❝Antara takdir dan kata sial.❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
"Karla."
"Di lapangan ada Rajehan lagi main basket."
Gebrakan meja terdengar cukup nyaring. Membuat beberapa pasang mata menatap heran ke arahnya. Gadis dengan hiasan kepala berupa bando hitam yang menyatu dengan warna rambutnya, meringis malu.
Dia, Karla Amarantha. Salah satu teman dekat Senja dan Skanaya. Perempuan yang selalu semangat tentang segala sesuatu yang menyangkut Rajehan. Primadonanya SMAN Satu Asa. Sudah menjadi rahasia umum, Karla yang menyukai Rajehan dengan sangat.
"Temenin gue nonton Rajehan," pinta Karla kepada teman sebangkunya. Matanya ia kedip-kedipkan, seolah seperti anak bayi yang menggemaskan.
"Aku mau makan, La. Tadi pagi ngga sarapan."
Karla menatap kasihan ke arah teman sebangkunya itu. Pasti dia bangun kesiangan lagi, dasar Kaira Naladhipa. Salah satu dari mereka berempat yang sering terlambat. Alasannya selalu sama, kesiangan.
Karla beralih menatap dua manusia penghuni meja belakang tempat duduknya. Senja dan Skanaya. Karla menatap Skanaya sambil menurun-naikkan kedua alisnya disertai senyum manisnya.
"Skanaya yang cantik ini harus nemenin bocah makan," jawab Skanaya sambil tersenyum, mengarahkan jari telunjuknya ke arah Kaira.
Karla berdecak, ia sudah menduga penolakan dari Skanaya. Menurutnya, Skanaya adalah salah satu manusia yang paling sulit untuk diajak menonton basket.
Pernah beberapa waktu yang lalu, Karla mengajak teman-temannya untuk menonton pertandingan basket antara sekolahnya dengan sekolah lain. Namun, Skanaya menolaknya, dengan jawaban tak masuk akal.
"Bosen ah, tiap hari ngeliat basket. Nanti anak gue jadi bola basket."
Padahal Skanaya adalah kapten basket putri di sekolahnya. Bukankah bagus jika dia menonton pertandingan basket? Agar lebih banyak mendapat ilmu tentang dunia perbasketan.
Kaira juga menolaknya saat itu, karena dia bilang tidak menyukai basket. Lalu pada akhirnya, hanya dirinya dan Senja yang menonton pertandingan itu.
Senja.
Masih ada satu orang yang akan menjadi pilihan terakhirnya. Senja, dia selalu mau diajak kemana saja. Terakhir kali, hanya Senja yang mau diajak menonton basket. Semoga kali ini Senja juga mau.
Karla beralih menatap sosok manusia di samping Skanaya. Dia sedang meletakkan kepalanya di meja, menghadap dinding. Sebelum mengajak Senja, Karla terlebih dulu merapalkan doa dalam hatinya. Berharap, tidak mendapat semburan dari Senja.
Senja itu paling tidak suka diganggu. Dia paling pendiam diantara mereka berempat. Siapapun yang mengusiknya, akan berhadapan dengan mulut pedasnya. Kata-kata yang dia ucapkan selalu berhasil melukai hati lawannya.
Skanaya menepuk pelan bahu Karla, seolah memberi semangat dan berlalu dari sana bersama Kaira, menuju kantin. Karla menarik napas panjang, sebelum akhirnya berhasil menyelesaikan satu kalimat.
"Senja, temenin gue, ya? Nonton Rajehan."
Tak mendapat respon. Mungkin ini juga salah Karla, dia berbisik, mana mungkin Senja mendengar.
Karla menarik napas dan kembali berujar, "Senja, ayo nonton Rajehan."
Tetap sama. Kali ini mungkin dengan suara yang cukup nyaring dari sebelumnya, tapi tetap tidak mendapat respon apapun dari Senja. Karla tidak akan berhenti hingga Senja memberikan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...