24. KEKHAWATIRAN SENJA

4.4K 189 16
                                    

Akan selalu ada, bahagia yang membawa derita dan luka yang membawa bahagia, namun tak semua mengerti bedanya.❞

𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓

Matahari perlahan tenggelam, menandakan bahwa petang akan datang. Senja menghabiskan waktunya merenung di bagian belakang penginapannya.

Ada sebuah kursi kayu panjang dengan ayunan yang terbuat dari kayu kecil di sampingnya. Tempatnya cukup pas untuk menyaksikan pemandangan berupa hamparan perkebunan hijau dan gunung-gunung di sekitarnya.

Pandangannya tak lepas menatap pemandangan di depannya, namun pikirannya sudah melayang kemana-mana. Banyak hal yang membuat Senja memikirkan kembali kejadian di pagi tadi. Ada banyak hal yang tak bisa dia jelaskan rincinya. Dia masih tidak tahu harus memberi Alkara jawaban seperti apa.

Perasaannya masih terlalu abu-abu untuk menerima atau menolak pemuda itu. Senja bahkan tak tahu apa yang dia rasakan dan bagaimana perasaannya terhadap Alkara.

"Sendirian?"

Altair sedari tadi telah memperhatikan Senja dari kejauhan. Hingga, dia memutuskan untuk mendekatinya. Tak ada respon yang diberikan Senja.

Tangannya tergerak menggapai bahu Senja dan menepuknya. Senja tetap tak memberikan respon, hingga dia beranjak duduk di samping Senja dan menepuk pelan kepala Senja.

Senja terkejut dan menoleh, "Alkara?"

Altair tersenyum tipis dan segera menjauhkan tangannya dari puncak kepala Senja.

"Lo lagi mikirin Alkara?" tanya Altair membuat Senja mengalihkan pandangannya, kembali menatap ke depan.

"Lo ga mau nanya keberadaan Alkara?" tanya Altair lagi membuat Senja mengernyit.

Untuk apa dia menanyakan keberadaan Alkara? Sudah pasti bukan jika pemuda tersebut sedang bersama teman-temannya.

"Alkara balik duluan," ucap Altair.

Senja menatap Altair. Mempertanyakan Alkara. Kapan pemuda tersebut pergi? Pagi tadi mereka baru saja bertemu.

"Kenapa?"

Kata tersebut spontan terucap dari mulut Senja. Ada rasa keingintahuannya tentang Alkara, sedikit.

"Ada urusan. Dia balik sama Rajehan," jawab Altair.

Senja mengangguk paham, namun tak ayal pikirannya mempertanyakan banyak hal. Urusan apa yang membuat Alkara kembali? Serta, kenapa dengan Rajehan? Apakah urusan itu juga melibatkan Rajehan?

"Lo suka senja?"

Altair menunjuk lurus ke depan, terpampang nyata langit yang mulai berwarna jingga.

Senja mengangguk, walaupun mungkin Altair tak menyadarinya.

"Terus, lo suka malam?" tanya Altair, lagi.

Senja sempat mengernyit bingung. Tapi, ia tetap menganggukkan kepalanya memberi jawaban.

"Gue benci malam. Rasanya, gue mau mati kalau malam tiba," tutur Altair yang membuat Senja terkejut.

SENJAKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang