rela jatuh cinta sama orang yang buat aku menangis, asalkan kamu orangnya."

Perlahan, tangan Senja yang sedari tadi berada di samping badannya, mulai bergerak memeluk tubuh tegap milik Alkara. Alkara mengeratkan dekapannya, hangat dan sangat nyaman.

"Senja, aku mohon terima aku apa adanya. Jangan berharap lebih dari manusia lemah ini," tutur Alkara lembut.

Senja mengangguk dalam dekapan itu. Matanya hampir meneteskan bulir air mata. Senja merasa sangat aman di dalam pelukan itu.

"Pasti, Kara."

Siang itu, dua insan yang tak saling mengenal dengan dalam, berpelukan layaknya takut saling kehilangan. Dua insan itu saling mengambil posisi nyaman, mencampur adukkan berbagai perasaan dari dua jiwa raga yang berbeda. Dua insan itu, memutuskan untuk memulai awal cerita mereka di taman dekat rumah sang perempuan.

SENJAKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang