25. MINTA MAAF?

3 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.

.

Dengan langkah yang begitu berat, ayni masih saja terus melangkahkan kakinya untuk menuju ruang kelasnya yang berada diujung lorong itu

Sudah sekitar satu minggu lewat semenjak terakhir kali dirinya bertelur sapa dengan nursa setelah hari itu

Iya, setelah percakapan hari itu, entah kenapa tiba tiba saja ayni merasa kalau nursa sedang berusaha keras untuk menghindarinya

Entah itu disengaja atau tidak, ayni tidak tahu.

Sejujurnya, ayni juga bingung kenapa dirinya merasa perasaan yang seperti itu.

Namun perasaan yang terus menerus mengganjal itu selalu saja mengganggu ayni dimanapun dan kapanpun itu

"Dia kenapa sih?" Tanya ayni kesal pada dirinya sendiri

"Emangnya apa salah gw?" Lanjut ayni sambil kembali mengingat beberapa hari yang lalu

"Nursa," panggil ayni sembari berjalan mendekati nursa yang tengah memainkan ponselnya

Nursa yang mendengar nama disebut, refleks langsung membuat nursa mendongakkan kepalanya yang saat itu sedang fokus dengan layar ponselnya "Iya? Kenapa ay?" Tanya nursa sambil beranjak dari kursinya

"Ada waktu?"

"Ah, maaf ya ay. Tapi gw barusan banget di chat oleh guru olahraga untuk segara datang keruangannya, jadi nanti aja ya bicaranya." Ujar nursa sembari berjalan meninggal ayni yang masih terdiam mematung

"Oh, baiklah." Ujar ayni dengan senyum malamnya setelah beberapa detik nursa keluar dari ruangan kelas itu

(Skip jam istirahat)

"Nursa," panggil ayni yang tak menyerah untuk mendapat waktu nursa sembari berjalan mendekati nursa yang masih terduduk dikursinya

"Iya ay?" Ujar nursa yang kembali beranjak dari duduknya

"Kalau sekarang?" Tanya ayni lagi sambil menatap nursa berharap nursa berkata ada

Namun harapan tinggal harapan, karena jawaban yang dilontarkan nursa langsung membuat ayni kembali mengembangkan senyum masamnya "Maaf ay, kita bicaranya nanti aja, soalnya gw masih urusan." Jawab nursa dengan senyum tipisnya

"Oh, oke." Ujar ayni yang lagi lagi kecewa

(Skip jam pulang sekolah)

"Nursa!" Seru ayni sembari berjalan mengejar nursa yang sudah berada diujung lorong ruang kelasnya

Nursa yang lagi lagi kembali mendengar namanya disebut, sontak langsung membuat nursa berbalik untuk melihat siapa orang yang sudah memanggilnya itu

"Ay?" Gumam nursa sambil memiringkan kepalanya heran

"Tu-tunggu," ucap ayni dengan nafas yang terengah engah disaat dirinya sudah berhasil menggenggam ujung almamater/jas sekolah nursa

"Ambil nafas dulu ay, baru ngomong." Mendengar itu ayni pun hanya menggangukkan kepalanya pertanda mengerti

"Sekarang bagaimana? Ada waktu?" Tanya ayni disaat dirinya sudah mendingan sambil menatap nursa harap dirinya mendapatkan jawab ada

Belum sempat nursa menjawab pertanyaan ayni, lagi lagi ayni pun harus kembali dikecewa oleh jawaban nursa

"Nanti aja ya ay, soalnya gw sudah ditelepon oleh anak anak nih." Ujar nursa sembari menuju layar ponselnya dan kemudian nursa pun lagi lagi meninggalkan ayni yang masih terdiam mematung sendirian

"Baiklah," ujar ayni lemah dengan senyum masam setelah beberapa detik nursa menghilang dari pandangan ayni

Dan tidak terasa kini ayni pun sudah tiba didepan ruang kelasnya, ruang kelas yang masih sepi itu karena hari baru menunjukkan pukul enam lewat sepuluh

Iya, iyalah. Siapa pula orang yang datang kesekolahan dijam segitu selain dirinya seorang. Batin ayni

Namun perkiraan ayni itu salah karena setelah ayni perhatian lagi, ayni dapat melihat ada seseorang yang sudah duduk dibarisan belakang sambil memainkan ponselnya

Sungguh, ayni tidak dapat mempercayai perlihatannya karena jarang jarang ada orang lain yang datang kesekolah ini diam segini.

Wah, kagum ayni

Perlahan ayni pun melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam ruang kelas itu, dan yang pertama ayni adalah seseorang yang selama ini sudah menghindarinya lebih dari satu minggu lewat

Iya, itu adalah muhammad nursa yang sudah terduduk dibarisan belakang dengan ponsel yang menyala digenggaman tangannya

Melihat itu ayni pun langsung bergegas berjalan kearah meja nursa yang berada dibarisan belakang sekali tanpa menaruh tas ranselnya terlebih dahulu

"Sekarang ada waktu kan? Gak ada alasan lain kan? Kalau pun itu ada tolong dengarkan perkataan gw yang nggak sampe lima menit ini." Geram ayni sambil menatap nursa dengan kesal

Nursa yang mendengar perkataan ayni yang begitu emosi itu sontak langsung membuat nursa beranjak dari duduknya bingung "Ay, bentar. Tolong tenangkan diri lo dulu, baru setelah itu kit--"

"Atau jangan jangan emang lo sengaja menghindari gw?" Tuduh ayni langsung tanpa mendengar penjelasan nursa

"Eh, nggak gitu ay maks-- Maaf ay, kalau itu buat lo sedih." Ucap nursa mengalah sambil menundukkan wajahnya lelah

Mendengar hal itu perlahan ayni pun membuang nafas lelahnya "Haaa, dahlah gw juga mau minta maaf aja sama lo." Ujar ayni sembari mengecilkan volume suaranya

"Hah? Apa kata lo tadi?" ucap nursa dengan senyum jahilnya, padahal sudah terdengar jelas permintaan maaf ayni tadi

"Udahlah, lupakan aja. Males gw jadinya" Kesal ayni sembari berjalan kearah mejanya "Dasar, padahal sudah jelas banget kalau gw minta maaf tadi." Batin ayni yang masih kesal

Melihat ayni yang tiba tiba berbalik dan kemudian berjalan kearah mejanya dengan penuh kekesalan, perlahan nursa pun tersenyum kecil "Kenapa?" Tanya nursa yang masih ingin menjahili ayni

"Karena gw takut kehilangan lo, bodoh!" Seru ayni sambil menatap nursa dengan penuh kekesalan

Setelah ayni tersadar akan ucapan yang baru saja dia lontarkan, dengan cepat ayni pun langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya "Ma-maaf," cicit ayni sembari menundukkan wajahnya malu

Lagi lagi nursa pun tersenyum saat melihat tingkah laku ceroboh ayni yang mengemaskan "Baiklah, ay." Ucap nursa sembari kembali duduk kemejanya

Melihat nursa yang kembali duduk sambil tersenyum itu, sungguh membuat ayni sangat kesal plus malu "Akh! Bangke!" Batin ayni berseru malu

.

.

Bersambung

Sampai jumpa di bab selanjutnya..

Salam dari penulis raa.

The story after the rain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang