❝Meminta maaf adalah jalan terbaik, tapi, rasa penyesalan akan turut mendampingi.❞
𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓
"KARAAA!"
Teriakan yang cukup nyaring itu mulai terdengar lemah bersamaan dengan kedua bola matanya yang meluruhkan tetesan air bening dari sana.
Alkara memegangi perutnya yang terluka dan banyak mengeluarkan darah. Tusukan yang pemuda itu layangkan untuknya, teramat sakit. Darahnya terus mengalir dengan deras meluncur keluar dari dalam perutnya.
Senja segera berlari mendekati Alkara. Memposisikan letak kepalanya di kedua pahanya. Tangannya bergetar hebat kala menyentuh daerah perut Alkara yang terus mengeluarkan darah, bahkan tangannya yang sebelumnya putih pucat telah tercampur dengan warna merah terang.
Tangan Alkara bergerak mengusap lembut pipi Senja. Mencetak senyum manis di wajahnya, walau terkesan terpaksa. Rasa sakitnya tak dapat dia sembunyikan, terlihat jelas dari raut wajahnya.
"Hari ini, pertama kalinya, aku ngeliat kamu nangis... karena aku," lirihnya sembari mengusap tiap tetes air mata yang berjatuhan di pipi Senja.
Senja semakin terisak mendengar lirihan Alkara. Rasanya, dunia Senja ikut tersakiti melihat pemuda itu menahan sakit yang sangat.
"Jangan nangis, cantiknya Kara."
Senja semakin mengencangkan tangisannya. Suaranya terdengar memilukan di tiap telinga. Matanya memerah dan air mata tak hentinya berjatuhan mengalir di pipinya. Bahkan, beberapa bulirnya menetes di pipi Alkara.
"Kara, bertahan, aku mohon."
Senja terisak semakin dalam kala tatapannya terarah menatap aliran darah yang terus mengalir di perut Alkara. Bahkan aliran darahnya mengalir deras melewati tangan Senja.
Beberapa pasukan medis mulai masuk ke dalam sana, memindahkan Alkara ke tandu dan membawanya ke mobil ambulan. Senja mengikutinya, meninggalkan pemuda itu, Rajehan, Kizel dan para anggota RASTERA yang berada di sana.
Rajehan mencengkram kerah pemuda yang berusaha bangkit dari posisinya. Tanpa mengatakan apapun, Rajehan melayangkan pukulan yang amat kuat pada pemuda tersebut. Berhasil membuat ujung bibirnya sobek dan rahangnya patah.
Dia memukuli pemuda itu dengan sembrononya. Tak peduli jika pemuda itu bisa mati di tangannya. Rajehan tak dapat berpikir jernih ataupun sekedar menarik napas sejenak. Seluruh tubuhnya telah dikuasai oleh amarah.
"Udah, Han!" bentak Kizel menarik Rajehan mundur.
Rajehan memberontak. "Lepasin gua," tegasnya seolah tak ingin ada bantahan.
Kizel mengeratkan pegangannya di kedua lengan Rajehan. Mengisyaratkan pada anggotanya untuk menahan pemuda berslayer hitam yang menutupi wajahnya. Pemuda itu berdiri tertatih dengan kedua lengannya ditahan oleh anggota RASTERA.
"Buka penutup wajah lo, tunjukkin ke gua muka pecundang!" bentak Rajehan dengan suara yang meninggi.
Pemuda itu terus menghindar kala tangan salah satu anggota yang sedang memegang lengannya, mencoba menggapai slayer hitam yang menutupi wajahnya. Namun, usahanya kalah. Slayer hitam itu terlepas, memperlihatkan wajahnya yang penuh lebam bekas pukulan.
Netra cokelat kebiruan milik Rajehan menajam, menyiratkan amarah yang teramat menatap pemuda di hadapannya. Rajehan tak habis pikir, bahwa ternyata pikirannya memang tak salah.
"Bangsat lo, anjing! Lo nusuk temen lo sendiri brengsek!"
Nada bicara Rajehan selalu meninggi di tiap kalimatnya. Tubuhnya memberontak dengan hebat, berusaha melepaskan cekalan Kizel di lengannya. Kekuatan yang Kizel lepaskan untuk menahan tubuh Rajehan, nyatanya tak mampu bertahan. Rajehan berhasil lepas dan menyerang pemuda di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKARA
Teen FictionTentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam dan Senja yang lemah namun menyerang dengan kata-katanya. Senja dan perputaran semesta. Pertemuan san...