❝Setelah tak bersamamu, aku dihadirkan jarak, terbayang kenangan dan kehilangan hadirmu. Aku berantakan, hancur dan melebur.❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
Tepat setelah kepergian Alkara, Senja menjadi lebih pemurung. Senja lebih banyak mengurung diri di kamar dan menangis dalam diam. Bahkan, ketika berkunjung ke rumah sakit saja, Senja selalu memperlakukan Kaindra layaknya Alkara.
Layaknya mereka adalah insan yang sama, terkadang Senja tanpa sadar memanggil Kaindra dengan nama Alkara. Senja seolah tak dapat membedakan dua manusia itu. Padahal, keduanya jauh berbeda.
Kizel mengetuk pintu kamar Senja yang lagi-lagi terkunci rapat. Semenjak kembali dari rumah sakit setelah pemakaman Alkara, Senja memilih mendekam dan melamun sendirian di ruangan bercat abu muda tersebut.
"Hari ini Kaindra pulang," ucap Kizel memberitahu.
Hari ini adalah tepat hari ketiga Kaindra dirawat dan dengan izin dari dokter, dia diperbolehkan untuk pulang. Dan di hari ini juga, tepat hari ketiga setelah meninggalnya Alkara.
"Gua mau jemput. Lo mau ikut?" tanya Kizel sedikit nyaring.
Tak perlu basa-basi. Dia tidak suka dan tentunya tak akan perempuan itu dengarkan dengan jelas. Kizel justru khawatir dengan keadaan adiknya di dalam sana. Namun, dia yakin, Senja tak akan melakukan hal yang menyakiti fisiknya.
Perlahan, pintu kamar bercat abu muda itu terbuka. Nampak seorang Senja dengan rambut berantakan dan jejak air mata di wajahnya berdiri lesu di hadapan Kizel. Ditatapnya sang adik dengan penuh prihatin.
"Jangan lihat Senja kaya gitu, Bang," lirihnya pelan begitu sorot mata Kizel mengiba.
Kizel dengan cepat mengubah sorot matanya menjadi datar seperti sebelumnya. Bohong jika itu adalah kenyataan tentang dia yang memandang Senja datar seperti itu.
Nyatanya, hatinya terluka dengan hebatnya, melihat kondisi sang adik yang jauh dari kata baik. Namun, demi Senja, Kizel menyembunyikan sorot tatapan yang sebenarnya.
"Lo mau ikut?" tanya Kizel.
Tanpa pikir panjang, Senja mengangguk perlahan. Dia ingin bertemu dengan Kaindra untuk mengobati rasa rindunya terhadap Alkara.
"Tapi gua mohon, jangan panggil Kaindra dengan nama Alkara," pinta Kizel pada Senja.
Senja membeku ditempatnya. Setelah kepergian Alkara, hanya pemuda itu yang ia panggil dengan nama almarhum kekasih. Pemuda itu yang selalu ia jadikan pelampiasan untuk melepas rindunya.
"Kaindra dan Alkara itu beda, Nja."
Benar, Kaindra dan Alkara adalah dua orang yang berbeda. Raga atau bahkan jiwanya. Mereka hanya dua anak kembar yang saling tak mengenali satu sama lainnya dalam kata saudara.
"Tapi... Kala?" gumam Senja.
Kizel menghela napasnya. Dia sudah mengetahui tentang Kaindra yang ternyata adalah kakak kandung dari Alkara. Takdir mereka rumit, namun Kizel tak bisa menolak fakta itu.
"Iya, Alkala. Tapi, kalau dengan nama itu lo menjadi denial. Lupakan nama itu, tetap lihat dia sebagai Kaindra."
Kizel tak mau adiknya menyakiti banyak orang, hanya karena dia tak bisa mengikhlaskan kepergian sang kekasih yang telah tiada. Kizel tak mau temannya yang sekaligus saudara dari kekasih perempuan itu, Senja pandang sebagai mendiang sang pujaan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...