بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Bohong jika ada yang mengatakan bisa move on, karena realitasnya itu hanya sekadar omong kosong."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinNYATANYA melupakan bukanlah perkara gampang. Katanya waktu yang akan menyembuhkan, tapi ternyata tidaklah demikian. Lima tahun sudah berlalu, tapi bayang-bayang masa lalu malah kian melekat apik dalam ingatan.
Entah dia yang enggan membuka hati, atau justru hatinya yang jatuh terlalu dalam?
"Mau sampai kapan kamu betah melajang, Ham?"
Pertanyaan itu sudah sering sang ibu layangkan. Bahkan, Hamzah pun sudah sangat hapal di luar kepala karena saking seringnya.
"Untuk apa? Mama mau cucu? Bukankah sudah ada Haleeza, putri satu-satunya Hanin."
Terdengar helaan napas berat. "Janganlah terkurung masa lalu. Zanitha saja yang melukai kamu sudah hidup bahagia bersama pilihannya. Lantas kamu bagaimana?"
"Perlu Hamzah koreksi, Zanitha nggak pernah melukai Hamzah!"
"Semakin hari kamu semakin berani melawan Mama, Ham?!"
Hamzah menghela napas singkat. "Hamzah sudah capek jadi boneka Mama."
"Apa salahnya sih, Ham untuk kali ini saja turuti permintaan Mama? Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu!"
Hamzah tertawa sumbang. "Untuk kali ini Mama bilang? Coba Mama paparkan, kapan Hamzah pernah tidak menuruti permintaan Mama? Kapan, Ma? Kapan?"
"Apa kata tetangga kalau kamu nggak nikah-nikah. Mau ditaruh di mana muka Mama sama Ayah?"
Hamzah bangkit dari duduknya. "Untuk apa memikirkan apa kata orang lain. Toh mereka nggak ikut andil dalam hal apa pun. Memangnya kalau Hamzah lapar, minta sama mereka? Hamzah beli sesuatu ngemis-ngemis ke mereka? Nggak, kan."
"Apa salahnya sih, Ham menikah dengan perempuan pilihan Mama?"
"Masalahnya perempuan yang Mama pilihkan bukanlah sosok yang Hamzah harapkan."
"Lantas siapa yang kamu harapkan? Zanitha! Sadar, Ham. Sadar! Dia sudah berstatus sebagai istri orang!"
"Kenapa semua hal harus disangkutpautkan dengan Zanitha? Hamzah memang tidak berkeinginan untuk menikah."
Sang ibu memijat pelipisnya yang berdenyut sakit. "Kamu itu satu-satunya harapan Mama, apalagi selepas kepergian Hanin."
Hamzah mengacak rambutnya frustrasi. "Kenapa Mama selalu menjadikan itu sebagai senjata?"
Tepat saat Haleeza berusia 6 bulan, Hanin dan Haikal mengalami kecelakaan tunggal yang mengakibatkan keduanya meninggal. Beruntung sang putri kecil tidak mengalami kemalangan tersebut, sebab tengah dititipkan di kediaman mamanya.
Sekarang, gadis kecil bernama lengkap Haleeza Awaliyyah itu sudah menginjak usia lima tahun. Berada dalam pengasuhan keluarga Hanin, karena hak asuh yang diperjuangkan akhirnya bisa mereka dapatkan.
"Haleeza butuh figur seorang ibu, Ham. Kasihan dia, kamu pun butuh pendamping yang bisa mengurus segala kebutuhan kamu. Apa Mama salah kalau menjodohkan kamu?"
"Ya, terserah Mama," putus Hamzah lantas berlalu pergi menuju kamar.
"Kamu setuju, Ham? Mau menerima perjodohan?" teriaknya begitu antusias.
Hanya deheman singkat yang sang putra berikan.
Setibanya di kamar, wajah yang semula masam berubah menjadi cerah ceria, terlebih saat mendapati sang bocah kecil yang tengah duduk anteng di atas kasur seraya membolak-balik sebuah buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...