8. LIBRARY DATE

7.4K 265 14
                                    

Semoga semesta berbaik hati, memberikan kita kesempatan kedua.

𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓

Hari dimana semua orang dapat bersantai, bermalas-malasan akhirnya tiba, hari Minggu. Namun, tidak bagi Senja. Pagi-pagi sekali Senja sudah bangun dari tidurnya. Memulai kegiatan dengan rajinnya.

Mulai dari merapikan tempat tidurnya, melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, mandi dan sekarang tengah menyiapkan sarapan di dapur. Sudah lama rasanya Senja tidak menginjakkan kakinya di dapur.

Senja sebenarnya bukan malas dan tidak ingin membantu, hanya saja bundanya selalu melarang Senja melakukan kegiatan rumah. Semenjak kepergian sang ayah, bundanya terlihat membatasi pergerakannya di pekerjaan rumah.

Senja tengah membuat susu coklat, minuman kesukaannya di pagi hari. Setiap paginya ketika akan berangkat ke sekolah, Senja selalu menyempatkan untuk meminum susu coklat.

Senja selesai menata roti dan teh hangat untuk bunda dan kakaknya di meja makan. Senja akan sarapan terlebih dulu. Lalu bersiap-siap untuk pergi keluar. Senja berencana akan berjalan-jalan menikmati waktunya sendiri. Dia berencana akan mengisi hari liburnya dengan pergi ke perpustakaan kota.

Sudah lama dia tidak ke sana. Senja itu bukan anak yang malas bergerak. Dia justru senang mencari hal-hal baru, kegiatan baru, mengisi waktu luangnya. Senja lebih suka melakukan hal yang bermanfaat untuk mengisi hari liburnya. Sekalian, Senja ingin mempelajari buku kepenulisan, ia bercita-cita menjadi seorang penulis.

"Tumben."

Senja menoleh ke arah sumber suara. Hampir saja jantungnya merosot mendengar suara yang mengejutkannya. Kizel berdiri di depannya dengan wajah yang sangat menunjukkan bahwa ia baru bangun dari tidurnya.

"Ngagetin aja kaya tuyul," gerutu Senja.

Kizel menarik kursi di hadapan Senja. Bukannya memakan sarapan di atas meja, Kizel malah meminggirkannya. Melipat kedua tangannya di atas meja dan menenggelamkan kepalanya di sana.

"Ini meja makan loh Bang, bukan tempat tidur," tegur Senja melihat kelakuan Kizel.

Senja geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakak satu-satunya itu. Di manapun berada, Kizel pasti memanfaatkan tempat untuk tidur. Senja merasa aneh dengan Kizel, Kizel selalu saja mengantuk.

"Gimana ya reaksi anak buah Abang kalau tau kelakuan ketuanya kaya gini? Ngantukan kaya bayi," ucap Senja sambil menerka-nerka.

Kizel mengangkat kepalanya malas-malasan. Ancaman dari Senja sangat tidak lucu. Jika kabar itu tersebar, hancurlah reputasinya sebagai ketua sekaligus panglima tempur yang terkenal tegas dan berwibawa.

Senja tertawa kecil melihat Kizel. Matanya yang biasanya terlihat tajam dan tegas. Kini, bergerak-gerak seolah ingin tertutup tapi juga ingin terbuka.

"Mau kemana?"

Senja menatap Kizel yang bertanya dengan mata tertutup. Senja memotong cukup besar sebagian roti miliknya, menyodorkannya ke dalam mulut Kizel.

Senja lalu berdiri dan berbisik di telinga Kizel, "rahasia."

Kizel terlihat kesal dan ingin mengeluarkan sumpah serapah, namun untungnya mulut Kizel sudah Senja sumpal dengan roti. Senja segera berlari ke arah kamarnya, sebenarnya Senja juga takut berbuat seperti itu, hanya saja suasana hatinya sangat baik dan ingin berbuat usil.

SENJAKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang