30. PERLAKUAN NIADIRA

4.1K 157 7
                                    

Keadaan yang memaksa menjadi jahat dan dia yang mengambil perannya agar terlihat berkuasa.❞

𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓

Dengan langkah tergesa, Senja berjalan cepat menuju toilet perempuan. Sedari jam masuk setelah istirahat, dia menahan diri untuk tidak izin ke luar karena sedang ada pengambilan nilai untuk pelajaran Bahasa Inggris.

Kesempatan akhirnya Senja dapatkan, ketika bel pulang berbunyi, baru ia bisa menuju ke toilet. Entah kenapa, perut Senja sangat sakit, rasanya mual dan tak enak.

Senja tak berpikir dirinya ingin membuang air besar. Dia hanya ingin memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya. Nampaknya, Senja terkena maag. Beberapa hari belakangan, Senja selalu telat makan.

Senja berjalan masuk menuju wastafel di toilet perempuan, memuntahkan isi dalam perutnya. Namun, tidak ada yang keluar dari dalam mulutnya, selain jus mangga yang tadi dia minum ketika di kantin. Senja meremas kuat perutnya, berharap rasa sakit itu dapat berkurang.

Senja bahkan tak menyadari kehadiran sosok perempuan yang belakangan ini selalu memusuhinya. Niadira berdiri memandang remeh ke arah Senja.

Kesempatannya nampaknya tiba. Tangannya meraih tangan kanan yang Senja gunakan untuk meremas perutnya dengan kasar. Senja terkejut dan segera menyentak tangan Niadira.

"Lo apa-apaan sih?" tanya Senja kesal.

Pasalnya, rasa sakit yang menyerang perutnya, membuat dirinya gampang emosi. Wajahnya mencetak raut kesal menatap Niadira.

"Gue denger, lo jadian ya sama Alkara?" tanya Niadira.

"Kok bisa sih Alkara mau sama modelan cewe kampung kaya lo," lanjutnya.

Senja mendecak kasar, perutnya semakin kesakitan ditambah perkataan Niadira yang terdengar mengesalkan di telinganya.

"Mending lo pergi, gue lagi ngga punya tenaga ngadepin orang-orangan sawah kaya lo!" gertak Senja.

Senja mendengus kasar ketika Niadira tak berlalu dan malah berdiam diri menyeringai ke arahnya. Lebih baik dia yang menghindari Niadira, jika Niadira tak bergerak sedikitpun untuk pergi dari sana.

Kakinya melangkah dengan berat, menyeret tubuhnya yang nampak lemah. Rasa sakit di perutnya semakin menjadi, bahkan dia berjalan dengan sesekali berpegangan pada tiang-tiang di koridor yang ia lewati.

Rambutnya tertarik kasar ke arah belakang, kepalanya hampir mencium lantai. Tarikan itu berasal dari Niadira, dia menarik kuat rambut Senja sembari tertawa.

"Sakit?" tanya Niadira dengan sengaja, ketika melihat wajah Senja yang meringis tertahan.

Senja mencengkram kuat tangan Niadira yang menarik rambutnya. Berusaha melepaskannya. Namun, tenaganya kali ini tak seperti biasanya. Akibat rasa sakit di perutnya, tenaganya seolah sirna.

"Lo ternyata ngga ngerti ya sama omongan manusia? Udah gue bilang, jauhin Alkara! Kenapa lo ngga ngikutin perkataan gue, sih?" cerca Niadira menatap kesal ke arah Senja.

Senja tak dapat mengeluarkan suaranya, suaranya terpendam akibat rasa sakit yang ia tahan.

"Gue udah diemin lo dan sekarang waktunya gue jelasin sama lo apa artinya balas dendam yang pernah gue bilang!"

Niadira melepas tarikan tangannya di rambut Senja dengan kasar dan disertai dengan dorongan. Kepala Senja yang lemah itu menubruk tiang di hadapannya. Lecet dan bengkak membiru mulai tercipta di bagian dahinya.

Niadira memasang raut wajah terkejut menatap ke arah Senja. "Senja, sakit, ya?" tanyanya dengan ekspresi cemas.

Sepersekian detik berikutnya, ia tertawa dan menarik tangan Senja untuk bangkit dan menyeretnya mengikuti langkahnya.

SENJAKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang