❝Bertemu denganmu di Bumi Pasundan adalah sebuah takdir yang menyenangkan. Seperti halnya ketika Bumi Pasundan ini diciptakan, aku tersenyum.❞ ─ Alkara Bintang Semesta.
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
Lembayung berkolaborasi dengan sang dirgantara mencipta jingga yang terskema dalam balutan sore pukul lima. Namun, tak lama lagi jingga itu akan sirna.
Gadis dengan rambut hitam legam panjang sepinggang itu, menutupi sisi kanan wajahnya dengan rambutnya yang terurai. Telinganya sedari tadi sangat panas karena mendengar percakapan yang malah terdengar seperti pertengkaran dari dua sosok manusia di sampingnya.
Bisakah mereka untuk tidak bertengkar di tempat ramai? Seperti halte sekolah ini contohnya. Dia sangat ingin menjauh dari sana. Namun, dirinya sudah terlanjur berjanji kepada kakaknya yang akan menjemput untuk menunggu di halte. Gadis itu, Senja Kanista Niharika.
"Lo dari mana aja sih? Telat banget!"
"Maafin aku."
Senja menghela napas, pikirnya pertengkaran dua insan itu akan segera berakhir. Seorang pemuda yang Senja yakini sebagai pasangan dari si perempuan di sana, telah meminta maaf dengan tutur kata lembut pula. Pasti si perempuan akan memaafkannya, kan?
"Maaf doang bisanya. Banyak omong lo!"
Tebakannya salah. Ternyata belum berakhir. Senja kesal, kenapa si perempuan tidak bisa menerima maafnya dan melupakan semuanya saja? Apakah sesulit itu?
"Aku minta maaf, Ra."
Demi apapun, Senja merasa sangat tidak masuk akal. Kenapa pemuda tersebut tetap bertutur kata lembut, padahal perempuan di hadapannya bertutur kata kasar kepadanya. Tidak bisakah pemuda tersebut juga bertutur kata kasar seperti si perempuan?
"Lo habis cuci darah kan? Kenapa lo ngga bisa prioritasin gue sih? Apa penyakit lo lebih penting dari gue?!"
Senja mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Kata-katanya sungguh menyakitkan. Apa pantas si perempuan itu mengatakan hal seperti itu? Dia bahkan tidak lebih baik dari pemuda di hadapannya itu.
"Ra?"
"Gue nyesel pacaran sama lo. Cowo penyakitan kaya lo, ga pantes bersanding sama gue."
Senja muak mendengar perkataan dua remaja di sampingnya. Tapi, Senja juga tidak ada hak untuk ikut campur. Urusan mereka biarlah menjadi urusan mereka. Senja hanya berharap kakaknya cepat datang.
Si perempuan tadi berjalan melewati dirinya. Bertepatan dengan rintik air hujan yang mulai turun.
Wajah perempuan itu menatapnya dengan sinis. Seolah Senja telah melakukan sebuah kesalahan. Senja hanya tidak sengaja mendengar pertengkaran mereka. Apakah itu termasuk dalam sebuah kesalahan? Senja tekankan, dia tidak sengaja.
Matanya teralih menatap pemuda yang tadi menjadi lawan bicara si perempuan itu. Pemuda itu menundukkan kepalanya. Terlihat menyesal. Namun, bukankah seharusnya si perempuan tadi yang menyesali perkataannya?
Senja heran, apa dunia sedang terbalik? Mengapa si korban nampak lebih menyesal dan takut daripada si pelaku?
Tatapannya terkunci memperhatikan pemuda tersebut. Pemuda itu berjalan pelan menuju motornya yang terparkir di dekat halte. Bersamaan dengan bunyi klakson dari sebuah mobil yang berhenti di hadapan Senja, mengalihkan fokusnya.
Si pengemudi menurunkan kaca mobilnya, itu kakaknya. Senja menyapa kakaknya dengan senyum lebar sambil melambaikan tangan. Tangannya hampir menggapai handle pintu mobil milik kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...