❝Kehilangan akan selalu menjadi fase menakutkan bagi setiap insan.❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
Seluruh jiwa raga yang berada di kediaman keluarga Niharaksa, terdiam, menangis, melamun tanpa suara. Mereka semua merasa kehilangan, kepergian mendadak sosok terdekat mereka menjadi hantaman besar yang menyakitkan.
Kizel tak henti-hentinya menangis di depan sebuah pigura foto yang menampilkan wajah cantik adiknya. Kizel benar-benar rapuh, bahkan dirinya yang katanya sangat kuat dan mengerikan sebagai panglima besar RASTERA, menjadi sangat lemah kali ini.
Keiran telah mengerahkan berbagai cara, melontarkan kalimat-kalimat yang dapat memotivasinya untuk bangkit, namun jiwa itu benar-benar gelap. Tak menghiraukan di sekitarnya, ia terus menangis, membiarkan air matanya meluruh dengan deras.
"Udah, Zel. Dengan lo nangis begini, Senja ngga akan tenang," ucap Keiran geram.
Yang diajak berbicara tak meresponnya, Kizel hanya menatap Keiran dengan tatapan kosongnya, sirat akan banyak kesedihan tercampur menjadi satu dalam sorotnya.
"Zel... jangan kaya gini." Keluhan dari anggota RASTERA berdatangan, berharap menyadarkan Kizel dari kesedihannya.
"Zel, kita semua sedih, kita semua hancur," ucap Gera, anggota RASTERA. "Tapi, kami perlu ketua buat bimbing kami bangkit," lanjutnya.
Kizel masih terdiam acuh. Tak ada satu pun kalimat dari anggotanya yang ia dengar dengan jelas. Bisingnya bisikan bahwa ia telah kehilangan, menjadi suara paling jelas.
Dirinya melangkah bersimpuh di kaki Sierra dengan tangis yang tak kunjung reda. Tatapannya melemah, gelap dan penuh luka. Kedua matanya yang biasanya menampakkan tatapan tajamnya, kini menjadi sorot mata paling lemah.
"Antarkan aku pada Senja," lirih pemuda itu memohon pada Sierra.
Keiran menegang, sosok Kajendral kembali. Membuat pasang mata di sana menatap kasihan ke arah pemuda itu.
"Antarkan aku..." pintanya pada Sierra.
Sierra menatap Keiran sembari menangis tersedu. Apa yang anak sulungnya katakan? Apa yang anak sulingnya pinta? Amat menyakitkan.
"Kajendral, kembalikan Kizel," ucap Keiran memohon.
Kajendral menatap Keiran, pemuda itu menyorot tatapan Keiran yang menajam.
"Kembalikan Senjaku..."
Keiran menggapai kedua bahu pemuda itu. Mencengkramnya pelan.
"Pulang Kajendral. Kembalikan Kizel."
"KEMBALIKAN SENJAKU!"
Pekikan penuh getar itu memenuhi sudut kediaman Niharaksa. Sierra menggeleng tak paham dengan apa yang terjadi pada putra sulungnya.
Keiran mengguncang cukup kuat kedua bahu pemuda itu. Berharap pemuda itu akan sadar dan mengembalikan sosok asli pemilik raga tersebut.
"Kajendral, sadar!" bentak Keiran pada sosok rapuh di hadapannya.
"SENJAKU ADA DI LAUT, KEMBALIKAN DIA!!"
Keiran melepas cengkramannya, membiarkan raga lemah itu terjatuh menangis terisak di lantai. Matanya berpendar, menatap seluruh anggota RASTERA yang penuh dengan kesedihan di wajahnya menatapi ketuanya. Dan Sierra, menutupi bibirnya berharap tak mengeluarkan suara dengan tangisannya.
Keiran mendekat ke arah Sierra, bersimpuh di hadapannya. "Tante, maafkan Keiran," sesalnya.
Sierra menggeleng dengan derai air mata. Memegangi kedua bahu Keiran, meminta penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...