❝Jangan rapuh. Semesta terlalu sibuk untuk sekedar memahamimu.❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
Sejak kembali dari rumah sakit, Alkara tak henti-hentinya memikirkan kehidupannya. Rasanya, Alkara ingin menyerah sekarang juga, tapi ambisinya untuk mencapai mimpi, impian dan harapannya sangat tinggi.
Bahkan, untuk bersekolah saja Alkara rasanya tidak bersemangat. Sejak awal masuk, pikirannya sudah berada di mana-mana. Cerewetnya pemuda itu kali ini tidak nampak. Alkara malah terlihat seperti mayat hidup. Bibir yang nampak pucat, wajah yang lesu dan tubuhnya yang tak bertenaga.
Altair bahkan kebingungan sendiri dengan tingkah teman sebangkunya itu. Tidak biasanya Alkara menjadi sangat pendiam. Ketika ia menyentuh dahi Alkara, tidak ada panas yang mungkin ia duga Alkara terkena demam.
"Lo kaya mayat hidup," celetuk Altair.
Alkara mengalihkan pandangannya menatap jendela kelasnya yang mengarah ke lapangan outdoor SMAN Satu Asa. Matanya menangkap Senja yang sedang berlari di pinggir lapangan. Gadis tersebut nampaknya tengah berada di jam pelajaran olahraga.
Ada satu hal lagi yang buat gue mempunyai alasan buat tetap hidup. Lari keliling lapangan bareng Senja dengan ginjal yang sehat, batinnya.
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
"Maneh kaya orang ga punya semangat hidup," tutur Elfatir pada Alkara yang memang sedari tadi tak mengeluarkan suara.
Pemuda itu hanya menitip pesanannya pada Sagara dan menunggunya dengan hening. Bahkan, candaan dari Elfatir dan pembicaraan Altair tak ada yang masuk di otaknya. Ia tidak dapat mencerna apapun.
Suara gebrakan meja terdengar cukup nyaring, namun tak berhasil mengejutkan Alkara. Niadira berdiri dengan angkuhnya di hadapan Alkara dan teman-temannya. Membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.
"Lo apa-apaan sih, anying," sentak Elfatir yang cukup terkejut dengan gebrakan tersebut.
"Gue mau ikut makan," ucap Niadira tanpa rasa bersalah.
Dia kemudian duduk di hadapan Alkara yang tak memperdulikan kehadirannya. Altair bahkan mendecak sebal dengan kehadiran manusia di sampingnya ini yang tanpa diundang.
"Lo kalau mau cari gara-gara, mending pergi," suruh Altair yang mendapat lirikan sinis dari Niadira.
"Gue mau makan bareng Alkara," ucapnya.
Alkara menaikkan pandangannya, matanya menatap wajah Niadira yang tersenyum ke arahnya. Alkara sedang tak ingin diganggu dan Alkara tak ingin ada Niadira di sekitarnya.
"Jangan mentang-mentang lo mantan Alkara, lo bisa seenaknya," timpal Sagara yang datang dengan membawa pesanan teman-temannya.
Niadira menatap Sagara yang tengah berdiri membagikan pesanan teman-temannya. "Karena gue mantan Alkara, gue bakal seenaknya," sahut gadis itu tanpa ragu.
Alkara berdiri dari duduknya. Membuat tatapan teman-temannya mengarah kepadanya. Dia beranjak, menarik pergelangan tangan Niadira mengikuti langkahnya.
Kepergian mereka membuat seisi kantin bertanya-tanya. Alkara yang mereka kenal, tidak pernah terlihat kasar seperti itu. Bahkan, teman-temannya pun bingung dengan Alkara hari ini.
"Kar!" panggil Elfatir cukup nyaring, namun sia-sia, Alkara tetap pergi dengan menarik Niadira dari sana.
"Gua susul," kata Rajehan yang mendapat anggukan dari ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...