❝Jika bagimu kenangan kita adalah luka. Maka, biarkan aku memeluk lukanya untuk menancap lebih dalam. Karena bagiku, kenangan itu adalah kebetulan cerita kita yang tak berakhir bahagia.❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
Sepanjang perjalanan, Senja tak banyak bicara. Matanya menatap lurus jalanan yang ia lalui untuk menuju rumahnya. Ingatannya terputar pada kejadian beberapa menit lalu.
"Lo lemah kalau berurusan sama Senja."
Senja mempertanyakan, apakah yang mereka maksud itu adalah dirinya? Jika benar, maka mengapa teman Rajehan mengatakan hal itu kepadanya? Rajehan tidak pernah terlihat lemah di hadapan Senja. Lantas mengapa?
"Mikirin apa?"
Kizel sedari tadi memperhatikan Senja yang tak secerewet biasanya ketika bersamanya. Pandangan perempuan itu juga terlihat seolah sedang menerawang jalanan rindang yang mereka lewati.
Senja tak menyahut. Terdiam tanpa suara dan seolah tak mendengar apapun. Pikirannya berkelana pada sebagian memori masa lalu.
"Nak. Kalau Senja udah dewasa, jangan lupakan ayah ya, geulis?"
"Senja, ayo cepat bermain bersama Aje."
"Ayah, ayo cepat kembali. Senja ingin bermain bersama ayah."
"SENJAAA!"
Tiba-tiba, Senja memekik cukup nyaring begitu beberapa memori masa lalu terputar di kepalanya. Telinganya berdengung, seakan ada yang membisik di telinganya.
"Senja, ayo main sama Aje."
"Senja, ayah di sini, Nak."
"AAA!" Senja berteriak cukup kencang dengan mata yang tertutup rapat.
Kizel segera menggenggam kedua pergelangan tangan Senja, menariknya menjauh dari menutupi telinganya.
Guncangan Kizel berikan. "Senja, sadar!"
"Buka mata lo!" suruh Kizel begitu Senja sudah mulai tenang.
Perlahan, kelopak mata Senja terbuka, menampilkan netra hazel kembar miliknya yang menyorotkan ketakutan. Tatapannya terlihat sangat lemah, sayu menatap ke arah Kizel.
Nafasnya memburu, seolah telah berlari sepanjang jalan. Telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin dan memerah.
"Ayah ...."
Kizel termangu, tenggorokannya tercekat mendengar Senja menyebutkan kata yang telah sekian lama tak ia dengar.
Senja perlahan mengangkat kepalanya, menatap sang kakak dengan sorot mata yang bergetar. Ada satu nama yang terlintas di kepalanya.
"Siapa Rajehan, Bang?" lirihnya mempertanyakan tentang status Rajehan baginya.
Kizel perlahan melepaskan genggamannya di tangan Senja. Matanya menatap lurus ke arah depan. Apakah kali ini Kizel harus mengungkap siapa Rajehan bagi Senja?
Kizel berpikir bahwa Senja benar-benar sudah memilih untuk menguburnya dalam. Namun, pertanyaan yang baru saja Senja lontarkan, menggoyahkan pikirannya.
"Bang," lirih Senja memohon pada Kizel agar menjawab pertanyaannya.
Kizel tak mampu bersuara, dia seolah tak mampu memikirkan apa-apa. Dirinya bimbang dan ragu. Haruskah dirinya sendiri yang memberitahu Senja atau Rajehan? Pemuda yang dipertanyakan Senja, yang harus mengungkap sendiri siapa dirinya bagi Senja.
"Senja tau kalau Abang sebenarnya kenal sama Rajehan."
Kizel menoleh, memusatkan pandangannya pada Senja secara sempurna. "Tau dari mana?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...