21. CERITA

9 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.

.

Pagi yang tidak terlalu pagi itu, juga siang tidak yang terlalu siang itu.

Kini terlihat seorang gadis muda yang sedang sangat asik dengan pikirannya sendiri sampai tidak menyadari akan sekitarnya yang sedang terjadi saat itu

Iya, itu adalah cahaya putri ayni.

Ayni yang saat itu tengah sendirian didalam kamar inapnya karena kedua orang tuanya yang sedang makan dikantin rumah sakit itu

Dengan sorot mata yang terus menatap jauh didepan sana, ayni masih saja menatap pemandangan kota dihari itu dari luar kaca jendela rumah sakit yang bertingkah tinggi itu

Sungguh, rasanya sangat adem juga tenang ditengah tengah keramaian orang yang sedang berlalu lalang karena kesibukan masing masing

Sampai, tanpa ayni sadari, kini sudah datang para sahabatnya dengan membawakan sebuah keranjang buah buahan ditangan mereka

"Kenapa dia begitu ya?" Tanya ayni pada dirinya sendiri saat dirinya kembali mengingat tatapan nursa waktu itu, dan tanpa ayni sadari juga para sahabatnya malah mendengar pertanyaan konyol itu

"Dia? Siapa dia?" Tanya nana heran saat mendengar pertanyaan ayni pada dirinya sendiri sambil menatap ayni dari samping dengan heran

"Itu si nursa, siapa lagi kalau bukan nursa." Jawab ayni yang masih belum sadar akan pertanyaan yang dirinya dengar sambil masih menatap pemandangan dari luar kaca jendela rumah sakit itu

"Eh, bentar, kan gw sendirian-- Astaga! Sejak kapan kalian disini?" Tanya ayni kaget saat melihat para sahabatnya tengah menatapnya heran

"Hehehe, kaget ya? Sorrylah." Ujar nana dengan senyum kikuknya

"Semenjak lo asik dengan pikiran lo sendiri." Ujar lisa dengan gaya yang sedang berpikir

"Ay, lo lagi mikirin nursa ya? Ngaku lo!" Lanjut via sambil menatap penasaran kearah ayni

"Enggak," bantah ayni sambil membuang pandangannya kesembarang tempat
"Iya, kenapa kalau gw mikirin nursa?" Batin ayni bersamaan saat menjawab pertanyaan via tadi

"Bohong!" Bantah alin tak percaya

"Enggak, gw gak bohong sama sekali." Ujar ayni yang masih membantah sambil menggelengkan kepalanya menolak

"Mulut lo sendiri loh yang bicara tadi, masa mulut lo juga berbohong sih?" Ucap alin sembari berjalan kearah sofa yang sudah disediakan oleh rumah sakit itu

"Nah lo, sekarang gak bisa bohong lagi!" Seru nana sambil menatap ayni yang kini mati kutu akibat kebohongannya sendiri

Ayni yang tidak dapat berbohong lagi, kini ayni pun hanya bisa terdiam sambil membuang pandangannya kesembarang tempat.

Namun itu tidak bertahan lagi karena beberapa detik kemudian ayni pun kembali menatap para sahabatnya yang kini sudah menunggu jawaban dari mulutnya sendiri

Melihat raut wajah yang dikeluarkan oleh para sahabatnya itu, sungguh membuat ayni tidak bisa lagi berbohong untuk menghindarinya

Dan akhirnya ayni memilih untuk jujur pada para sahabatnya itu "Iyaiya, gw lagi mikirin dia. Puas lo?" Ucap ayni sambil memenjamkan matanya karena takut akan reaksi yang dikeluarkan oleh para sahabatnya itu

"Hah?" Seru mereka yang tak percaya akan pendengaran mereka sendiri

"Bentar," ucap lisa sambil menunjukkan telapak tangannya pada ayni pertanda untuk berhenti dulu

"Tapi kenapa emang dengan nursa?" Kini alin pun bertanya

"Lo berbuat salah sama nursa?" Tanya via yang ikut ikutan

"Ay, lo harus cerita dari awal sama kita kita" ucap nana diambil menatap ayni penasaran

Ayni yang melihat reaksi para sahabatnya itu hanya bisa menghela nafasnya dengan kasar dan kemudian ayni pun lagi lagi memilih untuk menceritakan semuanya dengan jujur pada para sahabatnya itu

"Sebenarnya,"

"Sebenarnya?" Ulang mereka berempat

"Sebenarnya,"

"Akh, bangke lo ay! Cerita tuh jangan setengah tengah kok! Cuma kepintaran gw aja yang setengah." Ucap nana yang kesal saat melihat ayni yang bercerita setengah tengah

"Chuaks!"

"Iyaiyaiya, hm, kalian ingat gak pas study tour saat gw pingsan dan lalu dibawa kerumah nursa itu?" Kini ayni pun mengangkat suaranya setelah beberapa detik berpikir bagaiman awal ceritanya

"Ingat!" Ayni yang mendengar seruan para sahabatnya itu kini ayni lagi lagi hanya dapat menghela nafasnya kasar dan lalu kembali bercerita

Sejujurnya, awalnya ayni sangat bingung harus bagaimana menjelaskan pada para sahabatnya itu agar dapat mengerti akan maksud yang terkandung dalam cerita itu

Namun saat ayni mendengar seruan para sahabatnya itu, ayni percaya kalau para sahabatnya itu pasti akan mengerti maksud dari dirinya walaupun sesulit apapun ayni menjelaskan nantinya

"Jadi gini, saat kita mau pulang kepenginapan waktu itu, kan pada saat itu gw sempet bicara sebentar sama nursa namun yang gw dapat malah tatapan tajam dari nursa setelah gw selesai berbicara." Ujar ayni sambil menatap bawah seperti sedang menatap semut berjalan

"Sampai sekarang gw kadang mikir, kenapa nursa natap gw seperti itu, apa gw sudah melakukan kesalahan sama dia. Dan untuk kedua kalinya gw malah lihat lagi tuh tatapan yang makin membuat gw bingung akan kesalahan apa yang sudah gw lakukan" lanjut ayni yang masih menatap bawah

Dengan sorot mata yang terus menatap kearah bawah, ayni masih saja terus bertanya pada dirinya sendiri akan apa yang sudah dirinya lakukan sampai nursa menatapnya dengan tatapan tajam seperti itu

Disaat keempat sahabat ayni sedang fokus sama keadaan ayni sekarang, dengan tiba tiba saja mereka berlima malah dibuat terkejut oleh suara lelaki yang berada diambang pintu kamar inap ayni itu

"Maaf, kalau udah buat lo sedih." Mendengar ucapan itu sontak ayni dan keempat sahabat itu langsung menoleh kesumber suara

"Nursa?"

.

.

Bersambung

Sampai jumpai di bab selanjutnya..

Salam dari penulis raa.

The story after the rain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang